All Chapters of Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan: Chapter 21 - Chapter 30

79 Chapters

(21) Sambutan untuk Kal

"Ah ... orang baru datang!" teriak tiga wanita berseru keras menyambut kedatangan seorang pria yang melambai-lambaikan kedua tangannya, ketulusan dalam kesenangan jelas terlihat dari senyum simpul terulum itu, "tiga ... dua ... satu."Dus!Bunyi tembakan khas konfeti terdengar mengejutkan, disusul dengan teriakan gembira tiga wanita yang kini melompat-lompat kecil, "ih gue enggak sangka banget," ucap seorang wanita dengan tahi lalat di dekat hidungnya menahan tangis, ditekan area lubang hidung dengan tisu, mata memerah jelas sangat menggambarkan suasana hatinya."Ini kalian serius balikan, enggak sih?" tukas wanita dengan lesung pipi yang terlihat samar dari senyum simpul tertahan, "gue masih enggak sangka banget serius, Fafa benar-benar berjuang buat dapat kakak lagi.""Serius kok, Di," jawab pria berbadan tegap itu melebarkan senyumnya, lalu menunduk dan mengambil selembar konfeti di dekat kaki, "jangan nangis mulu, makin jelek nanti," lanjutnya menempelkan konfeti tepat di kening
last updateLast Updated : 2024-07-09
Read more

(22) Rana dan Fafa

"Ah ...."Terhembus napas seorang wanita muda, terdiam ia di atas ranjangnya bersama sebuah kotak kecil yang sudah dibuka. Kotak kecil yang lagi dan lagi hanya berisikan beberapa lembar foto, bila sebelumnya berisikan foto seorang pria sedang bertaruh dengan banyaknya kartu dan uang, kotak kali ini berisikan foto seorang pria merangkul wanita menuju kamar hotel."Iya sih, dia memang pulang ke rumah walau belum mengaku kalau sudah jadi pengangguran, tapi kenapa malah pergi sama cewek ke hotel? Duit dari mana?" gumamnya seorang diri bersandar di kepala ranjang dan memandang kosong ke arah kotak kecil lain yang berada di atas meja riasnya.Tin ... tin ... tinMengernyit wanita itu mendengar klakson mobil yang begitu familiar di telinganya, menoleh ia ke arah jam digital berukuran besar di dinding kamar, terbuka lebar mata itu saat menyadari jam sudah menunjukkan pukul 23.33. Bergegas ia mengambil kotak kecil dan tutupnya di atas ranjang untuk disimpan di meja rias, "jam tidurku jadi kaca
last updateLast Updated : 2024-07-11
Read more

[23] Kali ini isinya apa?

"Serius deh, kaki kamu kenapa bisa begitu sih, Ran?"Sekali lagi, napas pendek terhela tidak bebas dari mulut seorang wanita yang kini berkulit pucat pasi. Pertanyaan yang setidaknya sudah tiga kali ditanyakan hanya dalam waktu lima menit, "memangnya jawaban aku kurang jelas sampai ditanya lagi dan lagi?" sahut wanita bernama Kirana Zendaya itu menanggapi rekan kerjanya."Jelas sih jelas, tapi masa sih karena hal itu?" tanya Nifa, rekan kerja sekaligus asisten bagi Rana untuk beberapa pekerjaan."Kamu kira aku bohong?" ucap Rana santai menanggapi pertanyaan Nifa, walau dirinya tahu bahwa Nifa tidak mengira itu suatu kebohongan, namun jelas terasa itu pertanyaan atas rasa tidak percaya."Eh? B-bukan begitu, mana mung ....""Memang sesulit itu buat dipercaya, tahu kok aku," tukas si Kepala Humas itu tersenyum kecil, "entar sore antar aku pulang, ya?" lanjutnya mengalihkan perhatian Nifa."Ih pasti susahlah. Sekarang gini saja, laki-laki pengangguran, pinjam mobil istri, pas balik malah
last updateLast Updated : 2024-08-12
Read more

(24) Pertimbangan

Lenguhan terdengar sedikit menggema dari ruang utama di rumah sederhana, seorang pria dengan pakaian berantakan itu bergerak asal untuk merenggangkan badannya. Keluhan pusing dan mual pun menyusul keluar dari mulutnya, dengan mata yang masih enggan terbuka ia beranjak duduk dan bersandar di sofa. "Ah ...," desahnya yang terdengar amat lelah, seolah ada rasa muak dan penat yang sangat mendesak hati maupun pikiran, seolah ada beban berat yang harus dipikir, dipertimbangkan, dan dijalankan, dan seolah ada kesulitan besar yang menghalanginya dengan segala rupa. "Kirana," panggil pria bernama Kalil Nayaka itu menyebut nama istrinya, dengan suara parau kembali menyebut nama sang istri lagi dan lagi. Tidak kenal lelah dan tidak kenal bosan, "Kirana!" Suara paraunya terdengar keras. Terdiam lagi pria yang akrab disapa Kal, menunggu tanggapan dan kedatangan sang istri. Satu dua menit ia menunggu, tidak ada juga suara yang terdengar dan tiada pula wujud yang dilihatnya. "Argh! Kemana sih
last updateLast Updated : 2024-08-13
Read more

(25) "aku bergerak sendiri"

"Halah, Jess cuma cewek goblok. Bisa santai gue.""Masa sih? Orang kaya loh mereka, lo bisa dalam bahaya.""Mereka banyak duit tapi kagak punya otak."Tap!Ditekan cepat dan kasar tanda jeda di laptop, lirikan tajam dengan napas memburu bersatu tidak padu pada sorot mata lemah, sorot mata yang jelas menunjukkan rasa bersalah dan ketakutan, "maksud kamu apaan?""Kayak yang tadi aku bilang, Kak. Aku dapat paket misterius terus-menerus, ada foto Mas Tom lagi main di meja bundar, ke hotel sama cewek yang enggak tahu siapa, terus juga sekarang dapat alat rekam suara yang isinya ginian," ujar wanita cantik berambut hitam lebat, menatap sang kakak yang justru berdecih dan tersenyum miris."Kamu fitnah suami aku? Dari awal aku tahu kok kamu enggak suka sama cowok, kamu benci sesama manusia, dan kamu juga enggak suka sama suamiku sejak aku bilang mau nikah. Tapi aku enggak duga kalau si kecil kesayanganku bakal memfitnah orang, memfitnah kakak ip ....""Siapa yang fitnah?" tukas wanita cantik
last updateLast Updated : 2024-08-14
Read more

(26) Memaksa

(Beberapa jam sebelumnya)Memainkan jemari berulang kali di atas meja kerja, pikiran yang tidak fokus, hati yang kacau, dan badan yang terasa tidak enak. Sungguh hari kacau yang memuakkan, "masuk," kata Rana setelah terkejut mendengar ketukan pintu.Rasa terkejut membuatnya kembali tersadar pada dunia yang seharusnya ia jalani, untuk sekejap membawanya pada kesadaran diri bahwa ada hal yang berada di luar kendalinya. Meski begitu, rasa sayangnya pada sang kakak dan penasaran pada isi kotak yang diterimanya, membuat Rana berada di pusaran yang membingungkan.Haruskah tetap tidak peduli karena itu urusan rumah tangga Jess? Atau haruskah peduli demi menyelamatkan Jess dari suami yang konyol?"Ini, Bu." Seorang wanita berkaca mata kotak dengan lensa yang sedikit gelap, wanita yang lebih banyak diam dan hampir selalu hanya terfokus pada layar ponsel maupun laptop, menyerahkan dua map pada Rana yang spontan mengerjap, "bisa dibaca dulu, tapi saya harap bisa langsung ditanda tangani, capek r
last updateLast Updated : 2024-08-15
Read more

(27) Penolakan

"Gue pinjam mobilnya mau main," ucap Kalil Nayaka cukup keras sambil menutup gerbang lagi, tepat setelah melihat Rana masuk rumah dengan wajah masam. Tidak terdengar tanggapan, jawaban, maupun respon lain dari emosi khas Rana. Terhela napas Kal seraya masuk mobil dengan pikiran kacau, tidak ada rasa cinta pada Rana, namun tanpa alasan pula Kal merasa ada suatu keharusan untuk membantu sang istri. "Enggak waras si Tom," gumamnya kemudian melajukan mobil yang masih ada banyak lecet dan rusak pada bumper. Perjalanan yang sudah dapat dikatakan lancar, perjalanan malam yang terasa sunyi, hilang sudah hasrat Kal untuk sekadar mendengarkan musik di jalan. Kalutnya pikiran yang tidak sesuai dengan hati, tidak kompaknya urusan hati dan pikiran dalam menghadapi Rana, dan muaknya Kal melihat sekaligus mendengar segala kelakuan Rana, cukup mengantarkan Kal pada posisi yang aman untuk menghentikan segalanya. Enam kilometer sudah Kal lewati, satu bangunan kayu yang menggugah mata untuk singgah t
last updateLast Updated : 2024-08-16
Read more

(28) Kumpulan Kal

Hening menerpa salah satu meja di kafe kopi, lima pria muda sesekali saling bertukar pandang dengan wajah masam. Pertanyaan pembuka dari Kal berhasil mengacaukan suasana santai, berhasil membuat suasana jadi kaku, dan berhasil membuat keadaan jadi canggung."Oi gue tanya, lo selingkuh dari kakaknya Rana tapi lo juga suruh gue buat nikah sama Rana. Apa tujuan lo sebenarnya?" ucap Kal mengulangi pertanyaannya, menatap pria yang ia beri pertanyaan berulang."Kenapa jadi aneh gini sih suasana?" pungkas Den, pria bernama lengkap Denandra Jamali yang seringkali hanya menjadi pendengar dalam kelompok, "lo punya prasangka buruk sama Tom?" lanjutnya bertanya pada Kal yang justru hanya mengecapkan mulut."Enggak, makanya gue tanya sama dia sekarang biar enggak ada prasangka atau fitnah," jawab Kal tanpa sedikitpun melihat ke arah Den, ia tahu tiga teman lain merasa keadaan tidak nyaman, tapi bagi Kal pula pikirannya kini harus lurus dan segala pertanyaan harus mendapat jawaban sekarang."Gue je
last updateLast Updated : 2024-08-17
Read more

(29) Obrolan dan Keluhan

Malam semakin larut, rasa kantuk mulai merayap ke pikiran yang menjadi berat rasanya bagi mata. Perlahan tapi pasti, banyak kumpulan di kafe kopi pun kembali ke rumah masing-masing, mengakhiri pertemuan dan perkumpulan mereka demi mengisi kembali tenaga dengan tidur, hingga memaksakan diri untuk siap menghadapi esok hari dengan segala pikiran, aktivitas, dan pekerjaan.Muak, oh tentu saja. Hanya saat tanggal gajian orang bisa tidak muak dengan kegiatan monotonnya."Kenapa?" tanya Kal setelah tiba di dekat mobil Den, pria yang menjadi temannya sejak awal kuliah, pria yang sejak balik dari toilet bertingkah aneh dengan segala sorot mata tajam dan seriusnya yang meresahkan."Lo peduli sama Rana sampai tanya kayak gitu ke Tom?" kata Den yang terlihat jelas sangat santai, Kal sadar gerak-geriknya yang aneh dan gelisah, namun Kal tidak peduli dengan segala keanehan yang biasa Den lakukan.Den yang bisa tiba-tiba tertawa karena teringat hal konyol, Den yang bisa tiba-tiba gelisah berdalih pa
last updateLast Updated : 2024-08-18
Read more

(30) Paket ke-empat

Menarikan jemari di atas meja kerja, diam yang mengantarkan pikiran secara acak ke dalam dunia yang tidak tertembus apapun. Bukan imajinasi yang menyenangkan dan bukan juga harapan yang diimpikan, hanya kekosongan pikiran yang terasa memuakkan dan melelahkan dalam menjalani hidup yang penuh permasalahan.“Ah …,” desah seorang wanita di ruang kerja khusus Kepala Humas, ruang kerja yang pernah diperjuangkan demi privasi dan keinginan menyendiri yang amat kuat dari pada keinginan bersosialisasi.Sekali lagi, bekerja sebagai kepala hubungan masyarakat di sebuah perusahaan besar jelas menjadi pekerjaan yang tidak pernah diimpikan, hanya direncanakan secara mendadak karena suatu rasa bernama frustrasi, dan kehampaan diri yang ingin menyerah dalam kekonyolan, “Nifa,” panggilnya pada salah satu anggota humas yang sangat diandalkan, wanita yang cukup cekatan namun tak sepandai dirinya saat berdebat penuh keberanian pada siapapun.Walau kenyataannya, wanita bernama Kirana Zendaya itu tahu bahwa
last updateLast Updated : 2024-08-19
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status