All Chapters of Dinikahi Milyarder, Diganggu Mantan Suami: Chapter 101 - Chapter 110

123 Chapters

101. Bertemu Mantan Suami Lagi (a)

Usai mengenakan handuk yang dililitkan di tubuh, Vena keluar dari kamar tidur. Tadinya, dia hendak menemui sang suami di depan, tetapi urung karena tidak mau melihat muka mantan suami. Lagipula, Mario pasti tak ingin dia di sana.Dia memutuskan untuk kembali menuju ke halaman belakang. Di sana, dia duduk di lounger, menikmati sisa kopi yang tadinya diminum Mario.Selama beberapa menit kemudian, nyatanya suara pertengkaran antar dua pria semakin dekat. Malahan, suara Daniel kini terdengar sedang memanggil-manggil namanya.Begitu melihat pria itu muncul di pintu belakang yang terbuka, Vena kaget sampai berdiri. Dia agak tegang karena handuk yang melilitnya sangat pendek, sehingga pahanya terpampang jelas."Oh, ini dia ..." ucap Daniel berjalan mendekat.Vena terbelalak. "Mau apa kamu di sini! Kamu harusnya jangan dekat-dekat sama aku!"Beruntung, Mario datang tepat waktu. Dia berlari hingga berhenti tepat di hadapan Vena, dan menghadang Daniel agar tak mendekat lagi. "Sudah saya bilang
last updateLast Updated : 2024-08-12
Read more

102. Bertemu Mantan Suami Lagi (b)

Mario tidak mau membuang-buang waktu dengan semua omong kosong yang dikatakan oleh Daniel. Dia segera menelpon kenalannya dari kantor polisi."... iya, saya minta tolong untuk kirim orang ke Villa yang saya kirimkan alamatnya di pesan," ucapnya di sambungan telepon itu.Daniel terlihat tak takut. Dia diam saja, menanti Mario selesai menelpon.Usai selesai bertelepon, Mario mengantongi ponsel lagi di saku celana, kemudian berkata, "sekarang mending kamu pergi, atau mau menunggu orang dari kantor polisi menyeret kamu pergi? Kamu sudah melanggar perjanjian."Vena memegangi lengan Mario. Dia masih berdiri di belakang punggung pria itu, menyembunyikan tubuhnya.Daniel kembali mencuri pandang ke Vena. Dia makin berkeinginan untuk memilikinya. "Kamu makin sok banget ya sekarang, Vena? Nggak usah manja begitu— kita pernah bersama, ngapain sok nggak mau melihatku begitu? Nggak mau suami kamu sadar kalau kamu masih belum move on?“ "Itu saja yang kamu bicarakan.” Vena kesal dengan tuduhan yang
last updateLast Updated : 2024-08-13
Read more

103. Bersama di Villa (a)

Setelah menemui orang kiriman dari kantor polisi, Mario kembali ke halaman belakang, melihat istrinya yang sedang memanggang sate daging di atas panggangan.Vena menoleh. "Bagaimana?""Sudah pergi." Mario menggantikan posisi Vena dalam memanggang sate-sate tersebut. "Aku jadi nggak enak sampai meminta orang dari kantor polisi datang ke sini, tapi tadi sekalian bisa melaporkan tingkahnya Daniel.""Kamu laporan apa?""Aku cuma minta mereka mengurus laporan dari pengacaraku tentang tindakan pria itu yang masuk ke rumah kamu sebelumnya.""Sudah kamu urus laporannya?""Aku menyuruh pengacaraku dari kemarin, Sayang, cuma memang aku nggak ada waktu buat ke kantor polisi. Lagian, jujur— lebih baik aku menghabiskan waktu denganmu daripada mengurus orang gila itu."Vena mengangguk. Dia beralih ke meja yang ada di samping tempat bakaran. Di situ sudah terdapat potongan sayur dan daging yang belum ditusuk. Sementara suaminya memanggang, dia melakukan tugasnya dalam menusuk semua itu.Setelah beb
last updateLast Updated : 2024-08-14
Read more

104. Bersama di Villa (b)

Cahaya hangat matahari terbenam menyinari halaman belakang vila, menciptakan suasana romantis saat Vena dan Mario berdiri bersama di dekat tempat bakaran barbekyu.Suara mendesis makanan yang menggugah selera memenuhi udara.Vena, yang sekarang sudah menggunakan dress kasual warna biru, bercanda membenturkan pinggulnya ke pinggul Mario, seringai nakal di bibir."Aku nggak mengira kita bakalan betah setengah hari pesta sendiri begini," katanya.Mario terkekeh, matanya berbinar saat dia membalik steak yang berair. "Kan dari siang sudah aku bilang, kita akan pesta memanggang sampai malam."Pria itu kini bertelanjang dada, hanya menggunakan celana pendek. Dia seolah ingin memamerkan otot dada dan perutnya yang gagah.Vena pun tak bisa lepas dari memandang otot-otot itu. Seringai masih menghiasi bibirnya tatkala dia menggoda, "pakai telanjang dada segala padahal cuma memanggang.""Sayang, panas loh di depan panggangan itu, gerah. Sudahlah, berikan aku sebotol kecap itu, ya?"Vena mengambi
last updateLast Updated : 2024-08-15
Read more

105. Teman Misterius

Mario?Itu membuat Mario bingung. Dia sama sekali tidak mengenali pria asing yang barusan menyebut namanya.Untuk beberapa saat, dia hanya diam sambil memperhatikan wajah dari pria itu. Namun, tetap saja tak ada ingatan yang terputar."Maaf, siapa kamu?" Dia akhirnya bertanya.Pria misterius itu mendekat dengan kening yang semakin mengucurkan darah. "Aku Rey ... SMA? Masa nggak ingat?""Rey?" Ulang Mario berusaha mengingat. Tetapi, dia lebih khawatir dengan kondisi pria itu. Biasanya dia tak ingin berurusan dengan orang asing, hanya saja situasinya sangat buruk sekarang. "Mungkin sebaiknya aku telpon dokter saja— itu lukamu parah.""Nggak parah, cuma jatuh.""Sudah, sudah, sini ayo ke villa-ku aku panggilkan dokter.“ Mario menunjukkan jalan agar masuk ke halaman belakang villa-nya.Di situ, dia melihat Vena yang masih berdiri di tempat.Vena kaget melihat ada orang asing terluka yang diajak masuk. Bias
last updateLast Updated : 2024-08-17
Read more

106. Siapa yang Memberitahu Rey?

Mario kembali masuk ke dalam villa setelah mengantarkan keluar. Sebenarnya, dia sedikit kesal, dan tidak terima. Tapi, dia tak punya waktu untuk itu.Meski demikian, dia menelpon sang sekretaris, niatnya ingin marah-marah.Sembari berjalan ke arah belakang villa dia mengomel di telepon, "... saya mau bicara itu, bisa-bisanya kamu memberitahu kalau saya dan istri saya ada di sini? Lagian, kok kamu bisa menebak kami di sini?"Erika, di balik telepon, membantah, "loh, Pak, beneran, saya nggak tahu. Saya nggak memberitahu pria itu. Memang, tadi pagi saya ketemu sama dia, dia tanya tentang bapak, jadi saya bilang jadwal bapak penuh, kalau mau ketemu itu harus janjian dulu.""Jadi ...""Saya nggak ngomong bapak sama istri bapak ada di villa, bahkan saya juga nggak tahu bapak ke sana, yang pasti tahu kegiatan bapak 'kan Daffa."Masuk akal memang. Tetapi, Rey tadi bilang kalau ini informasi dari sekretarisnya. Mario jadi bingung sendiri. "Jadi, serius bukan kamu yang memberitahu dia saya ada
last updateLast Updated : 2024-08-18
Read more

107. Telepon Iseng?

Sarah sakit kepala.Dia sudah berdiri di hadapan meja sekretaris Mario alias Erika hampir setengah jam. Selama itu pula, dia mengomel ke sana ke mari.Erika sebenarnya muak, padahal posisi mereka sama-sama sekretaris tapi dia diperlakukan layaknya bawahan. Dia sudah tahu kalau Sarah ingin bersama Mario, dan tingkahnya sudah seperti nyonya besar."Kamu jangan malah melamun! Coba telpon Mario! Saya sudah menunggu setengah jam di sini!" tegur Sarah sembari menggerak meja. Dia menunjukkan dominasinya, kesombongan terlihat menguar dari raut wajah.Erika masih betah menahan diri. Dia menjelaskan, "kan tadi saya sudah bilang, Pak Mario baru akan datang jam sepuluh nanti, sekarang masih jam sembilan. Lagipula, saya nggak mau mengganggu waktu Pak Mario. Kalau misalkan nanti jam sepuluh beliau belum hadir, baru saya akan telpon.""Kamu 'kan tahu siapa saya? Saya ini Sarah, saya ini sudah seperti keluarganya Mario, saya ada kepentingan sama dia. Jadi, nggak usah menunggu sampai jam sepuluh, kamu
last updateLast Updated : 2024-08-20
Read more

108. Stalker Lagi?

Mario meninggalkan Vena sendirian di villa karena harus menghadiri rapat untuk sementara. Dia memberikan perintah ke beberapa orang untuk menjadi satpam dadakan, bahkan Johan alias salah satu sopir pribadi juga diminta untuk berada di villa itu, jaga-jaga jika Vena ingin pergi. Sebelum menuju ke kantor, Mario sengaja mendatangi kafe tempat di mana paman minta. Dia agak merasa aneh karena tempat ketemuannya di kafe begini, bukan di tempat privat seperti biasa. Dia sempat melihat keluar jendela— yang langsung dihadapkan dengan parkiran depan. Tak banyak kendaraan yang ada di situ, wajar saja karena kafe masih baru dibuka. Tetapi, tak diduga yang masuk ke dalam kafe tersebut adalah Sarah. Ini membuatnya kaget— langsung bisa menerka kalau kemungkinan sang paman sengaja mempertemukan mereka. Sarah masih bernampilan sopan layaknya sekretaris pada umumnya, dia juga membawa berkas di tas kantor. Lalu, dia duduk di kursi yang berhadapan dengan Mario. Dengan senyum menggoda, dia menyapa,
last updateLast Updated : 2024-08-21
Read more

109. Desakan Tante (a)

Beberapa hari kemudian ...Vena bersantai lagi di rumah, tepatnya duduk di sofa ruang tengah sembari berkas tentang bisnisnya bulan ini. Semua ternyata berlangsung cukup memuaskan, keuntungan yang didapat sudah cukup untuk mencicil hutangnya kepada Mario.Selain itu, ia menyisihkan sebagian keuntungan untuk persiapan membeli kado. Iya, semua itu untuk sang tante.Saking senangnya membaca semua berkas itu, dia sampai tidak peduli dengan berita yang ada di televisi.Tetapi, tak berlangsung lama, datanglah salah satu asisten rumah tangga yang mengabarkan kalau Tante Ruth datang berkunjung.Vena terkejut. Dia segera merapikan semua berkas bisnisnya, lalu berdiri— hendak menyambut wanita itu di luar.Hanya saja, Tante Ruth sudah keburu datang dengan raut wajah sinis seperti biasa."Di rumah juga kamu? Kirain lagi liburan ke Bali lagi," ucapnya."Tante ..." Vena memaksakan sebuah senyuman di bibir. "Tante datang kok nggak ngabari dulu.""Nggak usah basa-basi. Ini sudah sebulan sejak kita me
last updateLast Updated : 2024-08-23
Read more

110. Bertemu dengan Bianka Lagi

Mario duduk bersandar di kursi kantornya. Dia merasa pusing dengan tekanan yang didapat dari sang paman. Selain itu, satu per satu pemegang saham mulai berpihak ke pria itu.Di sebelahnya sudah berdiri sang asisten alias Daffa. Pemuda itu terlihat meluhat-lihat berkas yang ada di atas meja.Dia berkata, "pak, selain masalah ini, orang gila itu juga ganggu lagi. Dia menagih janji pelunasan pembayaran untuk pembangunan villa yang dijanjikan.""Bangunannya saja belum jadi sudah minta pelunasan, kan sudah tercatat di perjanjian, dia itu bodoh atau bagaimana?" Nada bicara Mario sedikit tidak enak karena kesal dengan segala masalah yang meliputinya.Daffa paham dengan kondisi mental bosnya itu. Dia mengangguk. "Saya juga heran, Pak, tapi saya sudah bilang agar sesuai perjanjian. Pelunasan baru akan dilakukan setelah bangunan berdiri.""Terus dia bilang apa?""Katanya dia nggak mau tahu soalnya sudah setuju menjalin hubungan bisnis.""Lah, dikira ini perusahaan nenek moyangnya? Minta uang s
last updateLast Updated : 2024-08-24
Read more
PREV
1
...
8910111213
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status