Semua Bab Dihina Pengangguran Tak Berdaya, Ternyata Suamiku Kaya Raya: Bab 111 - Bab 120

230 Bab

BAB SERATUS SEBELAS

"Benar, ini obat pelemah jantung. Akibatnya sangat fatal untuk kakek yang memang punya riwayat penyakit jantung."Ucapan Reva membuat semua orang yang ada di ruangan itu menggeram marah. Terlebih Rafael, lelaki yang beberapa saat lalu begitu bahagia memeluk sang adik, kini merasa sebaliknya. Murka, dia ingin menghancurkan siapa saja yang telah membuat kakeknya jadi begini."Tenang saja, Kak. Kakek akan bangun. Aku yakin itu. Semua tanda vital stabil. Keadaan saraf kakek boleh dibilang bagus. Meski untuk fase pasien koma, hal itu sulit dipastikan. Tapi aku yakin, Kakek akan sembuh."Reva berjalan kembali menuju brankar Atma. Ini sudah keberapa kali Reva melakukannya. Kali ini, dia menggenggam jemari tangan Atma. Tanpa kata, Reva yang peka segera menyadari kalau ujung jemari Atma bergerak pelan."Siapa yang terakhir kali bertemu Kakek?" Reva yakin orang itu meninggalkan kesan mendalam, hingga alam bawah sadar sang kakek merespon."Aku kemarin siang menemui Kakek, tapi ....""Ada satu or
Baca selengkapnya

BAB SERATUS DUA BELAS

Nadine tampak heran melihat Rion bersama seorang gadis. Mana cantik lagi, perempuan itu seketika langsung menduga kalau gadis tersebut spesial untuk Rion."Ngapain ngajak aku ke sini. Tahu gitu aku bawa Rafael juga. Double date," celetuk Nadine sebelum mengambil duduk di sebelah Reva.Rion memperkenalkan keduanya. Reva sempat tak berkedip menatap paras Nadine yang cantik. Heran sekali kenapa David sampai memutuskan pertunangannya dengan cara yang tidak terpuji sama sekali."Sudah lama kenalnya?" Nadine mulai membuka obrolan. Reva langsung akrab dengan kakak iparnya. Nadine pandai mencari topik pembicaraan hingga Reva bisa nimbrung di dalamnya. Dalam diri Nadine, Reva mampu menemukan sosok kakak perempuan yang tidak pernah dia miliki.Mereka berbincang cukup lama, hingga hari menjelang petang. Sebelum berpisah, Nadine hanya berpesan, "Segeralah menikah jika kalian sudah punya niat. Tidak bagus menunda sesuatu yang baik."Reva segera melirik ke arah Rion yang memberikan jempolnya pada
Baca selengkapnya

BAB SERATUS TIGA BELAS

Suasana petang itu begitu semarak. Beberapa hiasan sederhana dipasang di sudut rumah minimalis dua lantai. Tak banyak orang berlalu lalang, sebab acara kali ini hanya acara inti, sangat privat. Reva akhirnya menerima lamaran Rion, bersedia menikah dengan lelaki itu, dan hari ini ijab kabul akan dilaksanakan.Pertimbangan Reva jelas untuk mengurangi beban pikiran Rafael. Dia tahu benar, kakaknya akan selalu cemas padanya. Dia tidak mau menambah panjang deretan beban yang harus Rafael tanggung. Kakaknya harus mengutamakan Nadine dan keluarganya, sebab mereka kalangan biasa. Tidak tahu menahu konflik keluarga mereka. Tidak seharusnya terlibat dengan masalah keluarga mereka. Karena itu Reva memilih menikah dengan Rion. Dengan begitu Rafael akan merasa lebih tenang. Sebab baik Rafael dan Reva sendiri yakin kalau Rion akan menjaga Reva dengan baik. Selain itu karena Reva sebenarnya juga cinta pada Rion."Suami Kakak mana?" Reva iseng bertanya, padahal dia tahu kalau sang kakak ada di sala
Baca selengkapnya

BAB SERATUS EMPAT BELAS

"Oh, ya Tuhan!"Paramita membekap mulut dengan netra berkaca-kaca. Perempuan itu segera melangkah cepat ke brankar pasien di mana Atma terbaring di sana. "Ayah!" Peluk Paramita.Wanita itu pikir tidak akan lagi melihat sang ayah. Siapa sangka jika Atma justru bersama Reva. "Kakak memintaku pulang untuk merawat kakek. Dia tidak percaya sama orang rumah sakit. Kakak takut kakek dicelakai lagi. Untungnya waktu itu ada kak Nadine yang menolong kakek. Kalau tidak."Reva menjeda kalimatnya, dadanya mendadak sesak jika teringat sang kakak. Tidak! Dia tidak mau mengingatnya. Reva sudah berjanji untuk hidup lebih baik di depan nisan Lio.Beberapa kali Reva menarik napas, berusaha menenangkan diri. Hingga dia berbalik, lalu menatap Nadine yang masih berdiri di ambang pintu. Enggan untuk masuk lebih dalam."Mari, Kak. Yang aku tahu, kakak orang terakhir yang menjenguk kakek." Reva menggandeng Nadine untuk mendekat ke arah Atma yang satu tangannya digenggam Paramita. "Aku harap, mulai saat ini k
Baca selengkapnya

BAB SERATUS LIMA BELAS

"Apa maksudmu?" Pertanyaan terlontar dari Rionald dan Arya di waktu bersamaan tapi di tempat berbeda, pada asisten masing-masing. "Rapat dewan direksi akan digelar minggu depan." Asisten Rionald menjawab. "Siapa yang minta? Aku tidak mengajukan hal itu, Mita juga tidak. Apa mungkin Arya?" Pertanyaan mengemuka dari sisi Rionald. Curiga jika itu ulah adik iparnya. Dua pria itu memang terlibat perang dingin sejak lama. Nampak harmonis di luar tapi penuh gejolak di dalam. Begitulah yang sesungguhnya terjadi. "Apa tujuannya?" Arya kali ini yang bertanya. Rionald dan Arya kebetulan sedang berkunjung ke kantor Rafael, keduanya berada di ruangan yang berbeda saat berita itu sampai ke telinga mereka. Asisten Arya menggeleng pelan, saat itulah pintu menjeblak terbuka. Rionald masuk dengan wajah kesal, menuju ke arah Arya seraya bertanya, "Apa maksudmu dengan mengajukan rapat dewan direksi. Ayahku masih hidup, dia belum meninggal!" Todong Rionald. Arya gegas berdiri, menyambut kakak ipar
Baca selengkapnya

BAB SERATUS ENAM BELAS

Pemeriksaan menyeluruh lekas dibuat Reva saat Nadine memberitahu kalau sang kakek bereaksi saat dia menyebut rapat dewan direksi. "Ini bagus. Tapi ....""Maaf, aku tidak seharusnya menambah beban pikiran kakek soal pekerjaan. Aku cuma cerita," potong Reva cepat."Bukan begitu. Apapun akan kita lakukan untuk membuatnya bangun. Bahkan kalau perlu, kita jejali saja rungu kakek dengan keluhan soal pekerjaan. Sekarang kita tahu hal apa yang paling dicemaskan kakek. Meski sebel sih, dia sama sekali tidak memikirkan aku, cucunya yang tidak pernah pulang. Sedihnya aku."Lah, Reva malah sok drama. Tapi memang betul sih, Atma ini agak lain dalam menunjukkan kasih sayangnya pada cucunya. Maklum saja, pria itu juga lelaki yang minim kosa kata. Datar, lempeng macam Rafael di awal perjumpaannya dengan Nadine.Rafael sekarang sudah lebih banyak bicara, ditambah mulai ketularan absurd-nya keluarga sang mertua."Ya, sudah kita jadikan saja kakek tempat curhat soal kerjaan. Kayaknya dia tidak rela peru
Baca selengkapnya

BAB SERATUS TUJUH BELAS

Hari yang dinanti tiba, Rafael sudah siap dengan pakaian formal yang Sandy sediakan. Pria itu menatap tampilan diri di cermin, sudah lama dia tidak mengenakan busana kebanggaan para pengusaha. Kemeja, dengan vest, serta dasi terlilit rapi di kerah leher Rafael. Dilengkapi jas, dipadukan dengan celana senada. Sepatu hitam berkilat juga sudah Rafael kenakan."Siap?" Suami Nadine menoleh ketika Sandy melongok dari balik pintu.Lelaki itu mengangguk lantas berjalan keluar kamar yang ada di ruangan kerja mereka. Pakaian Rafael senada dengan yang dikenakan Nadine. Perempuan itu mengenakan blus putih yang dipadankan dengan blazer juga rok longgar sepanjang lutut. Tak terlalu ketat membentuk tubuh Nadine. Tentu saja, semua pakaian Nadine sudah lulus sensor dari badan per-fashionan lokal alias Rafael sendiri sebagai petugas sensornya."Aku harap semua berjalan lancar hari ini." Kata Sandy yang entah kenapa hatinya cemas."Tidak akan semudah itu. Stempel kakek, aku lupa membawanya.""Sita masih
Baca selengkapnya

BAB SERATUS DELAPAN BELAS

Di waktu yang sama, tapi tempat berbeda. Reva sedang melakukan pemeriksaan rutin pagi hari pada sang kakek. Perempuan itu sendiri yang merawat sampai membersihkan tubuh kakeknya. Semua berjalan normal, sampai alarm berbunyi. Reva segera berlari ke monitor yang terhubung ke jaringan CCTV.Wajah Reva berubah panik, dua mobil muncul dari ujung jalan, di mana seharusnya ada tim yang berjaga di sana. Namun satu orang pun tidak terlihat keberadaannya. "Halo, apa yang terjadi?"Reva menghubungi kepala bodyguard. "Maaf, Nona. Kita diserang." Suara sang bodyguard hilang berganti dengan bunyi tembakan beruntun. Reva mengumpat, dengan gesit dia mengambil dua pistol yang dia selipkan di pinggang satu. Satu lagi dia genggam, seraya mendorong brankar sang kakek."Kek, kita main petak umpet sebentar."Istri Rion menekan kunci kombinasi digital pada panel yang tersembunyi di balik tirai. Dinding sebelah kiri Reva menggeser, memperlihatkan sebuah lift yang muat untuk brankar Atma."Halo, halo ...." Re
Baca selengkapnya

BAB SERATUS SEMBILAN BELAS

Reva meringis ketika Rion menggendongnya. Gadis itu saking takutnya saat pintu lift didobrak dari luar, hingga terpeleset dengan bokong menghantam lantai kotak besi itu. Alhasil dia keseleo dengan bokong membiru. Untung tidak retak.Yang mendobrak pintu lift ternyata Rion, pria itu berhasil datang tepat waktu. Sekaligus melumpuhkan semua penyerang. Kalau tidak, Reva tidak tahu bagaimana nasibnya dan Atma. Dia rela terluka bahkan mati, tapi Atma tidak boleh sampai terluka lagi."Kita pindah ke rumah Rafael." Rion membuat keputusan, dia dan Reva sendiri yang mengawal brankar Atma di dalam ambulance.Reva menolak pergi ke rumah sakit. Dia pilih minta didatangkan dokter ke rumah. Dia yakin cuma keseleo tidak sampai retak apalagi patah tulang.Semua penyerang berhasil dilibas, menyisakan satu orang yang dibiarkan hidup untuk dimintai kesaksian. Kediaman Rafael yang dulu diklaim lelaki itu milik atasannya, saat dia membawa Nadine bersembunyi kala itu."Aduuhh," Reva mengaduh begitu dia meny
Baca selengkapnya

BAB SERATUS DUA PULUH

Nadine menyerahkan benda di tangannya pada Sandy. Perempuan itu masih penasaran dengan sosok Rafael, suaminya sendiri yang berbeda tampilan. Dan itu berhasil mengecoh Nadine. Putri Hermawan sama sekali tidak mengenali Rafael."Keluarkan dia dari sini. Meeting kita selesai!" Titah Rafael kembali. Suaranya dingin penuh penekanan. Nadine serta merta berpendapat kalau cucu kakek Atma seorang yang menyebalkan. Sebagai pemimpin pasti nanti akan bersikap seenaknya sendiri. Belum tentu juga kompeten dalam menghandle masalah pekerjaan.Nadine tidak tahu saja jika selama ini Rafael lah PIC aka person in charge alias orang yang bertanggung jawab dalam menjalankan perusahaan."Dia bisa tetap berada di sini," ujar Pram. "Bukan kau yang memberi keputusan, tapi aku!""Bawa dia keluar!" Perintah Rafael lagi. Kali ini Sandy mendorong pintu yang anehnya sudah bisa dibuka lagi. Padahal tadi terkunci."Aku perlu penjelasan." Nadine menahan tangan Sandy begitu mereka keluar dari tempat meeting."Tidak s
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1011121314
...
23
DMCA.com Protection Status