Semua Bab Dihina Pengangguran Tak Berdaya, Ternyata Suamiku Kaya Raya: Bab 121 - Bab 130

230 Bab

BAB SERATUS DUA PULUH SATU

Sandy mengulum senyum diam-diam, mendengar yang dikatakan Rahadian Hendarto. Serius? Atma De Angelo menjanjikan besanan dengan pria yang anaknya hobi buka paha pada siapa saja yang bersedia memuaskan hasratnya.Sandy mengangkat wajah, pandangannya bersua dengan David. Dua pria terlibat kontak mata penuh makna. Tahulah artinya apa.Rafael memang ingin semua anggota keluarga ada saat menemui Rahadian. Dia tidak mau menyembunyikan soal hal ini, apalagi dia tahu apa tujuan pria itu langsung mengejarnya. Dasar serakah."Eva bekerja di sini juga. Dia kuliah, lulus dengan nilai bagus. Dia juga perempuan baik-baik."Rafael, David dan Sandy hampir tersedak bersamaan. Perempuan baik-baik katanya. Rasanya tiga pria itu ingin terbahak tapi masih takut dosa. Astaga pak Rahadian, mainmu kurang jauh.Paramita langsung menoleh ke arah sang putra begitu bahu Rafael bergetar. Perempuan itu memasang tampang memperingatkan, agar Rafael menjaga sikap."Dia pasti bisa dan pantas berdampingan dengan Anda."
Baca selengkapnya

BAB SERATUS DUA PULUH DUA

Suasana haru sekaligus bahagia menyelimuti kediaman Rafael. Rumah bercat biru langit itu tampak menunjukkan kehidupan setelah sekian lama seperti mati tanpa penghuni."Jangan tinggi-tinggi," Atma berucap meski masih terbata-bata juga lirih.Iya, pria renta itu akhirnya sadar dari koma setelah hampir sebulan. Satu keajaiban yang membuat semua orang menangis penuh keharuan. Ada Reva yang tak henti menitikkan air mata. Tidak pernah menyangka jika kakeknya bisa sadar secepat ini."Sini," Atma memberi kode pada Nadine untuk mendekat. Perempuan itu yang menemukan Atma sudah membuka mata saat dia bermaksud mengecek infus Atma seperti permintaan Reva. "Iya, Kek. Mau apa?" Nadine bertanya lirih."Siomay."Nadine melongo mendengar ucapan Atma. Sampai dia teringat janjinya. "Nadine belikan sekarang ya?"Pria itu menggeleng. "Suruh mereka beli, kita makan sama-sama. Kakek mau keluar, bosan di sini." Meski masih terbata dan lirih, tapi Nadine paham yang diinginkan Atma. "Beli di mana?" Rion ber
Baca selengkapnya

BAB SERATUS DUA PULUH TIGA

Alarm lirih terdengar membuat pemiliknya terjaga. Rafael mematikan alarm, lantas menoleh pada Nadine yang tidur dalam pelukannya. Perempuan ini, Rafael menunduk untuk mencium bibir istrinya. Rafael tidak pernah menyangka jika Nadinelah yang mengamankan posisinya. Stempel itu ada pada sang istri ternyata."Sepertinya sepuluh persen kurang." Kata Rafael sedikit menegakkan tubuhnya ketika Nadine kian mengeratkan pelukan padanya. Pria itu balas mendekap Nadine. Menenggelamkan wajah sang istri di dadanya. Seraya menghadiahkan kecupan di puncak kepala sang istri."Raf ....""Hmm." Sepertinya lelaki itu pasrah saja andai Nadine membuka mata lalu menemukan mereka di kamar super mewah, yang sangat tidak mungkin adalah milik Rafael, jika menilik pekerjaan pria itu yang cuma seorang kurir."Aku harus bangun, Sayang," bisik Rafael sembari menggigit telinga Nadine, membuat si empunya menggeliat gelisah.Rafael menatap Nadine, perempuan itu tinggal mengenakan blus setelah Rafael menanggalkan blaze
Baca selengkapnya

BAB SERATUS DUA PULUH EMPAT

Nadine setengah berlari sepanjang lorong rumah sakit. Dia langsung keluar dari mobil Sandy yang mengantarnya bahkan ketika kendaraan lelaki itu belum berhenti sepenuhnya. Benaknya dipenuhi ketakutan. Dia sangat takut, takut kehilangan."Bu, bapak bagaimana?" Nadine nyaris berteriak begitu melihat Heni duduk sendirian di ruang tunggu.Wanita itu tidak menjawab, hanya air mata yang bercucuran jadi jawaban. "Ibu! Jawab Bu!""Ibu tidak tahu, tapi Rafael sedang mencari tahu."Nadine mengerjap, bagaimana suaminya sampai lebih dulu, padahal tadi waktu membalas pesan Nadine, pria itu hanya membalas dengan tiga huruf, OTW.Nadine pilih duduk di samping Heni yang sesenggukan. Perempuan itu belum banyak bicara, dia sendiri juga sedang kacau. Nadine melesat keluar dari kediaman De Angelo begitu mendapat telepon jika sang ayah kecelakaan.Nadine mengabaikan ingatannya soal rumah yang pernah diakui Rafael sebagai rumah bosnya. Dia bertemu Sandy di luar rumah, entah bagaimana lelaki itu bisa berada
Baca selengkapnya

BAB SERATUS DUA PULUH LIMA

"Bagaimana? Bapak bagaimana?"Tiga perempuan langsung berdiri menyambut kedatangan Rafael dan Sandy. Dua pria itu saling pandang. "Begini, Bu ...."Tak ada yang Rafael dan Sandy tutupi. Keduanya ceritakan kondisi sebenar dari Hermawan. Dalam kesempatan ini, Rafael juga meminta Heni untuk menandatangani surat persetujuan operasi untuk Hermawan.Heni memandang dua putrinya seolah minta pendapat. "Resikonya? Pangkas Nadine cepat."Benda itu bisa melukai paru-paru bapak lebih parah jika tidak segera ditangani. Luka di paru-paru bisa segera diatasi kalau patahannya diurus," kata Rafael cepat."Kalau bapakku kenapa-kenapa awas kamu! Tidak peduli kamu ...." Sita melotot ketika Sandy membungkam mulutnya."Aku jamin bapak akan baik-baik saja jika dia segera masuk ruang operasi. Aku juga harus bersiap.""Ke mana?" Heni yang bertanya. Perempuan itu memicing curiga."Ada urusan," balas Rafael asal."Ngantar baranglah tu," cibir Sita yang masih tidak terima dengan ulah calon suaminya."Nah tu tah
Baca selengkapnya

BAB SERATUS DUA PULUH ENAM

"Ke mana semua orang?"Atma bertanya ketika makan malam tiba, dia yang masih duduk di kursi roda melihat meja makan hanya berisi dua orang. Dia pikir Nadine dan Rafael akan tinggal sampai makan malam."Ada hal buruk terjadi, Yah."Paramita mungkin terlalu berani saat berucap, tapi dia tidak mau menyembunyikan apapun dari ayahnya. "Hal buruk apa?" Pria itu menanti. Kendati fisiknya masih lemah tapi psikis Atma telah pulih. Dia siap menerima berita apapun, baik atau buruk dia bisa menerimanya."Ayah Nadine mengalami kecelakaan. Keadaannya tidak terlalu bagus. Reva datang ke rumah sakit, tadinya cuma mau ngecek aja. Tapi lima menit lalu dia bilang kalau akan ikut masuk ruang operasi.""Ada masalah?""Patahan tulang rusuk katanya mengenai bagian paru-paru, saat dibersihkan malah melukai pembuluh darah. Pendarahan dalam kan namanya."Atma langsung mengubah ekspresi wajahnya jadi ikut cemas. "Untung Rafael sudah diambil darahnya buat jaga-jaga.""Kita doakan saja besanmu baik-baik saja. K
Baca selengkapnya

BAB SERATUS DUA PULUH TUJUH

"Dave cuma sendiri kok Tante. Gak ada yang ngikutin juga, sumpah."Paramita melirik Atma yang hanya bisa menarik napas. Hubungan mereka sejatinya tidak terlalu dekat. Kecuali Mita dan Dave. "Tahu dari mana kami di sini?" Paramita bertanya."Iseng aja. Kata Rafael kakek ikut dengannya. Aku cek ke rumah Bang Lio gak ada. Terus aku kepikiran rumah Rafael sendiri. Curiga karena banyak yang jaga di depan. Aku jadi yakin kalau kakek di sini.""Enggak cuma kakek sih. Semua ngumpet di sini," kekeh Atma."Ikutan dong. Kalau di sini pasti gak ketahuan Papa. Malas serumah sama dia.""Heh! Kalau kamu ikut bapakmu pasti nyariin, ketahuan kita nanti.""Bilang aja Dave nyusulin Mama. Gak bakal dia nyari, mana berani dia nyamperin mama.""Emang gak ngantor?""Bisa WFH juga."Tampak sekali jika David begitu tertekan. Paramita cukup paham akan hal itu. "Musti lapor sama tuan rumah dulu.""Besok saja. Tante ... lapar. Mau makan. Nanti kalau papa nyari bilang aja kayak tadi," rengek David.Tak akan ada
Baca selengkapnya

BAB SERATUS DUA PULUH DELAPAN

"Iya, dia Reva."Rafael tak punya pilihan selain jujur. Kepalanya sedang pusing, dia sedang tidak bisa berpikir jernih. Berbohong hanya akan menambah beban juga keruwetan di kepalanya."Kenapa dia di sini?""Ada hal, aku bertemu dengannya di depan toilet. Dia ingat sama aku rupanya."Nadine tampak berpikir. "Oh iya, dia kan dokter wajar kalau berada di rumah sakit. Dia pulang sendiri? Sudah malam ini.""Ada suaminya ngikutin dia."Keduanya kembali masuk ke dalam rumah sakit. Sampai mereka berbelok ke kafetaria rumah sakit. Mereka baru merasa lapar. Untung tempat itu buka dua puluh empat jam hingga mereka tidak kerepotan kalau malam-malam kelaparan. Membawa lima nasi kotak juga air mineral. Keduanya kembali ke tempat Heni, Sita juga Sandy berada."Aku baru mau keluar cari makan." Seloroh Sandy yang sepertinya sudah lapar lagi. Operasi Hermawan yang berjalan lancar tampaknya melegakan semua orang. Meski Leo dan Reva sempat mengingatkan mereka untuk terus berdoa, agar Hermawan bisa mele
Baca selengkapnya

BAB SERATUS DUA PULUH SEMBILAN

David manyun sepanjang sarapan. Sungguh tidak menduga kalau cinta monyet Reva dan Rion berlanjut ke pelaminan. Ditambah kabar Sandy yang bakal mempersunting adik Nadine, membuat moodnya makin berantakan.Sungguh ingin rasanya dia kabur ke tempat mamanya. Menyembunyikan diri di sana. Enek lihat Rion dan Reva tampak mesra. Dia cukup tahu bagaimana Lio dan Rafael dulu menjaga Reva dari Rion. Jadi mungkin saja ketika sekat itu sudah tidak ada, keduanya bebas mengekspresikan rasa cinta mereka."Dave, ikut ke rumah sakit ya?""Malas," balas David ketika Paramita memintanya menemani Atma cek up. Rion sudah berangkat, menyisakan Reva yang sedang menunggu sang kakek mandi."Tolonglah, Tante harus ke kantor. Rafael tidak masuk hari ini. Atau kamu yang ke kantor.""Malas."Paramita rasanya ingin menjewer kuping keponakannya. "Pilih satu, rumah sakit atau kantor!" Tegas Paramita."Aduhh," David meringis ketika Paramita merealisaikan niatnya mau menarik rungu David."Iya deh, iya. Rumah sakit. Ti
Baca selengkapnya

BAB SERATUS TIGA PULUH

"Perempuan sinting!" Maki Rion seketika begitu gosip soal Eva sampai ke telinganya."Sabar, Bro. Yang disangkutin namanya saja masih anteng saja." Sandy berucap entengSatu pukulan melesat mengenai perut orang yang hampir menerobos ruang perawatan Hermawan. Rion yang begitu stres akhir-akhir ini sama seperti Rafael, sepertinya sedang melampiaskan kemarahannya. Pria itu sejak tadi menjadikan pria tadi samsak hidup untuk tinjunya."Eh, sudah. Pulang sana kalau sudah puas mukulin orang.""Reva masih di rumah sakit. Sebentar lagi aku jemput," balas Rion seraya menghembuskan napasnya, lantas mengambil duduk di samping Sandy.Dua pria itu menatap ke depan, ke arah pria yang sudah pingsan, tidak sadarkan diri. "Mulai riweh lagi."Sandy menggumamkan sesuatu tidak jelas untuk mengiyakan perkataan Rion. Baru juga memasuki masa tenang, keadaan diperkirakan akan memanas lagi.Malam itu Rion dan Sandy berpisah arah, meski keduanya ke rumah sakit bersama-sama. Rion langsung melajukan mobilnya begit
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1112131415
...
23
DMCA.com Protection Status