Share

BAB SERATUS DUA PULUH DELAPAN

"Iya, dia Reva."

Rafael tak punya pilihan selain jujur. Kepalanya sedang pusing, dia sedang tidak bisa berpikir jernih. Berbohong hanya akan menambah beban juga keruwetan di kepalanya.

"Kenapa dia di sini?"

"Ada hal, aku bertemu dengannya di depan toilet. Dia ingat sama aku rupanya."

Nadine tampak berpikir. "Oh iya, dia kan dokter wajar kalau berada di rumah sakit. Dia pulang sendiri? Sudah malam ini."

"Ada suaminya ngikutin dia."

Keduanya kembali masuk ke dalam rumah sakit. Sampai mereka berbelok ke kafetaria rumah sakit. Mereka baru merasa lapar. Untung tempat itu buka dua puluh empat jam hingga mereka tidak kerepotan kalau malam-malam kelaparan. Membawa lima nasi kotak juga air mineral. Keduanya kembali ke tempat Heni, Sita juga Sandy berada.

"Aku baru mau keluar cari makan." Seloroh Sandy yang sepertinya sudah lapar lagi.

Operasi Hermawan yang berjalan lancar tampaknya melegakan semua orang. Meski Leo dan Reva sempat mengingatkan mereka untuk terus berdoa, agar Hermawan bisa mele
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status