Semua Bab JIKA CINTA INI SALAH: Bab 111 - Bab 120

167 Bab

Bab 112. Merindukanmu.

Gayatri yang sudah habis Maghrib datang,lalu menjalankan sholat Maghrib, melihat putra putrinya bersiap hendak ke rumah sakit, segera mencegahnya."Kami pergi ke ayah, duluh, Bund." pamit Galuh begitu turun dan membawa tas berisi selimut. Demikian juga dengan Galing yang telah membawa kasur lipat andalannya."Lihat nih, Bund!" Galuh memperlihatkan kartu ATM. "Memangnya kenapa kamu perlihatkan ke Bunda?""Ini yang dari Ayah, Bund, bukan punyaku sendiri," Galuh tersenyum.Gayatri kemudian menyunggingkan senyumnya. Rasa bersalah kepada Prayogi membuatnya lunak kepada pria itu, terlebih saat mengingat jasanya yang telah menyelamatkan Galuh."Sudah mau pakai uang Ayah?"Galuh mengangguk "Bunda ghak keberatan kan?""Ya, enggak Luh. Kan dari duluh Bunda juga ghak melarang. Kamu sendiri yang sok jaga jara sama Ayah.""Iya, iya. Galuh salah."Gayatri mengacak kepala putrinya yang tertutup jilbab."Kayaknya, kalian tidak usah ke sana.""Lho, kenapa, Bund?"" Di sana ada Tante Samita. Nanti ka
Baca selengkapnya

Bab 112. Aku kan membuatmu selalu mengingatku.

"Kamu tidak sedang bermimpi, Sayang!"jawab orang itu setelah Gayatri dengan terpejam bertanya, "Apakah aku sedang bermimpi?"Sontak Gayatri membuka matanya. Benar dia tidak sedang bermimpi. Rendra kini tengah berada di belakangnya dengan kimono yang sama dengan yang dia pakai."Mas, kenapa kamu ke sini?" tanya Gayatri dengan menahan rasa sentuhan Rendra. "Aku merindukanmu, Aku merindukan bisa menikmati semua ini bersamamu." Rendra kemudian membokong tubuh Gayatri setelah melepas kimononya. Dibaringkannya Gayatri di kursi panjang. Gayatri yang sekilas mengingat akan Rendra bersama dengan wanita lain, segera ditepisnya rasa itu. Dia sudah mabuk dengan tatapan Rendra yang menurutnya masih sama. Terlebih dia tidak ingin malah menghindari Rendra dan membuatnya betah dengan wanita lain. Dia selama ini, selalu memuji segala yang diberikan Gayatri untuknya di tempat tidur. Dan Gayatri tak mau kehilangan kepercayaan itu. Bukankah dia bertekad akan mengembalikan suaminya lagi kepadanya. Dengan
Baca selengkapnya

Bab 113. Kusebut namamu.

Baru saja dia akan membuka kamar itu, sebuah suara mengagetkannya. Raditya menangis dengan kencangnya. Gayatri segera berlari ke rumahya. Balita itu sudah berdiri di ambang pintu kamarnya dengan tangis yang membasahi pipinya. Mungkin karena katakutan karena di rumah sendiri."Hey, anak Sayang. Kenapa menangis?""Da,..!" panggil Raditya begitu bundanya mendekat dan mengangkatnya."Maafkan Bunda yang telah meninggalkanmu, Sayang. Cup! Jangan menangis. Bukankah tadi malam sudah dipeluk Papa?""Papa?"Balita itu memandang Gayatri seolah dia menanyakan papanya. Gayatri makin memeluknya erat. Kedatangan Rendra setelah beberapa hari kepergiaannya, bukannya mengajak bermain Raditya tapi malah membiarkannya dengan mengatakan mereka akan memiliki anak yang lebih tampan dari Raditya. Sejenak Gayatri bingung dengan sikap Rendra. Yang tadi malam memeluk putranya, bahkan menidurkannya diantara mereka setelah terbangun dari memeluk Gayatri. "Kita mandi ya, nanti jenguk Om Prayogi ke rumah sakit."
Baca selengkapnya

Bab 114. Memanggilmu.

"Sepertinya ada orang kemping di sini, enak-enakan makan," sindir seorang wanita yang datang, yang tadi membuat Galing tidak meneruskan kata-katanya."Memangnya kenapa? Apa kami tidak boleh makan? Daripada Tante meninggalkan Ayah sendirian," cercah Galuh."Apa aku harus menunggu orang yang hanya diam?"Galuh yang tadi duduk, lalu berdiri, "Dia sakit, Tante, tak sadarkan diri, sebagai seorang istri seharusnya Tante terus mendampinginya, bukan malah meninggalkannya.""Hey, kamu gadis kecil, beraninya ngomong sama orang tua seperti itu. Kamu ghak diajari sopan santun ya sama ibumu yang malang itu.""Jangan sebut bundaku malang. Memang apa yang membuat Tante menilai bundaku seperti itu? Malangan juga Tante.""Bagaiamana tidak malang, menikah dua kali, dikhianati dua kali pula, ditinggalin benih pula.""Jaga ucapan Tante!" Kali ini Galing ikut berdiri. Telinganya sudah tidak betah mendengar apa yang diucapkan wanita di depannya. "jika Bunda mau, sekali senyum Ayah bisa diambilnya dari Tante
Baca selengkapnya

Bab 115. Merindukanmu.

Gayatri melangkah. Dia kemudian duduk di samping Prayogi yang masih menutup matanya. Dilihatnya lelaki yang pernah singgah di hidupnya itu kini terbaring lemah. Gayatri menata detak jantungnya yang tak beraturan. Kenapa tiba-tiba saja perasaan ini ada, cetus Gayatri dalam hatinya." Aku hanya punya uang ini untuk mas kawin kita besuk." Prayogi memperlihatkan uang merah selembar dari sakunya. Itu adalah uang yang dia sisakan dari kerjaanya menjadi kernet angkot sepulang sekolah. Dia memang harus berusaha sendiri jika ingin terus sekolah. Dia sudah tak punya orangtua. Kakak yang dia ikuti pun tak begitu punya.Gayatri hanya tersenyum menatapnya. Bukan hal yang mudah bagi Prayogi untuk mengumpulkan uang sebesar itu. Hingga paginya, setelah mereka resmi menikah, uang yang ditaruh amplop putih itu pun masih dipegangnya. Sebagai uang paling berharga yang bisa dia dapat dari suaminya. Walau uang itu selama ini adalah uang jajannya setiap hari."Maaf, hanya bisa memberimu kehidupan yang sep
Baca selengkapnya

Bab 116. Kenyataan menyakitkan itu kembali datang.

"Kalau perlu, sekarang juga kalian pulang semua," ucap Sasmita."Apa Tante bisa menjamin Tante akan di sini seterusnya? Ayah sakit, Tante. Butuh orang yang bisa menjaganya." Galuh yang tadi mau pergi malah balik lagi."Pintar anakmu ya kalau bicara.""Memang kamu yang kebangetan, Sasmita. Apa yang terjadi pada Prayogi jika tadi malam tak ada anak-anaknya? Bisa-bisanya kamu meninggalkannya sendirian.""Apa kamu sudah tak tahan sendirian dan sekarang mau menemaninya?""Jaga ucapan Tante ke Bunda!" Galing yang kali ini telinganya terasa panas langsung berdiri dan menunjukkan telunjuknya ke muka Sasmita.Wanita itu mendengus kesal. "Kalau Bunda mau, Tante. Ayah bisa kembali ke kami sekarang juga. Apa Tante mau?""Coba saja kalau kamu bisa. Ayahmu sudah tidak akan sudi mau bersama dengan bundamu. Rendra saja sudah pergi dan mencari yang lebih muda, ngerti ghak kalian apa maksudnya?" Wanita itu tersenyum mengejek, "artinya kenapa ada yang lebih fres kok harus bersama orang yang sudah menel
Baca selengkapnya

Bab 117. Kalian menghiburku.

"Maksudnya apa ya, Sus?" tanya Galing."Maaf, kami tidak boleh menginformasikan tentang pasien ini kepada siapapun. Karena menurut keluarga beliau ada seseorang yang dicurigai mengincar kematiannya.""Apa?" ucap Galuh dan Galing hampir bersamaan, tak percaya. "Yakin dengan semua itu, Mbak? Kalau toh ada yang mengincarnya, bukannya dari di kamar ICU sendirian itu sudah ada yang mendatanginya? Kenapa telat sekali informasinya? Lagian beliau hanya tabrak biasa, la orang yang nabrak saja orangnya baik, meninggalkan kartu identitas di saya." "Kalau itu saya kurang tau. Saya hanya diinstruksikan pihak keluarga begitu saja.""Ini pasti ulah si ular itu, Kak," sungut Galing."Sudah pasti, Ling.""Tapi dia baik-baik saja kan, Mbak?""Itu juga saya tidak berani mengatakannya.""Saya anaknya, Mbak. Saya bukanlah orang yang akan mencelakainya. Tolong bilang sama saya.""Maaf, sekali lagi, .. maaf!""Ih,..!" Galing mengacak rambutnya frustasi."Sudahlah, Ling, kita pulang saja. Kakak yakin, wani
Baca selengkapnya

Bab 118. Apakah kamu juga menghawatirkanku?

"Ayah?" Tak terasa Galuh mengucapkan itu di mikrofonnya."Iya, benar, aku ayahmu, anakku." Prayogi yang datang dengan senyum, membalas ucapan Galuh di mikrofon juga.Semua yang hadir berbisik-bisik. Selama ini mereka memang tidak pernah mengetahui kalau Prayogi, teman usaha mereka memiliki seorang anak. Yang mereka tau, dia ke mana-mana selalu sendiri. Tak pernah ada yang tau, mana istrinya. Sasmita memang enggan dilibatkan di usaha Prayogi dari awal usahanya. Mulanya karena sifatnya yang meremehkan Prayogi dan menganggap dia sudah tidak perlu semua itu dari Prayogi. Hinggah Prayogi pun tak juga melibatkan Sasmita dalam setiap even usahanya."Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatu! Selamat malam! Salam sejahtera semuanya!. Terimakasih untuk yang sudah hadir malam ini, di acara launcing produk ponsel terbaru kami. Terimakasih juga untuk yang telah bekerjasama dengan kami sebagai reseller. Alhamdulillah, peresmian perusahaan yang kapan hari kami lakukan kini makin sukses. Untuk itu
Baca selengkapnya

Bab 119. Mengikis jarak.

"Apa kamu juga menghawatirkanku?" tanya Prayogi serius."Apa?" Gayatri tak percaya dengan pertanyaan Prayogi itu."Aku bisa melihat dari matamu waktu itu, kamu begitu mencemaskanku."Gayatri sejenak tersenyum. Perkataan Prayogi yang blak-blakan kembali didapatinya, sama seperti duluh."Kamu memiliki perasaan itu Ayu. Kamu memiliki perasaan itu kepadaku." "Kamu tak berubah ya?" ucap Gayatri setelah mengingat saat Prayogi mengungkapkan isi hatinya waktu itu. Dia memang selalu percaya diri dengan megatakannya, sedangkan dia ada di sekolah faforit seperti sekolah Gayatri karena beasiswa, bukan karena orang kaya seperti kebanyakan anak yang sekolah di sekolahan ter-elit di kota Pudak itu."Aku tak tahan membohongi perasaan sendiri. Kamu kan tau itu, Ayu,.." Kembali Prayogi mengulang panggilan Gayatri saat belum menjadi istrinya. Dialah yang kemudian membuat orang di kompleknya memanggil Gayatri agar mereka merasa tak terganggu dengan orangtua Gayatri yang tak sudi kepada Prayogi. Juran
Baca selengkapnya

Bab 120. Selingkuh, selingkuh,..

"Maaf, bukannya kami tak menghargai Anda. Tapi kami tak ingin keluarga kami diekspos di luar. Saya harap kalian mengerti. Banyak masalah yang akan kami hadapi jika sampai keluarga ini diekspos di media." Akhirnya Gayatri angkat bicara."Bukannya malah mengangkat usaha anda, Bu. Saya sudah meneliti usaha Anda, khususnya WO yang maju pesat.""Maaf, kami begini saja sudah alhamdulillah. Resiko yang kami hadapi kelak tak sebanding dengan popularitas yang akan kami dapat. Sebelumnya terimakasih. Tapi maaf," ucap Gayatri kembali dengan mengatupkan kedua tangannya di dadanya."Baiklah kalau begitu. Maaf mengganggu waktu Anda.""Kalau anda mempublikasikan band anak saya silahkan, WO saya silahkan, EO saya atau usaha Bapak, silahkan. Tolong dipisah dengan urusan pribadi kami.""Baiklah, Bu. Sekali lagi terimaksih dengan mempersilahkan kami ini.""Iya, sama-sama , Dik," ucap Gayatri kepada pemuda itu. Prayogi kemudian menyambut jabat tangannya, demikian juga dengan Galing."Bund, kenapa Bunda t
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1011121314
...
17
DMCA.com Protection Status