Share

149. Teman Sekolah Lily

Penulis: Adinasya Mahila
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-24 09:47:26
Haris tak peduli dengan ucapan Adhitama.

Saat pintu lift terbuka pria itu meminta Adhitama masuk lebih dulu. Haris kesal karena bukan ucapan terima kasih yang Adhitama berikan tapi malah senyuman cibiran yang membuatnya kesal.

Saat pintu lift terbuka di lantai ruangan Haris, lagi-lagi Adhitama membuat Haris tak bisa berkata-kata.

"Nanti akan aku kirimkan lagi profil wanita untuk kamu pilih, aku serius jangan sampai kamu tergoda Rara," kata Adhitama.

Haris mengumpat kesal dalam hati, dia ingin membalas ucapan Adhitama tapi sayangnya pintu lift sudah menutup lebih dulu. Haris masih memandang pintu lift itu dengan tatapan kesal, sebelum Alma mendekat dan membuatnya menoleh.

"Anda baik-baik saja 'kan Pak?" tanya Alma dengan kening berkerut.

Haris mematung, dia diam sejenak. Tak lama dengan tatapan ragu Haris bertanya pada Alma," Apa kamu sudah punya pacar?"

"Hah ... iya Pak?!"

"Ah .. ternyata sudah," jawab Haris. Dia tersenyum kemudian berjalan meninggalkan Alma tanpa peduli jawa
Adinasya Mahila

Duh kangen Kala hehehe

| 17
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (9)
goodnovel comment avatar
vieta_novie
wah...ada kala disini...jd kangen ..gimana kabar emak sama bapak nya yaa...
goodnovel comment avatar
Yessy Susanti
wkwkwkwkk Tama ad² aj deh pke Mao bkin srat prjnjian sgla
goodnovel comment avatar
ramadhaniyulia
ini Kala yg anaknya mba cloud n nic bukan sih? woaahh Kala Nala Lily dong...whehehe
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   150. Masih Tak Tahu Malu

    Pagi itu Kakek Roi dan Adhitama berada di mobil menuju kantor polisi, mereka datang bersama untuk melakukan pemeriksaan sebagai saksi juga korban, dalam kasus yang menyeret Sevia dan Arin.Di dalam mobil Kakek Roi mengajak Adhitama berbincang, pria tua itu menyesal karena membiarkan Adhitama terjebak dalam manipulasi Sevia.“Kenapa kamu dulu tidak pernah bertanya soal siapa yang menyelamatkanmu saat kebakaran? Kalau dulu kamu bertanya, pasti sekarang tidak akan jadi begini,” ujar Kakek Roi.“Dulu Kakek lebih perhatian ke Risha. Bukannya aku cemburu, hanya saja dulu aku merasa diabaikan,” jawab Adhitama.Kakek Roi menoleh Adhitama.“Bukan lebih perhatian ke Risha, tapi saat itu Risha juga terluka, karena itu kakek lebih fokus ke Risha, apalagi Risha terus menangis karena takut kamu kenapa-kenapa,” ujar Kakek Roi menjelaskan.Adhitama terkejut mendengar ucapan Kakek Roi.“Kakek menyesal, seandainya kakek minta orang menjagamu, pasti saat kamu sadar, bukan Sevia yang kamu lihat,” ucap Ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-24
  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   151. Meminta Bantuan Haris

    Setelah berkali-kali mencoba akhirnya Adhitama dan Risha berhasil membujuk Lily agar mau mereka tinggal liburan.Namun, bukannya bersama Kakek Roi, Lily bersedia ditinggal tapi dengan syarat bersama Haris.Karena alasan itu Risha mendatangi Haris di kantor bersama Lily untuk menyampaikan niatnya.“Kak, aku minta tolong! Lily hanya mau ditinggal bersama Kak Haris,” kata Risha setelah menjelaskan maksud kedatangannya.Haris sejatinya senang karena bisa menghabiskan waktu bersama Lily, tapi dia juga kesal saat tahu alasan Risha menitipkan Lily hanya untuk pergi honeymoon bersama Adhitama.“Oke aku akan membantumu, tapi ini tidak gratis.” Haris akhirnya menyetujui meskipun dengan syarat.“Hm … Kak Haris mau minta apa?” tanya Risha langsung mengiyakan asal bisa menitipkan Lily.“Katakan ke suamimu, berhenti menjodoh-jodohkanku dengan wanita apalagi sampai mengatur kencan buta,” pinta Haris.Risha tersenyum kecil mendengar permintaan Haris. Dia lantas mengangguk setuju dan mengucapkan terim

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-25
  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   152. Kerepotan

    Hari itu, Haris berusaha menyelesaikan setumpuk pekerjaannya sambil mengawasi Lily yang baru saja dia jemput dari sekolah. Risha dan Adhitama sudah berangkat bulan madu, meninggalkan Lily yang tidak mau ditinggal bersama Kakek Roi. Lily tampaknya bosan hanya melihat tablet dan bermain dengan mainan yang Risha bawakan untuknya, hingga anak itu mulai bergerak ke sana-kemari di ruangan Haris, memainkan semua yang bisa dia jangkau. "Paman Haris, kapan selesainya? Aku mau main! Nggak ada yang seru di sini!" Haris yang sedang fokus dengan laporan di hadapannya berusaha tetap tenang. "Lily, sabar ya, Paman masih harus menyelesaikan sedikit pekerjaan. Setelah selesai nanti kita main, oke!" Namun, Lily tidak berhenti. Anak itu mulai mendekat ke Haris dan memencet-mencet keyboard laptop Haris bahkan menjatuhkan beberapa kertas di meja. Haris menghela napas, dia sadar tidak bisa membiarkan Lily lebih lama atau pekerjaannya tidak akan selesai-selesai. Haris akhirnya memanggil Alma mengguna

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-25
  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   153. Paris

    Sementara itu di belahan bumi lainnya, di bawah langit Paris yang megah, Risha dan Adhitama akhirnya tiba untuk bulan madu yang mereka impikan sejak lama. Selain tiket pesawat, Kakek Roi ternyata juga sudah menyiapkan akomodasi di sebuah hotel mewah di tepi Sungai Seine. Di mana dari sana Menara Eiffel terlihat sempurna dari balkon kamar Adhitama dan Risha. Tanpa mengajak Lily bersama, mereka bisa benar-benar merasakan suasana romantis yang murni hanya untuk berdua. Ketika tiba di lobi hotel, suasana mewah dan elegan langsung menyelimuti Adhitama dan Risha. Chandeliers kristal menggantung tinggi, memantulkan cahaya ke lantai marmer yang mengkilap. Risha tak bisa menyembunyikan senyumnya. "Kita benar-benar di sini, di Paris!" ucap Risha ke Adhitama yang masih menggenggam erat tangannya. "Kakek memang pandai memilihkan tempat," kata Adhitama. Petugas hotel menyambut dan mengantar ke kamar mereka. Saat pintu terbuka, pemandangan menakjubkan menyambut Adhitama dan Risha. Sebuah r

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-25
  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   154. Pura-pura Gila

    Siang itu Sevia duduk berhadapan dengan dua polisi di ruang interogasi. Dia diam, tapi bukan karena takut melainkan memikirkan sebuah rencana di kepala.“Kami sudah memiliki cukup bukti bahwa Anda menjebak saudara Adhitama, dan bahkan berusaha membunuh Pak Roi,” ujar salah satu polisi dengan nada tegas.Sevia tertawa kecil. “Adhitama? Roi? Siapa itu?” tanyanya dengan suara agak mengejek.Sevia memainkan ujung rambutnya dan tertawa lebih keras dari sebelumnya, membuat kedua polisi itu saling pandang.“Jangan main-main! Ini bukan pemeriksaan pertama Anda. Kami sudah tahu apa yang Anda lakukan,” ucap polisi . “Menurut keterangan tersangka Arin, Anda berencana menjebak saudara Adhitama dengan membunuh kakeknya sendiri,” imbuhnya.Sevia menoleh tiba-tiba ke arah polisi itu, wajahnya berubah sedih. Sevia tertawa keras, mengayunkan tubuhnya ke depan dan belakang seperti orang kesurupan.Polisi mulai tidak sabar. “Anda pikir bertingkah seperti ini bisa membuat Anda lolos dari jerat hukum?”Se

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-26
  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   155. Satu Keluarga Usil

    Malam itu, Haris duduk di samping ranjang Lily sambil memegang sebuah buku dongeng.Lily menarik selimutnya, matanya berbinar siap mendengarkan cerita dari Haris."Ayo, Paman Haris, baca dongeng yang itu," kata Lily sambil menunjuk gambar di sampul buku dongeng tentang hewan-hewan kesukaannya.Haris tersenyum lembut dan mulai membuka halaman buku. Dia membacakan satu cerita hingga habis, tapi Lily tampak belum juga mengantuk.“Kenapa Lily tidak memejamkan mata? Apa ada yang Lily pikirkan?” tanya Haris penuh kelembutan.Lily mengangguk kecil. "Iya. Kapan Papa dan Bunda pulang dari Paris?"Haris berhenti sejenak, menatap Lily dengan tatapan hangat. "Tidak lama lagi, mereka pasti segera pulang.”Lily mengerutkan alis. "Aku kangen Bunda sama Papa. Tapi aku senang ada Paman Haris di sini," katanya sambil bersandar manja pada Haris.“Mereka pasti juga kangen banget sama Lily,” kata Haris. "Mereka lagi jalan-jalan ya di sana?" Lily bertanya lagi, anak itu cerewet seperti bundanya waktu keci

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-26
  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   156. Pulang

    Hari itu Rara pergi ke penjara. Dia sudah duduk menunggu di ruang kunjungan, lalu beberapa saat kemudian Arin masuk ruangan itu dengan kedua tangan terborgol. “Bagaimana kabar Mama?” tanya Rara saat Arin sudah duduk berhadapan dengannya. “Menurutmu? Apa kamu tidak bisa menilai sendiri? Kamu pikir mama baik-baik saja?” Arin agak sewot karena kesal. Rara hanya menghela napas kasar mendengar jawaban Arin. Ya, dia menganggap jika Arin hanya tertekan karena mendekam dan terkekang di penjara. “Kenapa papamu tidak datang ke sini menjenguk mama?” tanya Arin karena selama dirinya ditahan, Roshadi sama sekali belum menemuinya. “Mama berharap apa? Tentu saja Papa sangat kecewa karena itu tidak mau menjenguk Mama,” jawab Rara, “aku sudah memperingatkan agar Mama tidak terlibat, tapi Mama tidak mengindahkan ucapanku,” imbuh Rara. Andai Arin percaya pada Rara dan tidak mengikuti rencana Sevia, pasti Arin masih bisa hidup enak. Sekarang Arin harus menerima hukuman dengan tidur di tempat dingi

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-27
  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   157. Kebenaran

    Adhitama mengerutkan kening, dia bingung dengan arah pembicaraan Kakek Roi saat ini. "Apa maksud Kakek?" tanyanya. Kakek Roi lagi-lagi membuang napas. "Sejak awal semuanya memang bukan salah papamu. Dia tidak seperti yang kamu pikirkan," ucapnya. Adhitama diam, begitu juga dengan Risha yang masih mencoba menerka. Kakek Roi seperti memiliki beban yang sangat berat di pundaknya. Tatapan mata pria itu ke Adhitama tampak sangat sendu. “Mamamu berselingkuh, bahkan mamamu meninggal karena mengalami kecelakaan bersama selingkuhannya itu. Papamu tahu semua, tapi dia memilih diam,” ujar kakek Roi menceritakan fakta sebenarnya. Adhitama mencengkram lutut mendengar cerita Kakek Roi. Tentu saja dia tidak bisa percaya begitu saja. Sementara itu, Risha sangat kaget sampai menoleh Adhitama yang masih terdiam. “Bahkan, Roshadi juga diam saat kamu membencinya. Kamu tahu kenapa dia melakukan itu? Tentu saja agar kamu tidak membenci mamamu. Dia menerima semua kebencianmu karena baginya, seo

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-28

Bab terbaru

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Happy Family : END

    Risha dan Adhitama berjalan beriringan masuk ke sekolah Lily pagi itu. Mereka terlihat beberapa kali berhenti untuk berbicara dengan orangtua teman Lily yang juga datang ke sekolah.Hari itu acara kelulusan murid digelar, Risha sudah tidak sabar melihat bagaimana penampilan putri kecilnya di atas pentas.Risha duduk sambil harap-harap cemas menunggu acara dimulai.“Dia tidak akan membuat kesalahan ‘kan?” tanya Risha sambil meremas tangan. Padahal Lily yang akan tampil, tapi dia yang grogi.Adhitama yang melihat Risha beberapa kali menggigit bibir bawah hanya tersenyum, dia meraih tangan sang istri yang ada di atas paha lalu menggenggamnya erat.“Dingin sekali, kenapa kamu yang gugup begini?” tanya Adhitama.“Aku hanya khawatir. Lihat saja banyak orang begini, bagaimana kalau dia takut hingga membuat kesalahan. Dia pasti sedih dan bisa kehilangan rasa percaya diri, ini penampilan pertamanya di depan banyak orang,” jawab Risha.“Kamu harus yakin ke Lily, dia pasti bisa. Calon penerus Ma

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Extra Part 11 : Menikah?

    Sore itu, Andre duduk di meja kerjanya sambil menatap layar laptop. Pekerjaan hari itu hampir selesai, tetapi ada satu hal lagi yang harus dia urus sebelum meminta izin pulang ke Adhitama.Andre melihat jam di tangannya, sudah hampir pukul lima sore. Andre menarik napas dalam-dalam sebelum berdiri dan melangkah ke ruangan Adhitama.“Pak, apa saya bisa bicara sebentar?” kata Andre, mencoba terdengar tenang meskipun ada sedikit kegugupan di suaranya.Adhitama yang masih berkutat dengan layar laptop menjawab, “Tentu. Ada apa?”“Saya mau minta izin, Pak. Lusa rencananya saya ingin mengambil cuti untuk jalan-jalan sebentar. Sudah lama saya tidak liburan."Adhitama sedikit terkejut mendengar permintaan Andre. Dia menghentikan pekerjaannya sejenak lalu memandang sekretarisnya itu. “Jalan-jalan? Ke mana? Memang kamu sudah punya pacar?” goda Adhitama.Andre tertawa kecil mendengar pertanyaan sang atasan. Pemuda itu sedikit berkilah dengan menjawab, “Memang pergi jalan-jalan harus bersama pacar

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Extra Part 10 : Pulang Bersama

    Seminggu kemudian Alma dan Haris mengadakan syukuran atas kelahiran anak mereka.Syukuran di rumah mereka berjalan meriah. Tamu-tamu yang datang silih berganti, membawa suasana hangat penuh canda tawa.Alma, yang baru saja melahirkan putra pertamanya, tampak bahagia menyambut satu per satu tamu yang hadir.Andre melangkah masuk dengan senyum kecil di wajah. Berbaur dengan tamu-tamu lain yang sebagian besar dia kenal. Namun, saat melihat sosok gadis yang tengah mengobrol di sudut lain ruangan, Andre segera berjalan mendekatinya. Ia sudan lama tak bertemu dengan Mahira, tapi dia sebenarnya sudah menduga pasti akan bertemu dengan Mahira di rumah Alma."Andre! Lama nggak ketemu. Apa kabar?" tanya Mahira sambil tersenyum lebar.Andre mengangguk kecil. "Baik. Kamu gimana?""Aku? Baik juga. Ngomong-ngomong, kabar mamamu gimana? Sehat kan?""Sehat kok," jawab Andre.Mereka terlihat canggung, Mahira bahkan ingin menjauh tapi entah kenapa ada perasaan yang membuatnya ingin terus mengobrol denga

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Extra Part 9 : Satu Malam Indah

    Risha baru saja keluar dari kamar Lily malam itu. Dia berjalan pelan sambil memandang pintu ruang kerja Adhitama. Risha ragu mungkinkah Adhitama masih berada di sana atau sudah kembali ke kamar mereka. Risha mengedikkan bahu, memilih mempercepat langkah menuju kamar tidur. Baru saja menutup pintu, Adhitama membuat Risha terkejut karena sudah berada di dalam. “Astaga Mas Tama!” pekik Risha setelah sebelumnya berjengket karena kaget. “Kamu itu kenapa?” Adhitama terkekeh kecil lalu menekuk tangan di depan dada. “Aku pikir Mas masih di ruang kerja,” balas Risha sambil naik ke atas ranjang lalu duduk di samping Adhitama. “Apa ada masalah lagi di Mahesa?” tanyanya penuh perhatian. “Tidak ada, hanya mengecek dan memastikan sesuatu.” Adhitama membalas sambil melingkarkan tangan melewati punggung Risha, memberi isyarat kalau dia ingin memeluk istrinya itu. “Bagaimana Pembangunan kantor dan pabrik barumu? Bukankah seharusnya bulan depan pabrik sudah bisa mulai beroperasi?” tanya Adhitama

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Extra Part 8 : Kode Ke Suami

    “Sudah sayang, kamu sudah cantik!”Ucapan Adhitama membuat Risha menoleh dan tersenyum. Adhitama berjalan mendekat pada Risha yang masih mematut diri di depan cermin, memeluk pinggang lalu mencium pundak istrinya itu.“Lily sudah siap?” tanya Risha sambil memandang Adhitama dari pantulan kaca di hadapannya.“Sudah, dia senang sekali mendengar kita mau mengajaknya pergi belanja,” balas Adhitama. “Ternyata semua wanita sama, suka sekali dengan hal berbau materi,” imbuhnya.Risha tertawa lebar, dia memutar tubuh lalu memandang Adhitama yang semakin hari semakin terlihat menawan di matanya.“Jadi selama ini Mas Tama pikir aku ini matre? Begitu?” goda Risha.“Hm .. bagaimana aku menjawab? Yang pasti aku bahagia bisa memberimu segalanya.” Adhitama meraih pinggang Risha. Menarik tubuh wanita itu hingga menempel padanya.“Aku hanya butuh Mas cintai dan jadikan satu-satunya wanita di dalam hidup Mas Tama,” ujar Risha. Senyum tipis dan tatapan matanya yang penuh cinta melenakan Adhitama hingga

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Andre - Mahira : Pantas Bahagia

    Andre sedang duduk di meja kerjanya, memeriksa laporan yang harus diserahkan ke Adhitama saat atasannya itu baru saja datang.Andre langsung berdiri dan menyapa dengan sopan. “Selamat pagi, Pak.”"Pagi, ikut ke ruanganku, ada yang mau aku bicarakan," ucap Adhitama seraya melangkah masuk.Andre mengangguk, dia berdiri dari kursinya kemudian menyusul Adhitama. Meskipun terdengar serius, tapi raut Adhitama tidak tampak mengintimidasi."Aku mendengar dari pengacara kalau masalah dengan ayahmu itu belum ada titik temu, bagaimana perkembangannya?” tanya Adhitama.Andre menarik napas dalam sebelum menjawab. “Sebenarnya semalam saya bertemu dengannya, yang bisa saya baca dia mulai terlihat khawatir. Mungkin karena saya bilang bekerja di Mahesa dan memiliki dukungan penuh dari perusahaan.”Adhitama tersenyum tipis. “Baguslah kalau begitu. Orang seperti Papamu itu biasanya hanya menggertak. Kalau ada yang kamu butuhkan, jangan ragu untuk bicara, aku pasti akan membantu,” ucapnya.“Terima kasih,

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Andre - Mahira : Tidak Akan Menang

    Di tengah hujan gerimis yang mengguyur kota, Mahira duduk di kursi penumpang mobil Andre sambil membuka jendela, membiarkan angin segar bercampur bau aspal basah masuk ke dalam mobil.Di tengah perjalanan menuju kos, tiba-tiba Mahira berkata, “Apa bisa berhenti sebentar di minimarket depan? Aku mau beli beberapa makanan buat stok di kos.”Andre mengangguk tanpa banyak bicara, lalu memutar setir ke arah minimarket yang Mahira maksud. Mobil itu melambat dan berhenti di depan minimarket yang terlihat ramai. Mahira keluar lebih dulu, lalu menoleh ke Andre yang masih duduk di kursi kemudi.“Yuk, ikut," ajaknya. Andre sebenarnya malas keluar mobil, tapi entah kenapa dia mengiyakan saja ajakan Mahira."Kamu kalau mau beli sesuatu boleh. Aku traktir, kamu pilih apa aja yang kamu mau.” Senyum Mahira mengembang. Pikirnya, Andre sudah banyak membantu jadi tidak ada salahnya mengeluarkan beberapa puluh ribu untuk membelikan pemuda itu sesuatu.Andre menghela napas sambil menggeleng. "Nggak usah.

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Andre - Mahira : Bisakah Perasaan Berubah?

    Mahira duduk di ruang kecil kantor My Lily, matanya terus melirik jam dinding. Risha belum juga datang, dan dia sudah tidak sabar untuk meminta izin pada ibunda Lily itu.Meski terdengar keterlaluan, tapi Mahira berniat mengajukan diri agar diizinkan melakukan live penjualan sepanjang hari.Mahira masih menunggu dengan cemas, hingga Risha muncul dengan senyum maanis.“Pagi,” sapa Risha ke semua stafnya. Wanita itu berjalan ke ruang kerjanya dan disusul oleh Mahira.“Bu Risha, permisi. Apa saya boleh bicara?”Ucapan Mahira membuat Risha menghentikan langkah lalu menoleh.“Bicara apa?” tanya Risha dengan kening berkerut halus.“Begini Bu Risha. Saya mau meminta izin, boleh tidak hari ini saya mengambil alih live dari pagi sampai petang? Maksimal delapan jam.”Risha mengangkat alis, kaget dengan permintaan itu. “Kenapa tiba-tiba kamu ingin live selama itu?”Mahira menarik napas panjang, matanya sedikit berkaca-kaca. “Saya butuh uang, Bu. Papa saya … papa saya ditangkap polisi.”Risha ter

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Andre - Mahira : Fakir Miskin

    Lain di mulut lain di hati. Meski terlihat tak peduli, nyatanya Andre tidak benar-benar bisa mengabaikan Mahira. Malam itu, meskipun memaksakan diri untuk tidur, pikiran Andre tetap berkelana, memikirkan Mahira dan apa yang mungkin sedang terjadi.Pagi harinya, Andre bangun dengan perasaan yang masih sama. Namun, dia tetap berusaha untuk tidak memperlihatkan perasaannya kepada siapapun, termasuk ibunya.Andre bangkit dari tempat tidur dengan mata berat. Ponselnya tergeletak di meja dengan layar hitam tanpa notifikasi baru. Dia memegangnya lagi, ragu sejenak sebelum mengetik pesan lain untuk Mahira.[Kalau kamu butuh bantuan, bilang aja.]Setelah mengirim pesan itu, Andre termenung, berharap balasannya kali ini datang.Namun, keheningan tetap mengisi ruang kamarnya. Andre mendesah berat, merasa bersalah tapi masih enggan mengakui."Apa aku harus ke sana langsung?" gumamnya. Pikiran tentang Mahira di kos seorang diri terus menghantui Andre.***Matahari baru saja muncul, memancarkan sin

DMCA.com Protection Status