Home / Pernikahan / Desahan yang Didengar Anakku / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Desahan yang Didengar Anakku: Chapter 1 - Chapter 10

117 Chapters

Bab 1 Cerita Mengejutkan Anakku

"Ma, kasihan ya Papa."Seketika kedua alisku menaut tatkala mendengar ucapan putri kecilku. Saat ini kami berdua tengah berada di sebuah restaurant amerika kesukaannya. Hari ini libur sekolah, aku pun libur kerja hingga sengaja mengajaknya makan di restaurant untuk quality time.Namun sayang sekali suamiku tak bisa ikut karena memilih istirahat di rumah. Di waktu yang bersamaan pula aku menghentikan aktivitas mengunyah makanan."Kasihan kenapa, Mey?" Karena penasaran, gegas kulayangkan pertanyaan pada putriku—Meysa."Memangnya Mama gak pernah dengar saat Papa merintih kesakitan?" Putriku malah berbalik tanya membuatku kian penasaran.'Ada apa dengan suamiku? Mengapa merintih?' Rasa khawatir seketika menyeruak di dalam dada.Aku meletakan sendok di atas piring. Aku benar-benar harus menunda makan siang ini sebab ucapan putriku terdengar serius."Mey, kenapa dengan Papa? Mama tak pernah dengar apa pun. Mama tidak tahu," tanyaku pada Meysa dengan penuh kekhawatiran."Aku sudah beberapa k
Read more

Bab 2 Suara Suamiku

Aliran darah di dalam tubuh tiba-tiba terasa mendidih. Suara desahan Mas Dani dari dalam toilet kembali terdengar jelas apalagi saat aku menempelkan daun telinga pada pintu toilet."Aahh... Aahhh.."Suara itu terdengar menjijikan di telingaku karena jelas bukan suara rintihan seperti cerita Meysa.Tok tok tok.Gegas aku mengetuk pintu sambil mengatur napas yang tersengal ditenggorokan. Hening tak terdengar lagi suara menjijikan itu."Mas, buka pintunya!" Panggilku sambil kembali mengetuk pintu.Beberapa menit tak ada jawaban hingga akhirnya pintu toilet terbuka. Tampak Mas Dani keluar dari toilet dengan wajah lusuh dan kening berkilap."Mas, sedang apa kamu di dalam?" Tatapanku nanar penuh selidik.Namun Mas Dani hanya berjalan gontai sambil memijat pinggangnya. Aku melihat tak ada siapa pun di dalam toilet setelah Mas Dani keluar. Aku tak sempat memeriksa sudut yang lainnya sebab Mas Dani jatuh pingsan."Mas!"Kuraih tubuh suamiku yang tampak lemah di atas lantai."Ta-tari, aku lemas
Read more

Bab 3 Apa Suamiku Telah Berbohong?

"Tahu apa kamu tentang suamiku?" tanyaku penasaran.Bastian tampak menurunkan tatapan ketika aku melayangkan tatapan nanar kepadanya."Sebenarnya aku tak ingin mengatakan hal ini sebab aku tak memiliki bukti," jawab Bastian terdengar berhati-hati."Katakan dengan jelas, Bas. Tolong jangan buat aku penasaran," tekanku.Bastian terlihat membatu dalam beberapa detik. Ia seperti tengah mencerna kalimat yang hendak diucapkan."Aku pernah melihat Dani bersama wanita lain," celetuk Bastian.Aku terkejut sampai mata membola sempurna. "Apa! Tidak mungkin, Bas!" bantahku. Jelas aku membantah sebab Mas Dani tak pernah bepergian tanpa sepengetahuanku. Suamiku bahkan selalu meminta izin kepadaku."Sungguh, Tari. Aku tidak berbohong. Aku memang tak memiliki bukti, tapi aku melihat dengan jelas ketika Dani bersama wanita tak kukenal masuk ke dalam hotel," jelas Bastian terdengar berusaha meyakinkanku."Kapan?" Dalam suasana hati berdebar panas, aku memastikan."Beberapa minggu yang lalu. Saat jam ma
Read more

Bab 4 Mengintai Dari CCTV

Mas Dani nampak mengerutkan dahinya. Namun raut wajahnya seketika berubah setelah membaca berkas yang kuberikan tadi."Dari mana kamu mendapatkan ini, Tari?" Tanpa terlihat gugup Mas Dani bertanya lagi padaku."Tak perlu tanya dari mana aku mendapatkan bukti kesehatan itu. Aku ingin penjelasan dari kamu, Mas. Apa yang sedang kamu sembunyikan dariku?" tegasku.Namun bukannya menjawab, kulihat bola mata Mas Dani nampak berkaca-kaca. Dia membatu dalam beberapa detik sambil mengedip-ngedipkan kelopak matanya seolah tengah menahan air mata."Kenapa diam, Mas? Tolong jelaskan! Itu adalah hasil pemeriksaan kesehatan satu minggu lalu. Tertera dengan jelas mengenai kondisi ginjalmu yang sehat, tapi kenapa kemarin kamu—""Cukup, Tari!" sentak Mas Dani memotong kalimatku. Ini adalah kali pertama dia membentakku."Hasil pemeriksaan ini palsu. Aku sengaja memalsukan karena urusan pekerjaan. Kamu pikir, investor mana yang sudi bekerja sama dengan manusia penyakitan seperti aku hah?!" terangnya."Ap
Read more

Bab 5 Membongkar Isi Lemari ART

Selama ini dua ruangan itu memang berhasil terhindar dari pantauan CCTV. Aku memasang hari ini demi mendapatkan fakta. Aku harap cerita Meysa hanya keliru dan Mas Dani masih tetap setia padaku.Dua orang pria itu memang mengerjakan tugas dengan baik, mereka keluar dari rumah sepuluh menit lebih awal sebelum kepulangan Santi."Ibu, ini belanjaannya." Suara Santi mengagetkanku. Ia menyerahkan paper bag yang berisi belanjaan yang aku pinta."Terima kasih," ucapku basa-basi."Memangnya Ibu Tari mau kemana?" tanyanya. Santi nampak duduk di dekat Meysa. Dia mengusap lembut rambut purtiku."Ke Bali," jawabku singkat.Raut wajah Santi terkejut. "Berapa lama, Bu?""Dua hari," jawabku lagi, masih singkat. Perasaanku tiba-tiba berubah dingin pada Santi, padahal gadis itu belum tentu bersalah. Ya Tuhan, maafkan aku. Setelah semuanya terbukti, aku akan meminta maaf pada Santi atas sikapku ini."Wah liburan ya, Bu. Saya sendirian dong di rumah." Wajah Santi nampak sendu."Kamu tidak sendiri. Mas D
Read more

Bab 6 Ketahuan

"Apa yang Bu Tari lakukan di sini?!!"Aku membeliak terkejut. Santi sudah berdiri di ambang pintu. Napas yang sempat memburu panas tiba-tiba seperti tersengal ditenggorokan. Belum sempat aku mencerna penemuan mengejutkan ini, tapi Santi malah kembali dan kini tampak menatapku nyalang."Saya, saya—" Aku sempat kebingungan harus membuat alasan apa."Lancang sekali, Bu Tari!" Secepat kilat, Santi merebut kotak perhiasan dari tanganku. Tapi tunggu, perhiasan itu milikku, berani sekali dia merebutnya. Aku tak bergeming dan langsung merebut kembali kotak perhiasan itu."Ini milik saya!" tegasku."Bu Tari, apa-apaan sih. Ini milik saya kok." Santi tak mau memberikan. Gadis itu bersi keras mempertahankan kotak perhiasanku."Santi! Kalau memaksa, saya akan lapor polisi," ancamku hingga akhirnya reflek Santi melepaskan genggamannya.Kedua bibir Santi nampak mengerut. Pembantuku itu seperti tengah menahan amarah. Tentu ia tak akan berani melawanku."Ini perhiasan saya, Santi. Saya memiliki sura
Read more

Bab 7 Sandiwara Suamiku

Detik itu pula aku segera memerintah seseorang melalui sambungan telepon. "Tolong ikuti mobil Mas Dani. Sekarang!""Baik, Bu."Gegas aku menurunkan benda pipih itu dari telingaku. Berjalan mondar-mandir dalam keadaan gelisah menanti jawaban dari orang yang aku suruh."Mama lagi ngapain?" Meysa yang baru saja kembali usai dari rumah tetangga nampak menatapku aneh. Bagaimana tidak, Meysa melihatku berjalan mondar-mandir tak tentu tujuan sambil memainkan jemari pada layar ponsel. "Ah tidak apa-apa. Mey, makan siang dulu sana. Tadi Mama sudah masak." Aku mengalihkan perhatian.Putriku mengangguk. Dia tak lagi bertanya dan langsung melaksanakan perintahku. Namun tak lama setelah Meysa berlalu, putri kecilku itu terdengar berteriak memanggil Santi."Mba Santi!" "Mba...!""Mba Santi, dimana?"Sepertinya Meysa tengah mencari Santi. Aku bergegas menghampirinya di ruang makan."Ada apa, Mey? Mama suruh kamu makan, kok malah panggil Mba Santi sih," sahutku.Meysa terlihat kebingungan di dekat
Read more

Bab 8 Tertangkap Basah

"Share location, Yudi. Saya akan segera ke sana sekarang juga!"Aku kembali menurunkan benda pipih dari telinga. Tanpa ada firasat apa-apa sebelumnya, entah kenapa hari ini terasa sangat memilukan hati."Tenang, Tari. Tenangkan hatimu." Gina mengusap punggungku. Dia pasti memahami perasaanku saat ini."Aku sudah berusaha tenang, Gin. Tapi sulit. Suamiku pergi bersama Santi. Apa aku benar-benar akan kehilangan Mas Dani setelah ini?" Air mata kembali merembes sebagai tanda bahwa rasa sakit di dalam hati tak bisa ditahan.Gina yang masih mengusap punggungku tampak turut sendu. "Semua akan baik-baik saja. Wanita seperti Santi tidak pantas merebut suamimu. Wanita murahan itu tidak pantas menghancurkan pernikahan kalian," tuturnya.Aku tak bisa berucap lagi sampai akhirnya Yudi mengirimkan lokasi keberadaan Mas Dani saat ini."Aku harus ke Bogor sekarang juga, Gin." Gegas kuberanjak dari tempat duduk."Tidak bisakah menunggu besok saja, Tari. Ini sudah sore. Jam berapa kita akan sampai di
Read more

Bab 9 Teh Manis Hangat Dari Pengkhianat

Tatapan Mas Dani nampak terbelalak. Mungkin dia terkejut mendengar kalimat yang baru saja aku ucapkan."Bicara apa kamu, Tar. Aku sangat mencintai kamu. Tolong jangan bicara yang aneh- aneh. Santi bukan levelku." Mas Dani masih berkilah. Ia tak sadar dengan Santi yang tercengang dengan ucapannya.Bibir gadis bermuka dua itu terlihat mengerut sambil bergerak seakan ingin bicara sesuatu."Cukuplah, Dani. Jangan mengelak terus. Kamu sudah ketahuan berselingkuh masih saja membela diri." Gina menimpali. Sahabatku itu mungkin sudah geram."Jangan ikut campur kamu, Gina!" sentak Mas Dani. Jari telunjuknya melurus ke wajah Gina, namun aku segera menepisnya."Sudah, Mas. Kamu gak tahu malu ya," geramku pada Mas Dani."Tapi, Tar. Aku bersumpah hanya kamu yang aku cinta. Aku gak mungkin berselingkuh dengan Santi." Dengan memasang wajah memelas, Mas Dani masih saja tak mau mengaku. "Sayangnya aku sudah tak percaya dengan cintamu, Mas!" sergahku. Dada yang sudah terasa panas sedari tadi mulai tak
Read more

Bab 10 Tiba-tiba Jadi Linglung

"Mama, kenapa?" Meysa meraih kepalaku. Aku mendengar dengan jelas, namun tak berapa lama aku tak mendengar apa-apa. Pandangan gelap gulita bagai tengah berada dalam mimpi.***"Mama!" Suara Meysa kembali terdengar. Suara putriku seakan terbawa oleh semilir angin. Sebelah tangan terasa diusap dengan lembut.Perlahan, aku berusaha membuka kelopak mata sedikit demi sedikit. Aku melihat langit-langit kamar dengan pandangan yang masih saja memudar Tunggu, dimana ini? Ini bukan langit-langit kamarku. Aku mengedip-ngedipkan mata guna memperbaiki pandangan."Akhirnya Mama bangun." Suara Meysa kembali terdengar riang. Kualihkan pandangan ke sumber suara."Mey," desisku seraya mengukir senyum. Bahagia rasanya dapat melihat putriku kembali."Mama." Meysa memeluk cukup erat. "Mama jangan sakit lagi, aku gak kau kehilangan Mama," sambungnya."Ini dimana, Mey?" Suara pelanku bertanya pada Meysa.Putri kecilku itu melonggarkan pelukan. "Kita ada di rumah sakit. Mama pingsan. Untung ada Papa yang m
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status