Share

105. Punya Adik

Penulis: Adinasya Mahila
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-03 13:41:00

Lily mengerjapkan mata mendengar pertanyaan Adhitama. Dia mengucek mata lalu bertanya—

"Kakek Roi?" Kening Lily berkerut tipis.

"Ah ... Buyut," kata Adhitama saat sadar sudah salah sebut. "Apa yang ngebuat Lily sedih tante yang ada di rumah Buyut? Tante rambut pirang?"

Lily menekuk bibir hampir menangis lagi, anak itu mengangguk lalu melingkarkan tangan ke leher Adhitama.

“Iya, tante itu bilang Lily mau mati.”

Adhitama tampak geram, giginya bahkan saling beradu memikirkan kelancangan Rara yang sudah berani berkata seperti itu ke Lily.

Adhitama menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya pelan. Dia mengusap punggung Lily untuk menenangkan anak itu.

"Uh .... sayang, sudah jangan sedih lagi. Apa yang tante itu bilang tidak benar. Papa janji kalau Lily pasti akan sembuh, Lily akan baik-baik saja,” ujar Adhitama.

Lily menyandarkan kepala ke pundak Adhitama, anak itu mengangguk dan masih memeluk sang papa.

**

Dua jam kemudian, lagi-lagi para karyawan yang berada di gedung Mahesa grup dibu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (16)
goodnovel comment avatar
Siti Nur janah
tuh kan Lily minta adik risha
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
Tenang Lily ntar bukan hanya mimpi punya adik ,nanti bisa benaran punya adiknya ,asal Lily bantu papa dan bunda dekat ya hihihi
goodnovel comment avatar
Yessy Susanti
hayooo lohhh Risha gmn tuh Lily smpe mimpi pny adik ktny wkwkwkkk
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   106. Memberi Balasan

    Adhitama tertawa saat melihat Risha salah tingkah karena cerita Lily soal mimpi tentang adik, sedangkan Lily dengan wajah polosnya mengedip-ngedipkan menggemaskan melihat Risha salah tingkah. “Iya, adiknya lucu, lho.” Lily kembali bicara agar kedua orang tuanya percaya dengan apa yang diucapkannya. Risha semakin kikuk, lalu Adhitama malah mengambil kesempatan itu untuk membuat Risha berpikir ulang tentang memiliki anak lagi. “Lily pasti akan punya adik,” kata Adhitama ke Lily. “Benarkah?” Lily terlihat sangat antusias. Risha terkejut lalu membalas, “Jangan menjanjikan apa pun jika tidak bisa memenuhinya, memberi adik Lily mustahil." Adhitama diam mendengar ucapan Risha, hingga tak lagi bicara atau membantah perkataan wanita itu. *** Setelah cukup lama di sana, Adhitama mengajak Risha dan Lily pulang. Namun, saat baru saja akan menuju lift, mereka berpapasan dengan Haris yang sengaja datang ke ruangan Adhitama. “Paman Haris,” sapa Lily lalu membuka kedua tangan karena ingin mi

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-03
  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   107. Mengusir Semua Orang

    Kakek Roi menatap satu persatu orang yang ada di sana, terutama Rara. Tentu saja hal ini membuat Arin ketakutan karena menyadari putrinya sedang dalam masalah besar. “I-ini pasti ada kesalahpahaman,” ucap Arin agar Rara tak terus disalahkan dan mendapat masalah padahal Arin mendengar sendiri kalau Rara memang mengatakan kalimat jahat itu ke Lily. “Salah paham apa? Otaknya memang sudah tidak waras dengan bicara seperti itu ke anak kecil!” balas Adhitama begitu geram. Risha merasa perdebatan itu akan semakin sengit hingga memilih mundur lalu mengajak Lily pergi dari sana agar anak itu tidak semakin takut. Risha menggandeng Lily turun ke lantai bawah dan menawarkan ke bocah itu untuk melihat ikan koi. Saat baru sampai di lantai bawah, Risha bertemu dengan Roshadi yang baru saja pulang. “Hai, Lily.” Roshadi menyapa hangat. Lily langsung bersembunyi di belakang Risha saat melihat Roshadi. Terlihat jelas Lily sangat takut sampai menyembunyikan wajah di belakang kaki sang bund

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-04
  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   108. Siapa Orang Itu?

    Risha tiba-tiba merasa tak enak hati, dia tidak mau menanyakan apa yang terjadi di rumah Kakek Roi pada Adhitama. Sejak perjalanan pulang Adhitama hanya diam, dan sesampainya di rumah pria itu langsung mengurung diri di ruang kerjanya. Hingga malam semakin larut dan Lily menanyakan keberadaan Adhitama pada Risha. Risha hanya bisa berkata kalau Adhitama mungkin sedang sibuk dengan pekerjaan dan lembur di ruang kerja. "Tapi aku mau Papa bacain dongeng." "Malam ini Bunda saja yang bacakan dongeng ya," ucap Risha saat Lily merengek. Lily yang beberapa hari sudah terbiasa tidur ditemani Adhitama seperti merasa kehilangan. Risha sampai harus memberi pemahaman pada sang putri beberapa kali agar mengerti. "Nanti juga Papa bakal tidur di sini, sekarang Lily bobok dulu ya!" bujuk Risha Beruntung Lily menurut dan akhirnya terlelap setelah Risha membacakannya cerita. Setelah Lily tidur, Risha beranjak dari kasur. Dia keluar kamar lalu menoleh ke arah pintu ruang kerja Adhitama. Risha me

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-04
  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   109. Memberi Ancaman

    Adhitama pergi menemui orang yang wanita pembuat video itu sebut. Meskipun rasanya sangat marah, tapi Adhitama mencoba bersikap biasa. Adhitama datang lebih dulu dari orang itu. Hingga beberapa saat kemudian orang yang Adhitama tunggu datang. Sevia melangkah penuh percaya diri, dia sangat senang karena merasa jika Adhitama masih perhatian kepadanya sampai mengajak bertemu. “Apa sudah lama menunggu? Maaf sedikit macet tadi di jalan," kata Sevia. Dia lalu duduk tepat di seberang Adhitama. "Mas Adhitama sebenarnya tidak perlu mencemaskan kondisiku, aku .... ” Apa yang ingin Sevia katakan dipotong cepat oleh Adhitama. “Sebaiknya mulai detik ini kamu tidak melakukan hal-hal di luar batas yang bisa membuatku marah,” ucap Adhitama dengan wajah menggelap. Sevia mengerutkan alis, lalu membalas, “Maksud Mas hal apa?” Adhitama menatap datar ke Sevia, lalu berkata, “Bukankah kamu bersekongkol dengan Jordan untuk menjatuhkan bisnis Risha?" Sevia sangat terkejut hingga gelagapan me

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-04
  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   110. Melupakan Kenangan Itu

    Adhitama melihat Lily yang datang bersama Risha, tentu saja Adhitama tak menyangka kalau Risha akan mengajak Lily lagi ke sana padahal Risha sudah berkata malam itu menginap di rumah Haris. “Lily mimpiin kamu, dia menangis terus dan mengajak ke sini, jadi aku ajak ke sini,” ujar Risha menjelaskan ketika melihat Adhitama yang tampak bingung. Adhitama langsung berjongkok dan memeluk Lily, tentu saja dia senang karena Lily mencarinya. “Memangnya Lily mimpi apa sampai nangis begini?” tanya Adhitama sambil mengusap punggung Lily. “Papa jatuh terus nggak mau bangun padahal sudah Lily goyang-goyang,” jawab Lily sesenggukan. Adhitama langsung menatap ke Risha begitu juga sebaliknya saat mendengar ucapan Lily. “Itu hanya mimpi,” ujar Risha agar Lily tak menangis terus. Adhitama akhirnya menggendong Lily untuk masuk kamar. “Aku mau mengantar Kak Haris dulu, dia di bawah,” pamit Risha. Adhitama menoleh Risha sejenak, lalu menganggukkan kepala. Risha akhirnya turun menemui Haris yang me

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-05
  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   111. Risha Menghilang

    Pagi itu di tempat lain, Kakek Roi mengundang beberapa orang datang ke rumah karena enggan sarapan sendiri. Akhirnya dia berinisiatif mengundang pengacara Adhitama dan Risha untuk sarapan bersamanya. Dua pengacara itu terlihat sungkan dan canggung, apalagi Kakek Roi meminta mereka datang pagi-pagi ke sana. “Ayo dimakan, jangan sungkan. Setelah ini kita pergi main golf,” kata Kakek Roi saat melihat dua pengacara itu masih diam karena bingung. “Sebenarnya saya penasaran. Apa ada yang perlu dibicarakan sampai Pak Roi mengundang saya ke sini?” tanya pengacara Risha karena dia tahu kalau pria di depannya adalah pengacara Adhitama. Kakek Roi menatap pengacara Risha, lalu memandang ke pengacara Adhitama yang menunggu jawaban darinya. “Aku tahu kalau Tama dan Risha mau bercerai,” ucap Kakek Roi lalu meletakkan alat makan di atas piring. Jemarinya saling bertautan, lalu sikunya bertumpu di meja agar punggung tangan bisa menyangga dagu. Kakek Roi diam menyangga dagu sambil menunggu reaksi

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-05
  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   112. Dugaan Benar

    Risha akhirnya sadar. Dia mencoba bangun tapi kepalanya terasa masih sangat pening. Risha membuka mata dengan sempurna, hingga baru menyadari kalau dia duduk di lantai dengan kedua tangan terikat dan mulutnya dibungkam. Risha menggerakkan pergelangan tangan, berharap ikatan talinya mengendur tapi nihil. Dia ingin berteriak tapi tidak bisa. Risha begitu panik dan takut hingga dua bola matanya tampak berkaca-kaca, dia terus berusaha melonggarkan ikatan di tangannya tapi hal itu malah membuat kulitnya tergores dan memerah. Risha ingin sekali menangis. Dia berdoa dalam hati semoga selamat dan baik-baik saja. Saat Risha masih begitu ketakutan, dia mendengar suara seorang pria dari luar kamar. “Mana nih bayarannya!” “Tenang, nih buat kalian.” Risha mendengar suara beberapa pria hingga membuatnya semakin panik. Risha mendengar suara para pria itu pamit pergi, hingga setelah itu Risha mendengar suara dering telepon dan membuat Risha menajamkan pendengaran agar bisa mendengar

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-05
  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   113. Aku Datang

    Ternyata suara mobil yang Risha dengar benar-benar suara mobil Adhitama. Pria itu datang ke rumah tempat Risha disekap membawa tas berisi uang yang diinginkan pria di telepon tadi. Adhitama masuk rumah itu, hingga bertemu pria yang menculik Risha dan ternyata pria itu adalah Anwar. “Di mana Risha?” tanya Adhitama saat bertatapan dengan Anwar. Anwar tersenyum miring, lantas melirik ke tas yang dibawa Adhitama. “Serahkan apa yang aku inginkan dulu!” perintah Anwar sambil mengulurkan tangan memberi isyarat agar Adhitama melempar tas itu ke arahnya. Adhitama melirik tas yang dipegang, lalu menatap ke Anwar lagi. “Lepaskan Risha lebih dulu, baru kuberikan yang kamu mau,” balas Adhitama. Dia tidak mau bertindak bodoh dengan langsung memberikan uang itu tanpa melihat Risha. “Aku tidak sedang bernegosiasi denganmu! Sudah syukur aku hanya meminta tebusan!” Anwar kesal karena Adhitama tak langsung memberikan uang itu. "Bisa saja aku melakukan hal yang tidak bisa kamu bayangkan ke wanita

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-06

Bab terbaru

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Happy Family : END

    Risha dan Adhitama berjalan beriringan masuk ke sekolah Lily pagi itu. Mereka terlihat beberapa kali berhenti untuk berbicara dengan orangtua teman Lily yang juga datang ke sekolah.Hari itu acara kelulusan murid digelar, Risha sudah tidak sabar melihat bagaimana penampilan putri kecilnya di atas pentas.Risha duduk sambil harap-harap cemas menunggu acara dimulai.“Dia tidak akan membuat kesalahan ‘kan?” tanya Risha sambil meremas tangan. Padahal Lily yang akan tampil, tapi dia yang grogi.Adhitama yang melihat Risha beberapa kali menggigit bibir bawah hanya tersenyum, dia meraih tangan sang istri yang ada di atas paha lalu menggenggamnya erat.“Dingin sekali, kenapa kamu yang gugup begini?” tanya Adhitama.“Aku hanya khawatir. Lihat saja banyak orang begini, bagaimana kalau dia takut hingga membuat kesalahan. Dia pasti sedih dan bisa kehilangan rasa percaya diri, ini penampilan pertamanya di depan banyak orang,” jawab Risha.“Kamu harus yakin ke Lily, dia pasti bisa. Calon penerus Ma

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Extra Part 11 : Menikah?

    Sore itu, Andre duduk di meja kerjanya sambil menatap layar laptop. Pekerjaan hari itu hampir selesai, tetapi ada satu hal lagi yang harus dia urus sebelum meminta izin pulang ke Adhitama.Andre melihat jam di tangannya, sudah hampir pukul lima sore. Andre menarik napas dalam-dalam sebelum berdiri dan melangkah ke ruangan Adhitama.“Pak, apa saya bisa bicara sebentar?” kata Andre, mencoba terdengar tenang meskipun ada sedikit kegugupan di suaranya.Adhitama yang masih berkutat dengan layar laptop menjawab, “Tentu. Ada apa?”“Saya mau minta izin, Pak. Lusa rencananya saya ingin mengambil cuti untuk jalan-jalan sebentar. Sudah lama saya tidak liburan."Adhitama sedikit terkejut mendengar permintaan Andre. Dia menghentikan pekerjaannya sejenak lalu memandang sekretarisnya itu. “Jalan-jalan? Ke mana? Memang kamu sudah punya pacar?” goda Adhitama.Andre tertawa kecil mendengar pertanyaan sang atasan. Pemuda itu sedikit berkilah dengan menjawab, “Memang pergi jalan-jalan harus bersama pacar

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Extra Part 10 : Pulang Bersama

    Seminggu kemudian Alma dan Haris mengadakan syukuran atas kelahiran anak mereka.Syukuran di rumah mereka berjalan meriah. Tamu-tamu yang datang silih berganti, membawa suasana hangat penuh canda tawa.Alma, yang baru saja melahirkan putra pertamanya, tampak bahagia menyambut satu per satu tamu yang hadir.Andre melangkah masuk dengan senyum kecil di wajah. Berbaur dengan tamu-tamu lain yang sebagian besar dia kenal. Namun, saat melihat sosok gadis yang tengah mengobrol di sudut lain ruangan, Andre segera berjalan mendekatinya. Ia sudan lama tak bertemu dengan Mahira, tapi dia sebenarnya sudah menduga pasti akan bertemu dengan Mahira di rumah Alma."Andre! Lama nggak ketemu. Apa kabar?" tanya Mahira sambil tersenyum lebar.Andre mengangguk kecil. "Baik. Kamu gimana?""Aku? Baik juga. Ngomong-ngomong, kabar mamamu gimana? Sehat kan?""Sehat kok," jawab Andre.Mereka terlihat canggung, Mahira bahkan ingin menjauh tapi entah kenapa ada perasaan yang membuatnya ingin terus mengobrol denga

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Extra Part 9 : Satu Malam Indah

    Risha baru saja keluar dari kamar Lily malam itu. Dia berjalan pelan sambil memandang pintu ruang kerja Adhitama. Risha ragu mungkinkah Adhitama masih berada di sana atau sudah kembali ke kamar mereka. Risha mengedikkan bahu, memilih mempercepat langkah menuju kamar tidur. Baru saja menutup pintu, Adhitama membuat Risha terkejut karena sudah berada di dalam. “Astaga Mas Tama!” pekik Risha setelah sebelumnya berjengket karena kaget. “Kamu itu kenapa?” Adhitama terkekeh kecil lalu menekuk tangan di depan dada. “Aku pikir Mas masih di ruang kerja,” balas Risha sambil naik ke atas ranjang lalu duduk di samping Adhitama. “Apa ada masalah lagi di Mahesa?” tanyanya penuh perhatian. “Tidak ada, hanya mengecek dan memastikan sesuatu.” Adhitama membalas sambil melingkarkan tangan melewati punggung Risha, memberi isyarat kalau dia ingin memeluk istrinya itu. “Bagaimana Pembangunan kantor dan pabrik barumu? Bukankah seharusnya bulan depan pabrik sudah bisa mulai beroperasi?” tanya Adhitama

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Extra Part 8 : Kode Ke Suami

    “Sudah sayang, kamu sudah cantik!”Ucapan Adhitama membuat Risha menoleh dan tersenyum. Adhitama berjalan mendekat pada Risha yang masih mematut diri di depan cermin, memeluk pinggang lalu mencium pundak istrinya itu.“Lily sudah siap?” tanya Risha sambil memandang Adhitama dari pantulan kaca di hadapannya.“Sudah, dia senang sekali mendengar kita mau mengajaknya pergi belanja,” balas Adhitama. “Ternyata semua wanita sama, suka sekali dengan hal berbau materi,” imbuhnya.Risha tertawa lebar, dia memutar tubuh lalu memandang Adhitama yang semakin hari semakin terlihat menawan di matanya.“Jadi selama ini Mas Tama pikir aku ini matre? Begitu?” goda Risha.“Hm .. bagaimana aku menjawab? Yang pasti aku bahagia bisa memberimu segalanya.” Adhitama meraih pinggang Risha. Menarik tubuh wanita itu hingga menempel padanya.“Aku hanya butuh Mas cintai dan jadikan satu-satunya wanita di dalam hidup Mas Tama,” ujar Risha. Senyum tipis dan tatapan matanya yang penuh cinta melenakan Adhitama hingga

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Andre - Mahira : Pantas Bahagia

    Andre sedang duduk di meja kerjanya, memeriksa laporan yang harus diserahkan ke Adhitama saat atasannya itu baru saja datang.Andre langsung berdiri dan menyapa dengan sopan. “Selamat pagi, Pak.”"Pagi, ikut ke ruanganku, ada yang mau aku bicarakan," ucap Adhitama seraya melangkah masuk.Andre mengangguk, dia berdiri dari kursinya kemudian menyusul Adhitama. Meskipun terdengar serius, tapi raut Adhitama tidak tampak mengintimidasi."Aku mendengar dari pengacara kalau masalah dengan ayahmu itu belum ada titik temu, bagaimana perkembangannya?” tanya Adhitama.Andre menarik napas dalam sebelum menjawab. “Sebenarnya semalam saya bertemu dengannya, yang bisa saya baca dia mulai terlihat khawatir. Mungkin karena saya bilang bekerja di Mahesa dan memiliki dukungan penuh dari perusahaan.”Adhitama tersenyum tipis. “Baguslah kalau begitu. Orang seperti Papamu itu biasanya hanya menggertak. Kalau ada yang kamu butuhkan, jangan ragu untuk bicara, aku pasti akan membantu,” ucapnya.“Terima kasih,

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Andre - Mahira : Tidak Akan Menang

    Di tengah hujan gerimis yang mengguyur kota, Mahira duduk di kursi penumpang mobil Andre sambil membuka jendela, membiarkan angin segar bercampur bau aspal basah masuk ke dalam mobil.Di tengah perjalanan menuju kos, tiba-tiba Mahira berkata, “Apa bisa berhenti sebentar di minimarket depan? Aku mau beli beberapa makanan buat stok di kos.”Andre mengangguk tanpa banyak bicara, lalu memutar setir ke arah minimarket yang Mahira maksud. Mobil itu melambat dan berhenti di depan minimarket yang terlihat ramai. Mahira keluar lebih dulu, lalu menoleh ke Andre yang masih duduk di kursi kemudi.“Yuk, ikut," ajaknya. Andre sebenarnya malas keluar mobil, tapi entah kenapa dia mengiyakan saja ajakan Mahira."Kamu kalau mau beli sesuatu boleh. Aku traktir, kamu pilih apa aja yang kamu mau.” Senyum Mahira mengembang. Pikirnya, Andre sudah banyak membantu jadi tidak ada salahnya mengeluarkan beberapa puluh ribu untuk membelikan pemuda itu sesuatu.Andre menghela napas sambil menggeleng. "Nggak usah.

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Andre - Mahira : Bisakah Perasaan Berubah?

    Mahira duduk di ruang kecil kantor My Lily, matanya terus melirik jam dinding. Risha belum juga datang, dan dia sudah tidak sabar untuk meminta izin pada ibunda Lily itu.Meski terdengar keterlaluan, tapi Mahira berniat mengajukan diri agar diizinkan melakukan live penjualan sepanjang hari.Mahira masih menunggu dengan cemas, hingga Risha muncul dengan senyum maanis.“Pagi,” sapa Risha ke semua stafnya. Wanita itu berjalan ke ruang kerjanya dan disusul oleh Mahira.“Bu Risha, permisi. Apa saya boleh bicara?”Ucapan Mahira membuat Risha menghentikan langkah lalu menoleh.“Bicara apa?” tanya Risha dengan kening berkerut halus.“Begini Bu Risha. Saya mau meminta izin, boleh tidak hari ini saya mengambil alih live dari pagi sampai petang? Maksimal delapan jam.”Risha mengangkat alis, kaget dengan permintaan itu. “Kenapa tiba-tiba kamu ingin live selama itu?”Mahira menarik napas panjang, matanya sedikit berkaca-kaca. “Saya butuh uang, Bu. Papa saya … papa saya ditangkap polisi.”Risha ter

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Andre - Mahira : Fakir Miskin

    Lain di mulut lain di hati. Meski terlihat tak peduli, nyatanya Andre tidak benar-benar bisa mengabaikan Mahira. Malam itu, meskipun memaksakan diri untuk tidur, pikiran Andre tetap berkelana, memikirkan Mahira dan apa yang mungkin sedang terjadi.Pagi harinya, Andre bangun dengan perasaan yang masih sama. Namun, dia tetap berusaha untuk tidak memperlihatkan perasaannya kepada siapapun, termasuk ibunya.Andre bangkit dari tempat tidur dengan mata berat. Ponselnya tergeletak di meja dengan layar hitam tanpa notifikasi baru. Dia memegangnya lagi, ragu sejenak sebelum mengetik pesan lain untuk Mahira.[Kalau kamu butuh bantuan, bilang aja.]Setelah mengirim pesan itu, Andre termenung, berharap balasannya kali ini datang.Namun, keheningan tetap mengisi ruang kamarnya. Andre mendesah berat, merasa bersalah tapi masih enggan mengakui."Apa aku harus ke sana langsung?" gumamnya. Pikiran tentang Mahira di kos seorang diri terus menghantui Andre.***Matahari baru saja muncul, memancarkan sin

DMCA.com Protection Status