Home / Pernikahan / Desahan yang Didengar Anakku / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Desahan yang Didengar Anakku: Chapter 51 - Chapter 60

117 Chapters

Bab 51 Menyaksikan Pernikahan Mantan Kekasih

"Dia yang berusaha merebut, dia yang marah-marah. Jadi gak sabar dengan kejutan besok. Apa sahabatku itu masih bisa bernapas setelah mengetahui semuanya?" Status pada whatsup Gina.Seketika aku terkejut. Siapa yang dimaksud Gina dalam status whatsupnya? Berniat hendak mengetik balasan, namun di waktu yang bersamaan seseorang menepuk pundakku dari belakang."Maaf, Mba. Di depan sudah kosong. Silahkan maju untuk membayar belanjaan Anda."Aku terkejut. Segera maju menuju kasir seraya memasukan kembali ponselku ke dalam tas selempang.Dalam perjalanan pulang, banyak sekali yang aku pikirkan. Semua tentang Gina yang menimbulkan banyak pertanyaan. Apa yang sebenarnya Gina rahasiakan dariku? Kejutan apa yang akan Gina berikan besok? Pada siapa?Lamunan itu membuatku kehilangan fokus dalam perjalanan pulang saat menyetir mobil. Tanpa kusadari, ada yang tengah berjalan di depan kendaraanku, sepertinya hendak menyebrang jalan. Aku kaget dan segera menginjal pedas rem secara mendadak."Hei! Bisa
Read more

Bab 52 Siang Itu di Pinggir Pantai

Apa aku tak salah lihat? Apa semua ini nyata? Mana mungkin!Nampaknya aku memang tidak salah lihat. Jelas terlihat di depan mata, Gina berjalan pelan bersama iring-iringan bridesmaid yang mendampingi di sampingnya.Kepalaku tiba-tiba pusing, pandangan sedikit memudar. Dadaku sesak, aku bahkan kehilangan keseimbangan tubuh hingga merasa akan terjatuh."Tari, kamu baik-baik saja 'kan?"Aku merasa ada seseorang menopang tubuhku dari belakang hingga tak jadi jatuh ke lantai. Aku menoleh, rupanya seorang pria yang masuk bersamaku tadi yakni rekan bisnisku."Maaf, saya harus keluar. Kepala saya pusing," balasku seraya menguatkan diri dan membendung air mata agar tak sampai tumpah."Saya bantu." Nyatanya aku memang lemah. Dibantu rekan bisnisku, aku keluar dari tempat resepsi pernikahan Bastian dengan Gina. Akhirnya air mataku merembes tanpa bisa di bendung. Langkahku yang terasa berat kini telah sampai di depan mobilku. Seteguk air mineral yang diberikan temanku tadi, telah masuk melewati
Read more

Bab 53 Cerita Meysa Lagi

"Ah sial! Si Gina sudah tak mau lagi membayarku. Padahal aku sudah berhasil membuatnya bisa menikahi Bastian.""Memangnya Sudah berapa bayaran yang kau terima?""Gina baru membayar uang muka sepuluh juta. Sampai saat ini dia tak mau lagi membayarku. Padahal aku sudah sempat dihajar Bastian sampai memar di club malam tempo lalu.""Gina sudah menikah dengan pria idamannya, tapi dia malah memblokir nomor teleponku.""Aku sedang butuh uang untuk bayar hutang pada rentenir."Percakapan dua suara bariton di belakangku terdengar janggal. Kepalaku menoleh pelan. Kulirik pria di belakang yang nyatanya tak kukenal. Siapa mereka? Mengapa percakapan mereka seakan mengarah pada kejadian di club malam tempo lalu?Mereka terdengar melanjutkan perbincangan tanpa memperdulikan orang-orang disekitar. Ketika Meysa dan Santi masih menyantap makanannya, aku meminta izin pada mereka untuk mengejar pria tadi yang baru saja beberapa langkah keluar dari restaurant di tepi pantai."Tunggu!"Aku mengejar seray
Read more

Bab 54 Ada Apa Ini?

"Kenapa liburannya sebentar sekali, Ma? Baru juga satu hari, sudah mau pulang saja."Ketika dalam perjalanan pulang, Meysa nampak menggerutu. Wajahnya terlihat ditekuk, seperti tengah kesal padaku."Maafkan Mama, Mey. Mama janji akan bikin jadwal lagi untuk liburan nanti ya. Kita harus pulang dulu."Meysa tak membalas ucapanku. Dia hanya diam seraya menyenderkan kepalanya pada bahu kursi.Beberapa jam kemudian kami telah sampai di rumah. Tak ada yang lain yang kutuju selain melangkah cepat menuju ruang kamar pribadi untuk mengambil leptop pribadi di sana.Aku duduk di atas ranjang kamar seraya membuka benda persegi itu. Segera kuperiksa rekaman CCTV yang sudah terhubung dengan leptopku. Bola mataku membulat sempurna tatkala melihat pria di dalam rekaman CCTV. Benar seperti yang dikatakan Meysa. Pria yang mengantarkanku pulang malam lalu ketika dalam keadaan mabuk, adalah pria yang kukejar tadi siang di pantai carita.Aku mengusap wajahku dengan kasar seraya merutuki diri sendiri. Bis
Read more

Bab 55 Mengintrogasi

"Mama!" Suara Meysa kembali memanggilku, bersamaan dengan itu pipiku terasa ditampar pelan. Hingga akhirnya aku membuka kelopak mata, sangat terkejut."Mey!" Aku terkejut melihat Meysa sudah berdiri di depanku. Aku segera bangkit, meraba wajah Meysa dan memastikan."Kamu gak apa-apa kan, Mey?" tanyaku khawatir."Aku gak apa-apa, Ma. Harusnya aku yang nanya, apa yang terjadi dengan Mama? Dari tadi Mama teriak-teriak. Mama mimpi buruk?" Meysa malah berbalik tanya padaku."Apa! Mimpi?" Aku mengernyitkan dahi seraya menatap ke arah sofa."Iya. Mama mimpi apa? Sampai teriak-teriak. Aku yang sedang di kamar mandi pun langsung ke sini," kata Meysa seraya menaikan kedua alisnya.Aku menepuk kening. "Ya ampun, jadi tadi hanya mimpi." Gegas ku duduk kembali di atas sofa. Napas di dalam dada terasa berhamburan, seakan baru saja selesai lari maraton."Maafkan Mama telah mengganggu tidurmu, Mey. Kembalilah ke kamar."Kulihat Meysa mengernyitkan dahi. "Aku belum selesai mandi, Ma. Untuk apa kembal
Read more

Bab 56 Pria Itu Berkata Jujur

"Baiklah, saya akan berbicara jujur," balasnya.Aku sudah bersiap hendak mendengarkan keterangannya. Sementara pria itu nampak terlebih dahulu mengedarkan pandangan ke sekeliling area caffe. Pria itu terlihat mengamati caffe yang memang saat ini sedang ramai oleh pengunjung."Anda sedang mencari siapa? Saya menunggu keterangan Anda sekarang!" tegurku.Pria itu pun kembali meluruskan pandangannya padaku. "Maaf. Saya hanya khawatir Mba Gina ada di caffe ini," katanya.Aku sampai menyipitkan kelopak mata ketika mendengar itu. "Kenapa?""Karena Mba Gina adalah—""Bagus!" Suara bariton memotong ucapan pria itu. Bersamaan dengan itu, suara telapak tangan ditepuk terdengar mengiringi.Aku dan pria di depanku serentak menoleh. Betapa terkejut ketika melihat Bastian telah berdiri di dekat mejaku sambil bertepuk tangan dan tersenyum sinis."Bas..." Aku tercengang melihat kedatangan Bastian bagaikan makhluk halus yang entah dari mana datangnya dan tiba-tiba sudah berdiri di dekat mejaku. Gegas,
Read more

Bab 57 Membuat Perhitungan

Gemercik hujan turut menemani perjalananku menuju kediaman Bastian. Tak ada niat yang buruk selain membersihkan nama baikku.Hingga akhirnya kendaraan roda empatku telah sampai di depan gerbang yang menjulang tinggi di kediaman Bastian.Aku membuka kaca mobilku. "Pak, tolong buka gerbangnya," pintaku pada satpam di rumah Bastian.Pria berseragam serba hitam itu mengangguk kemudian membuka gerbang. Aku dibiarkannya masuk tanpa banyak pertanyaan. Satpam di rumah Bastian memang sudah mengenalku, namun rasa-rasanya tak mungkin mengetahui masalahku.Dadaku berdebar cemas. Namun aku berusaha mengendalikannya. Aku mengatur napas terlebih dahulu kemudian segera keluar dari mobil."Pak, apa Bastian dan Bu Yunita ada di rumah?" Terlebih dahulu aku bertanya pada satpam di dekat gerbang, untuk memastikan."Pak Bastian baru saja tiba, Bu. Namun Bu Yunita sedang di luar kota. Beliau belum pulang," jawab satpam itu."Oh iya, terima kasih." Aku mengukir senyum ramah pada satpam rumah Bastian.Aku seg
Read more

Bab 58 Berusaha Meyakinkan

"Bagaimana kalau Batian tahu semuanya, Gin? Apa kamu siap?" tantangku segera.Gina membeliak. "Apa pun yang akan kamu lakukan, Bastian tak akan pernah percaya sama kamu," cibirnya kemudian menutup pintu tanpa sopan.Brugh!Aku hanya bisa mengusap dada. Sahabatku itu sudah jauh berubah. Mengapa Gina jadi setega itu padaku? Dia seakan tak memiliki hati. Tak seperti dulu."Non Tari." Seseorang terdengar berbisik ketika memanggil namaku.Aku menoleh ke sumber suara. Rupanya pembantu Bastian yang memanggilku. Gegas aku mendekat padanya."Bagaimana kabarmu?" sapaku sekedar basa-basi."Kabar saya baik, Non. Hanya saja, kabar isi rumah ini yang jadi tak baik," balas pembantu Bastian—wanita yang usianya tak jauh dariku. "Kenapa dengan isi rumah ini, Mba?" Aku mengernyitkan dahi."Tuan Bastian dan istrinya sering bertengkar, padahal mereka masih pengantin baru. Bahkan Bu Yunita malah pergi liburan sendiri ke luar negri ketika merasakan isi rumah yang semakin hari semakin kacau," jelas pembantu
Read more

Bab 59 Merasa Bersalah

Bastian masih mematung. Kulihat dadanya nampak kembang kempis. Mungkin napasnya tengah panas, seperti aura pada wajahnya saat ini."Please..."Aku kembali menautkan kedua telapak tanganku. Memohon pada Bastian agar memberi kesempatan waktu untukku membela diri."Baik. Kamu hanya memiliki waktu sepuluh menit saja untuk bicara. Setelah itu, pergi dan jangan menampakan wajah di depanku," pintanya dengan tegas tanpa sedikit pun membalas tatapanku."Terima kasih, Bas." Aku menyeringai senang. Gegas kurogoh tas selempang. Kuambil ponsel pintarku. Segera kuputar rekaman suara Aldo tadi siang. Kuperdengarkan rekaman suara itu pada Bastian. Aku harap dia akan percaya.Ini adalah rekaman suara pria yang kamu tuduh selingkuhanku. Dengarkanlah dengan seksama.Hampir sepuluh menit Bastian mendengarkan rekaman suara Aldo. Bola matanya nampak membulat sempurna. Entah dia kaget, atau malah bertambah murka."Jadi, semua itu atas perintah Gina?" Dia bertanya seakan memastikan. Wajahnya masih terlihat
Read more

Bab 60 POV Author

Dalam perjalanan pulang Bastian tak henti-hentinya menghentakn kepalan tangan di atas setir mobil. Kemarahannya tak bisa diredam. Dadanya nampak kembang kempis ketika napasnya yang keluar masuk terasa sangat panas."Tega sekali kamu berbuat seperti itu, Gina! Kamu telah menghancurkan impianku. Impianku adalah hidup bersama Tari, bukan malah bersama kamu!"Bastian tampak murka. Ia menginjak pedal gas begitu dalam, menaikan kecepatan mobilnya. Ia seakan tak perduli lagi dengan keselamatannya. Yang ia inginkan, harus segera sampai rumah dengan cepat untuk menyelesaikan masalah dengan Gina.Hanya memakan waktu beberapa menit saja, Bastian dengan cepat sudah sampai di depan rumahnya.Tampak langit sudah menghitam, pertanda malam telah menjemput. Bastian keluar dari mobilnya tanpa menyadari mobil Bu Yunita yang ternyata sudah terpakir lebih dulu di depan rumahnya.Bastian membuka pintu dengan kasar. Ia mengedarkan pandangan penuh kemurkaan ke seliling sudut ruangan di dalam rumahnya. Tak di
Read more
PREV
1
...
45678
...
12
DMCA.com Protection Status