Semua Bab Dinikahi Milyarder, Diganggu Mantan Suami: Bab 61 - Bab 70

123 Bab

61. Bersama Vena

Vena ingin membahas apa yang terjadi di acara pertemuan keluarga sebelumnya, tapi dia tak sanggup karena raut wajah Mario yang tetap tegang.Mereka tak saling bicara hingga mobil dihentikan oleh sopir di area parkiran sebuah restoran.Sebelum turun, Mario berkata pada sopirnya, "Pak Hardi, bapak bisa ikut kami makan malam di resto, kalau mau."Pak Hardi mematikan mesin kendaraan. Dia menoleh, dan dengan sopan menolak, "maaf, Tuan, saya lebih baik ke langganan saya yang biasanya. Tuan bisa makan malam sama Nyonya di sini.""Ya sudah, kalau begitu seperti biasa jangan lupa minta struk pembelian. Tolong langsung balik ke sini setelah bapak selesai makan malam.""Baik, Tuan."Tanpa mengatakan apapun lagi, Mario segera turun dari mobil. Dia masih kelihatan kesal, tapi berusaha ditahan.Vena ikut keluar dari mobil. Dia menatap sang suami, ingin mencairkan suasana sedikit dengan berkata, "Kita makan di sini?""Iya, di sini nasi gorengnya enak, loh." Mario tersenyum. Dia tidak mau kelihatan m
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-07
Baca selengkapnya

62. Saling Cinta (a)

Usai menikmati makan malam di restoran berkelas, Vena dan Mario pulang ke kediaman mereka. Keduanya langsung beranjak masuk ke dalam kamar tidur.Mario melepaskan jam tangan, lalu ditaruh di atas meja. Dia menengok sang istri yang tengah duduk di depan meja rias— tengah melepaskan anting dan perhiasan.Vena menaruh semua aksesoris berharga itu di dalam kotak perhiasan. Kemudian, dia mengambil anting yang biasanya, itulah yang dipakai sehari-hari."Padahal kamu nggak perlu ganti-ganti Sayang, anting kamu yang baru aku belikan loh bagus 'kan?“ Mario menghampiri Vena, berhenti di belakangnya, lalu memegangi pundak wanita itu, sedikit memijatnya dengan lembut.Vena menatap sang suami melalui cermin meja rias. Dia berkata, ”perhiasan pemberian kamu terlalu mahal. Sayang banget kalau dipakai sehari-hari, mending antingku sendiri saja.""Kamu ini ..." Mario membungkuk sedikit agar bisa mengecup pipi kanan Vena. Dia menumpahkan semua perasaan cintanya pada ciuman manis tersebut. Sambil pura-p
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-08
Baca selengkapnya

63. Saling Cinta (b)

Vena membuka mata usai mendengar suara alarm jam analog yang ada di atas meja nakas. Kelopak mata seakan susah terangkat, belum lagi sendi-sendi tubuh yang masih lemas. Aktifitas semalam membuat dia enggan bergerak.Mario juga mendengar alarm tersebut. Tanpa membuka mata, dia segera mematikan alarm di sebelahnya. Lalu, segera memeluk Vena agar tak bangun.Dengan suara malas, dia meminta, "kita tetap di ranjang saja, Sayang. Aku masih mengantuk. Kita tidur sampai siang."Sikap manja ini membuat Vena tersenyum. Dia pasrah dipeluk begitu erat hingga merasakan kehangatan dada telanjang Mario. Aroma khas tubuhnya semerbak di hidung wanita itu."Kamu yakin nggak ada rapat atau semacamnya? Biasanya kamu sebelum jam delapan sudah menghilang dari rumah," dia bertanya denagn suara lirih, seperti bisikan. Dia sempat mendongak agar bisa memandangi wajah Mario.Mario tetap tak mau membuka mata. Nada bicara pun masih malas saat menjawab, "nggak ada, Sayang.""Tapi kayaknya aku harus bangun, aku mau
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-09
Baca selengkapnya

64. Direstui Tante?

Beberapa jam berlalu ...Vena akhirnya bisa bangkit dari ranjang, lalu turun. Iya, itu pun setelah sang suami sudah turun duluan dan masuk ke dalam ke kamar mandi.Wanita itu melihat dirinya sendiri di depan cermin, kemudian merapikan rambut yang berantakan. Setelah itu, baru keluar dari kamar.Jam sudah menunjukkan hampir pukul sepuluh pagi. Mereka jelas telah melewatkan jam sarapan.Begitu sudah sampai di ruang makan, Vena langsung dikejutkan oleh kehadiran asisten pribadi Mario yaitu Daffa. "Loh ..."Daffa, yang tadinya duduk santai sambil menikmati kopi, langsung bangkit. Dia tersenyum ramah, "Nyonya Vena, selamat pagi menjelang siang. Maaf saya tiba-tiba ada di sini.""Kamu sudah dari tadi?""Sejam yang lalu. Nyonya.""Harusnya suruh seseorang panggil kami."Daffa masih tersenyum ketika menjawab, "saya pasti diomeli kalau mengganggu waktunya Pak Mario. Jadi, lebih baik saya tunggu sampai bangun saja. Bukan masalah, saya sudah terbiasa menunggu begini.""Ada yang penting? Mau saya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-10
Baca selengkapnya

65. Omelan Bianka

Daniel baru saja pulang ke rumah, dan langsung disambut oleh sang istri yang menyerbu dengan omelan demi omelan.Tetapi, Daniel tak mempedulikannya. Dia langsung melewati wanita itu, lalu masuk ke dalam rumah."Kamu dengar aku, nggak!" Bianka membentak sembari mengekor di belakangnya. Kini, perutnya sudah kelihatan sedikit membuncit. "Kamu ini sudah pergi berhari-hari, nggak mengabari sama sekali!""Nggak usah berlebihan begitu, aku cuma pergi dua hari, lagian aku sudah bilang kalau ada urusan bisnis," sahut Daniel dengan nada malas.Bianka tidak terima diabaikan. Dia menyambar lengan pria itu, memaksaknya untuk berhenti. "Lihat aku kalau ngomong!"Kesal, Daniel menoleh. Tatapan mata pria itu begitu dingin, sama seperti ketika dia mengancam Bianka dahulu. "Apalagi? Ini yang buat aku nggak betah di rumah, kamu makin hari makin cerewet."Meski takut, tapi Bianka tetap ingin melawan. Dia tidak terima dengan perlakukan sang suami. "Aku cerewet soalnya kamu makin hari makin nggak jelas ...
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-11
Baca selengkapnya

66. Omongan Tante

Vena mendatangi tempat yang diminta oleh Tante Ruth. Dia sudah waspada dengan sekitar, takut jika ini hanya jebakan dari Sarah ataupun Daniel. Tetapi, begitu sudah masuk ke kafe, dia tak melihat adanya mereka berdua.Iya, matanya langsung bertemu dengan keberadaan Tante Ruth di meja dekat jendela. Di sana, wanita paruh baya itu terlihat serius melihat keluar jendela.Vena datang mendekat. Meski masih kesal akibat kejadian malam itu, tapi bagaimana pun .. Tante Ruth sudah seperti mertua. Jadi, dia harus sopan."Tante," sapanya.Tante Ruth menengok. "Akhirnya datang juga kamu. Ayo duduk dulu."Nada bicaranya cukup dingin dan datar. Vena menjadi semakin waspada dengan niatnya mengajak ke sini. Dia lantas duduk di kursi yang bersebrangan meja dengannya."Ada apa, Tante? Kok tiba-tiba meminta Vena ke sini? Sendirian juga?" Dia bertanya.Tante Ruth menoleh ke arah pintu masuk, memastikan tidak ada yang mengintai mereka. "Kamu beneran ke sini tanpa diketahui siapapun 'kan? Kamu nggak mengadu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-12
Baca selengkapnya

67. Bersama Suami (a)

Mario pulang ke rumah lebih cepat dari perkiraan. Begitu masuk rumah, dia memanggil-manggil Vena, tapi yang datang malah salah satu pembantu yang memberitahu kalau wanita itu pergi keluar."Ke mana?" tanyanya.Si pembantu menjawab, "maaf, Pak, saya juga nggak tahu, Nyonya pergi nggak memberitahu tujuannya. Tapi, katanya pasti pulang sebelum makan malam.""Ya sudah."Usai pembantu itu pergi, Mario beranjak masuk ke dalam— menuju ke ruang tengah, lalu duduk di atas sofa. Dia menghela napas panjang, tidak terlalu khawatir dengan keberadaan Vena.“Tumben dia pergi nggak ijin dulu,” ucapnya sembari bersandar di punggung sofa, pandangannya menengadah ke langit-langit. "Tapi, ya sudah."Dia tak lagi khawatir seperti sebelumnya karena masih yakin kalau Daniel takkan sengaja menemui Vena. Kalau itu terjadi, maka dia bisa membuatnya di penjara sesuai dengan perjanjian.Tak lama berselang, ternyata Vena sudah pulang. Wanita itu masuk ke dalam dengan membawa sekantong kardus makanan.Dia begitu k
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-13
Baca selengkapnya

68. Bersama Suami (b)

Setelah makan malam, Vena dan Mario masuk ke dalam kamar tidur. Mario selesai membersihkan diri dan keluar dari kamar mandi. Vena sudah siap di atas ranjang. Suasana penerangan kamar remang karena lampu utama sudah dimatikan. Mario tampak bertelanjang dada, hanya mengenakan celana piyama panjang. Dia sibuk mengeringkan sebagian rambut dengan handuk. Ketika dia berdiri di depan lemari yang terbuka untuk memilih baju, Vena tersenyum menatapnya. Pemandangan sang suami dari belakang begitu menggoda— otot-otot punggungnya begitu menawan, pinggang pun tampak rapat, tak ada lemak yang mengganggu. Mario sadar kalau dipandangi, dia sampai menoleh. Dia tersenyum. "Apa? Kamu lagi menikmati pemandangan?" Vena memalingkan pandangan sambil tersenyum. "Nggak juga." "Ohhh ..." Mario menutup pintu lemari, tak jadi mengambil baju. Dia menyampirkan handuk di salah satu kursi, kemudian langsung merangkak naik ke atas ranjang. "Berhubung istriku suka banget melihatku telanjang, jadi nggak usah paka
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-14
Baca selengkapnya

69. Bersama Suami (c)

Vena memberikan kecupan demi kecupan manis di leher Mario. Berada di atas pria itu membuatnya seakan berkuasa malam ini. Desahan lirih keluar dari mulut Mario begitu merasakan sentuhan bibir dingin nan lembut itu. Dia meneguk ludah, memejamkan mata— menikmati sensasinya. Tak puas hanya dengan mencium, Vena menjulurkan lidah, kemudian menjilat area yang telah diciumi. Jilatan demi jilatan membasahi kulit leher Mario. "... Sayang ...“ desahan Mario yang telah terangsang. Dia meremas pinggang Vena lebih erat. Napas pun memburu. "Sayang, kamu tahu 'kan itu titik lemahku ... Kalau kamu menjilati terus, kamu harus menerima konsekuensinya." Vena menyeringai. "Oh nggak mau dijilat? Kalau begitu ..." Kini, dia menggigit lembut kulit Mario, sedikit menghisapnya— sengaja ingin memberikan cupang alias tanda cinta. Desahan Mario semakin menggila. Dia juga kian erat meremas pinggang Vena, seakan tidak kuat digoda begini. "Nanti bisa membekas, Sayang ...” Vena berhenti sejenak, mengangkat kepa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-15
Baca selengkapnya

70. Bersama Suami (d)

Mario merasakan getaran luar biasa menjalar di tulang punggungnya saat Vena mengangkangi pinggangnya. Kedua mata terpejam, masih menikmati sensasi yang barusan diterima dari lidah Vena. Butir-butir keringat mulai bermunculan di kening.Sorot mata Vena berapi-api. Dia puas akan praktek pertamanya melakukan hal barusan. "Padahal aku mau sampai kamu keluar, loh."Mario membuka mata. Dengan suara lirih, dia menggoda, "tapi aku maunya keluar di dalam kamu ..."Tangannya terangkat, menyentuh rambut panjang Vena yang tergerai di bahu, lalu dimainkan sesaat.Vena menempelkan tubuhnya di atas dada sang suami. Kemudian, dia menarik selimut agar menutupi tubuh mereka.Hangat dan lembut. Itu yang dirasakan oleh Mario tatkala kulit dadanya bersentuhan dengan kulit dada Vena. Rangsangan ini terlalu kuat untuk ditolak."Aku cinta kamu, Sayang," bisik Vena, suaranya pelan saat dia menelusuri jari di dada Mario. "Kamu cuma milikku."Mario menelan ludah, jantungnya berdegup kencang, kening makin basah
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-15
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
13
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status