Ya Tuhan, hancur rasanya hatiku melihat beberapa alat medis terpasang di tubuh Bastian.Pria yang selalu menolongku itu, akhirnya terbaring kritis masuk ruang ICU. Aku duduk di sampingnya, memakai pakaian steril. Tanganku bergetar, memegang tangan Bastian yang tak merespon.Air mataku tak mau berhenti ketika menatap Bastian. Kondisinya masih lemah, masih tak merespon."Bas, maafkan aku. Kamu harus kuat. Kamu harus berjuang," lirihku berbisik di dekat telinga Bastian."Bas, bangunlah. Aku tak mau kehilanganmu, Bas. Aku sadar, aku mencintaimu," imbuhku kemudian. Kalimat itu keluar dengan sendirinya. Bersamaan dengan itu, air mata terus saja mengalir deras, tak mau surut.Aku menggenggam tangan Bastian, berhatap pria di dekatku akan membuka mata. Telah kusadari, kalau di dalam hati teramat takut kehilangan Bastian."Bas.... Bangunlah. Aku mohon, jangan tinggalkan aku. Aku janji gak akan mempermainkan perasaanmu," lirihku lagi.Namun, suaraku seakan tak didengar Bastian. Bas tetap saja ti
Baca selengkapnya