All Chapters of Dinikahi Milyarder, Diganggu Mantan Suami: Chapter 71 - Chapter 80

123 Chapters

71. Kecurigaan Bianka

Daniel datang masuk ke dalam apartemen milik Sarah. Dia lelah, wajah sedikit kemerahan. Sudah sangat jelas kalau dia menghabiskan waktu untuk mabuk sebelumnya.Sarah masih duduk di sofa ruang tamu sembari menikmati tayangan televisi. Dia tidak kaget melihat pria itu main masuk ke dalam apartemennya dengan kondisi begitu. Lagipula, dia sendiri yang memberikan akses layaknya mereka adalah pasangan suami istri."Tumben nggak kirim pesan dahulu kalau mau ke sini?" tanya Sarah.Daniel menjatuhkan diri di atas sofa tersebut. Dia bersandar, lalu menghela napas panjang. Sesekali, dia memijat kening yang pusing akibat efek dari alkohol yang dikonsumsi."Malas pulang," sahutnya bersuara serak, "Bianka makin lama makin cerewet, aku nggak menyangka kalau dia se-banyak omong itu.""Istri kamu memang cerewet— kayaknya dia sama mamanya lagi merencanakan sesuatu soalnya rutin ketemu Tante Ruth diam-diam.""Nggak peduli, palingan mau menipu wanita tua tolol itu. Kayaknya dia memang gampang dibodohi,
last updateLast Updated : 2024-07-16
Read more

72. Pembukaan Restoran Baru

Beberapa hari telah berlalu ...Vena sudah mempersiapkan segalanya, dan kini dia telah berada di restoran barunya. Dia sendiri yang memantau kesiapan untuk pembukaan dalam waktu satu jam lagi.Dia melihat beberapa karyawan sibuk menata meja, sebagian lain sedang mengurus bunga ucapan selamat di luar bangunan. Vena berjalan ke depan. Dia tersenyum melihat banyak karangan bunga ucapan selamat— yang hampir semuanya dari suami sendiri.Bibirnya sampai tersenyum melihat semua itu. Ada yang tertulis dari suami tercinta, dari Mario Winata, dari Owner Jaringan Hotel Winata, lalu dari Rekan Bisnis Tersayang.Dia terus senyum-senyum, terlebih sampai akhirnya masuklah mobil Mario ke area parkiran depan. Pria keluar dari kursi penumpang dengan membawa buket bunga mawar merah. Dia tampak mengenakan jas formal."Pagi, Istriku Sayang!" sapanya dengan senyum melebar. Tanpa perasaan malu ataupun ragu, dia segera memeluk Vena, lalu memberikan kecupan cinta di keningnya.Vena kaget karena diperlakukan
last updateLast Updated : 2024-07-17
Read more

73. Kedatangan Dia Lagi (a)

Vena terkejut.Janda pelakor? Calon istri yang asli? Siapa orang gila yang menulis pesan ucapan selamat seperti itu?Tetapi, otot wajahnya perlahan menegang saat sadar hanya satu orang yang memenuhi syarat.Dia menatap suaminya. "Mas, kayaknya aku tahu siapa yang iseng mengirim itu, tapi kenapa dia bisa—"Mario tak sempat menunggunya selesai, langsung berjalan menghampiri mobil pick up yang baru saja turun.Beberapa orang mulai menurunkan karangan bunga tersebut. Mario tahu kalau mereka hanya menjalankan pekerjaan, meski tahu kalau pesannya sangat jahat. Dia bertanya ke sopir, "maaf, Pak, ini siapa yang mengirim? Ada apa keterangan dari toko?“Sebenarnya, dia tahu siapa yang mengirim, tapi ingin memastikan dahulu.Sopir itu memeriksa berkas pengiriman, dan hanya berkata, "maaf, Pak, saya tidak tahu, di sini tidak tertera pengirim. Pihak toko hanya meminta untuk mengirimkan pesanan ucapan selamat ke alamat ini.""Oke." Mario tidak mungkin meminta mereka membawa kembali. Dia hanya bisa
last updateLast Updated : 2024-07-17
Read more

74. Kedatangan Dia Lagi (b)

Setengah jam sebelum acara dimulai, dan datanglah masalah. Mario langsung malas dengan keadaan ini. Dia sampai heran, tidak bisakah dia dan Vena hidup normal?Pria itu yakin kalau ini adalah permintaan sang bibi. Dia segera menghampiri wanita yang datang itu."Sarah," panggilnya bersuara dingin, "kamu mau apa di sini? Kamu juga bagaimana bisa tahu kalau hari ini ada acara di sini?""Kata Tante kamu pasti butuh pasangan yang nggak memalukan saat acara ini." Sarah menjawab sambil mendekati Mario. Dia terlihat percaya diri saat memamerkan tubuhnya yang terbalut dress semi-formal. Di tangannya telah menggantung tas bermerek mahal. Iya, dia sudah sangat pantas disebut sosialita.Mario tidak mengerti jawaban Sarah. "Hah?"Vena malas juga menanggapi ini. Daripada terjadi pertengkaran di hari penting ini, dia segera menarik lengan sang suami, memaksanya mundur sejenak, alhasil— kini dialah yang menghadang Sarah."Sebenarnya kami bisa saja mengusir kamu soalnya kamu bukan tamu yang diundang,
last updateLast Updated : 2024-07-18
Read more

75. Rencana Liburan

Beberapa orang mulai berdatangan. Mario sengaja mengundang beberapa wartawan lokal untuk meliput pembukaan Restoran baru Vena ini. Dengan begini, dia berharap bisa membantu dalam hal pemasaran.Beberapa kenalan dekat Mario dalam hal berbinis juga datang. Selain itu, asisten pribadinya, Daffa, lalu sekretarisnya, Erika, juga datang.Vena melakukan acara potong pita, lalu acara syukuran kecil di dalam restoran. Tentu saja, semua tamu undangan, termasuk para wartawan yang diundang bisa merasakan menu andalan dari restoran.Acara tersebut berlangsung cukup meriah dan menyenangkan. Vena sampai heran karena Sarah menghilang— tak lagi datang merusuh. Apakah diminta pergi oleh Tante Ruth?Dia sendiri tidak tahu, tapi cukup bersyukur tak ada gangguan dalam acara ini.Setelah menikmati hidangan, bebetapa tamu sudah beranjak pergi, para wartawan sibuk meliput dan memotret bagian depan restoran— sebelum akhirnya pergi juga. Mario kembali duduk di kursinya bersama Vena, Daffa dan Erika. Dia sempa
last updateLast Updated : 2024-07-18
Read more

76. Kemesraan yang Terganggu

Usai menghabiskan setengah hari berada di restoran barunya, Vena akhirnya pulang bersama sang suami.Di rumah, Mario langsung menjatuhkan diri di atas ranjang. Iya, seperti biasa, dia kelihatan seperti anak-anak yang lelah selepas main berjam-jam.Vena terpaksa melepaskan sepatu yang masih dikenakan oleh pria itu. Tak lelah, dia menasehati, "Mas, padahal aku sudah sering bilang lepas sepatu sebelum masuk ke kamar.""Maaf."Vena hanya menghela napas panjangembari melepaskan kaos kaki sang suami pula. Dia tak bisa menyembunyikan senyuman di bibir. Menurutnya, pria ini memang lucu.Usai alas kaki terlepas, Mario merangkak naik, lalu tengkurap, membenamkan wajah di atas tumpukan bantal. Dia memeluk semua bantal empuk itu, menghirup aromanya.Dengan suara yang tertutupi, dia bergumam, "aku paling suka kalau sprei belum dicuci begini, bau rambut kamu masih nempel."Vena tertawa. Dia berkata, "tapi besok sudah jadwalnya mencuci.""Iya nggak apa-apa." Mario berbalik badan, lalu bangun terdudu
last updateLast Updated : 2024-07-18
Read more

77. Restoran Baru Vena

Saat malam hari, Daniel masuk ke dalam restoran baru Vena. Dia melihat sekitar dengan pandangan tidak suka.Hari pertama buka, ternyata sudah mengundang banyak pelanggan baru. Yang membuatnya makin tidak suka adalah hampir semua orang yang datang membawa mobil. Ini menandakan kalau banyak kalangan menengah atas yang tertarik.Dia tak heran, bagaimana pun yang membiayai semua ini adalah seorang milyarder. Sekalipun semua diurus oleh Vena, pasti Mario sudah membantu dalam hal pemasaran. Dalam hal berbisnis, koneksi memang yang paling penting.Daniel duduk di meja yang sudah dipesan, meja nomor sembilan yang ada di dekat jendela besar— menghadap langsung ke jalan raya.Suasana tenang, pemandangan malam yang indah— tak lama lagi, restoran ini pasti semakin ramai.Ini membuatnya makin resah dan tidak terima. Kedua telapak tangan tampak mengepal di atas meja. "Pasti dia makin mau pamer sekarang kalau sudah sukses ..."Tiba-tiba, seorang pria yang merupakan manager restoran datang menghampir
last updateLast Updated : 2024-07-19
Read more

78. Kebersamaan Lagi

Mario kembali ke dalam kamar setelah menelpon sang paman. Tadinya, raut muka pria itu tampak suram, tapi begitu melihat sang istri kembali sumringah.Vena jadi penasaran. "Ada apa? Ada masalah apa sampai kamu ditelpon malam-malam begini? Ada yang serius, ya?""Iya, memang, tapi nggak terlalu serius kok, Sayang. Om Tiyo cuma mau ngomong masalah bisnis.""Malam-malam begini?""Soalnya mendadak, jadi ya maklum saja." Mario seperti menutupi sesuatu. Dia memang tidak terlalu pandai berbohong ketika dengan Vena, jadi kelihatan. Caranya menghindari pandangan pun begitu jelas. Vena merenggut. Dia merasa banyak yang disembunyikan darinya, dan ini membuat ia merasa tidak nyaman.Mario duduk di pinggiran ranjang, lalu berkata, "oh iya, aku tadi sempat ngomong ke kamu kalau mau liburan Minggu ini, maaf ya Sayang, kayaknya nggak bisa— kita liburan dua Minggu lagi saja. Oke?“"Iya nggak apa, tapi kenapa?”"Bisnis. Om Tiyo barusan ngomong masalah bisnis, jadi aku harus rapat Minggu ini sama dia."
last updateLast Updated : 2024-07-19
Read more

79. Rencana Ibu dan Anak

Bianka mengajak sang ibu mengunjungi rumah makan milik Vena sehari setelah diberitahu Daniel. Dia sengaja datang pagi, dan menjadi pelanggan pertama yang ada di sana. Sekalipun begitu, ternyata beberapa nomer meja sudah diambil, yang itu berarti bahwa sudah dipesan."Kamu ngapain mengajak Mama pergi ke tempat ini? Apalagi pagi-pagi, nanti saja waktu makan siang," kata mamanya begitu sudah duduk di kursi di meja nomer sebelas.Bianka duduk di hadapannya. Dia melirik ke meja-meja lain. "Ma, sekalipun kelihatan masih sepi, tapi hampir semua meja sudah dipesan. Untuk orang yang mendadak datang seperti kita, harus datang pagi biar dapat meja.“"Ya terus kenapa? Kamu juga tumben banget ingin makan di restoran yang belum pernah kita datangi? Apa karena ini baru buka?”"Mama tahu nggak ini restoran siapa?“"Siapa?”"Sebentar—“ Bianka tak bicara lagi karena seorang pelayan wanita datang menghampiri dengan membawa buku menu.Iya, pelayan itu memberikan buku menu ke mereka berdua, lalu bersiap d
last updateLast Updated : 2024-07-19
Read more

80. Orang Misterius?

Berhubung Mario sibuk dengan urusan mendadak bersama Om Tiyo, Vena mau tidak mau harus beraktifitas seperti biasa. Sebagai istrinya, kebanyakan dia hanya bisa bersantai atau melakukan kegiatan yang dia sukai.Tetapi, karena dia dilarang ke restoran untuk sekarang, jadi dia meminta sopir pribadi untuk mengantarka ke supermarket untuk berbelanja.Begitu sampai, dia segera berkata ke sopirnya, "pak Johan, tolong ditunggu saja di sini, saya sendirian berbelanja di dalam."Pria empat puluh tahunan bernama Johan berkata, "tapi, Nyonya, Tuan bilang saya harus mengikuti Nyonya kalau pergi.""Nggak apa-apa, kok. Ini cuma sebentar."Tanpa menunggu jawaban dari sopirnya, Vena segera membuka pintu mobil, lalu keluar dengan membawa tasnya. Dia berjalan menuju pintu masuk supermarket itu.Meski masih tergolong pagi, tapi bagian dalam supermarket ini sudah ramai. Vena mengambil keranjang, lalu segera menuju ke rak demi rak. Dia sempat melihat beberapa pengunjung wanita yang ditemani oleh suami dan
last updateLast Updated : 2024-07-20
Read more
PREV
1
...
678910
...
13
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status