All Chapters of Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan: Chapter 51 - Chapter 60

79 Chapters

(51) 11.00

"Aku bisa minta tolong buat pada saat tertentu jangan bersikap dan berbincang formal," ucap Rana memulai kesepakatan dengan sikap yang lebih santai dan ringan."Bisa," jawab Arhan santai, sikap santai yang mulai terlihat dengan pria itu bersandar di sofa dan tersenyum simpul, "tapi saya agak kurang ajar dan tidak punya batas khusus saat harus bersikap santai.""Selagi bukan melecehkan dan merendahkan, terserah," sahut si Kepala Humas itu sedikit tersenyum miring, "setelah ini, diam saja dulu. Saya masih mau mengamati isi paket selanjutnya dan informasi tambahan dari yang lain.""Oke," tukas Arhan acuh tak acuh, "sudah?"Mengangguk Rana menjawab pria yang kini menjadi teman sekaligus rekan kerjanya, "aku pamit saja kalau begitu, istirahat dulu sebelum rapat.""Kenapa harus istirahat dulu?" sahut Rana cepat mengikuti Arhan yang hendak keluar dari ruangannya."Memangnya kamu doang yang capek tiap dengar kata rapat? Ciap-ciap kayak anak ayam dan belum tentu didengar," tutur Arhan ketus ya
last updateLast Updated : 2024-10-07
Read more

(52) Informasi

"Aku enggak mau banyak basa-basi, karena ini sudah mepet jam istirahat dan makan siang. Kalian tahu tentang paket misteriusku, aku mau dimulai dari Kak Jess dulu, beritahu yang kami enggak tahu," ujar Rana menyiratkan bahwa dirinya memberi perintah.'"Buat apa?" tanya Nifa cepat, sebelum Jess memberi respon atau mulai berucap."Setelah kita semua tahu informasi satu sama lain, kita buat dan diskusikan rencananya. Kurang kehadiran Pak Arhan di sini, tapi dia tadi bilang akan ikut saja keputusan mayoritas," jawab Rana mengungkit sedikit tentang ajakan dan kehadiran Arhan di antara mereka, "alasan aku ajak Arhan karena Nifa bilang, Arhan cukup baik dan siap membantu tanpa keberatan.""Oke," jawab Kalil membuat Rana cepat berdeham heran, sebab tidak ada yang mengajaknya berbicara sedari tadi."Silakan, Kak." Rana mengizinkan kakaknya untuk mulai berbicara dengan formal, yang semata-mata untuk mempertahankan jati dirinya yang terbentuk di kantor, terutama kini ada Kalil si mantan karyawan
last updateLast Updated : 2024-10-08
Read more

(53) "Aku ikut kalian."

"Selidik gimana?" tanya wanita bersetelan formal yang berada di pojok ruang kerjanya pada seseorang dalam sambungan telepon, rasa heran semakin menyelimutinya.Mana yang harus dipercaya? Mana yang harus dihindari? Dan mana yang harus dijebak balik?Tomi Uraga seorang pria yang sudah jelas menyakiti, menipu, mempermainkan, memanipulasi, membohongi, dan menduakan kakaknya. Namun kini, seorang pria lainnya mengatakan bahwa Tomi juga sedang menyelidiki sesuatu tentang Fafa, menyelidiki sosok yang sama dengannya. Haruskah diajak bekerja sama?Tapi ... Pria yang mengatakan hal tentang kakak iparnya adalah pria asing, pria yang baru dikenalnya belum ada enam bulan, pria yang berawal dari kontrak kerja sama di satu perusahaan pusat, dan pria yang berakhir dengan niat membantu. Bagaimana mungkin harus dipercaya, jika niat membantunya saja masih cukup dipertanyakan?"Oh oke," ucap wanita bernama Kirana Zendaya itu setelah terdiam hampir tidak menyimak jawaban dari lawan bicaranya di telepon, "
last updateLast Updated : 2024-10-12
Read more

(54) Seberapa Yakin Aku?

"Jadi selidik gimana? Jelasin ulang dong, penjelasan tadi siang putus-putus, kendala sinyal kayaknya," ujar seorang wanita sambil mengaduk mi yang dipesannya, netra terfokus pada mi yang tidak hanya menggoda dengan aroma namun juga tekstur yang terlihat seolah sedang menjahili mata."Tadi siang aku lihat Tom lagi pantau Fafa dari jauh, menguntit gitu," jawab pria muda yang sedang memainkan sumpitnya, bersiap menyuap mi yang menurutnya lebih nikmat disantap hangat sedikit panas, selera yang berbanding terbalik dengan wanita di hadapannya."Lihat di ....""Swalayan," sambung pria itu menyambut ucapan menggantung dari lawan bicaranya, "kelihatan aneh saja gitu gelagatnya, terutama pas lihat Fafa ternyata ketemu sama cowok lain.""Hah ... Kalil?" kata wanita bernama Kirana Zendaya itu dengan cepat, "enggak sih pasti, tadi siang saja Kalil ikut kumpul.""Iya tahu, pagi tadi kamu sudah kasih tahu kalau Kalil juga diajak," tukas pria muda di hadapan Rana, "aku enggak tahu pasti, tapi yang je
last updateLast Updated : 2024-10-21
Read more

(55) Ketemu?

"Gue muak banget sama Fafa!" tukas seorang pria muda setelah diam sejak awal kedatangannya.Berkumpul lengkap lagi setelah lebih dari satu pekan tidak berkumpul, saling disibukkan dengan segala urusan yang tak jarang terasa membosankan, "kenapa dia?" tanya pria hampir botak yang sedari tadi cukup santai menanggapi berbagai obrolan."Gue enggak sengaja ketemu dia di swalayan dekat sini, kita tegur sapa biasa saja sampai dia tiba-tiba nanya, berapa satu malam sama Rana," ujar pria berkulit cokelat itu dengan menggebu."Hah?""Gimana gimana?""Fafa tiba-tiba nanya, berapa ribu semalaman sama Rana? Arah pertanyaannya lo pada pasti paham," jawab pria bernama Denandra Jamali, pria yang memang siang tadi bertemu dengan Fafa di swalayan, pertemuan yang jelas terlihat tidak baik sebab pertanyaan lanjutan yang menyakitkan."Harusnya Rana enggak sih yang nanya gitu?" sahut pria hampir botak bernama Damar Junaldi, "sudah hampir tiga bulan sama Kalil saja, Rana serius menerapkan kontrak mereka. Lo
last updateLast Updated : 2024-10-22
Read more

(56) Tangisan Rana

"Kamu habis ketemu sama Tomi, enggak?" "Oh iya ... Denandra bilang, kalau tadi siang dia ketemu sama Fafa di pasar swalayan," tukas Kalil tanpa menjawab pertanyaan Rana, namun perkataannya cukup jelas memberi tanggapan pada sang istri. "Hah?" sambut Rana terkejut, "Denandra yang jualan roti itu, bukan? Teman kamu tapi juga kakak tingkat masa kuliahku?" lanjutnya bingung. "Iya," jawab pria itu tersenyum kecut, kecantikan dan kecerdasan seorang Rana memang selalu terhalang dengan sikap apatis yang dimiliki, "dia juga bukan jualan roti, tapi keluarganya punya bisnis roti." "Sama saja," sahut Rana acuh tak acuh, "terus gimana tadi?" "Ah ...." Terhela napas Kalil melihat ekspresi Rana yang begitu antusias, ketertarikan yang ternyata cukup membuat tenaga Kalil terkuras oleh kebingungan, "ya sudah dia ketemu saja, memangnya mau apa?" kata Kalil merahasiakan hal-hal yang ditanyakan Fafa pada Denandra. "Bukannya mereka kayak enggak akrab gitu, ya? Berarti semi bertengkar dalam perdebatan,
last updateLast Updated : 2024-10-23
Read more

(57) Pengakuan

"Kayaknya sudah sering banget bilang aku-kamu, kenapa?" kata Rana menyambut pertanyaan penuh tekanan dari Kal, bagi Rana selagi bukan sosok yang harus dihormati, maka tidak perlu dipedulikan dengan maksimal."Ck," decak Kalil menatap istrinya dengan malas, tersenyum kecut ia saat melihat Rana mengangkat sedikit kepala mengisyaratkan jawaban cepat, "salah?"Mengernyit Rana lalu mengalihkan pandangan sejenak, "kagak sih, tapi aneh saja," jawabnya sambil mengusap mata dan pipi, menghapus jejak air mata hampir mengering akibat tangis menyesakkan."Jadi kenapa kamu nangis tadi?" tanya Kal lagi, yang cepat mendapat gelengan kepala dari Rana, "oh enggak mau cerita?" katanya bertanya lagi, dan mendapat gelengan kepala lagi sebagai jawaban."Aku sudah biasa sendiri dan bisa sendiri," ucap Rana pelan sembari membelakangi Kalil, "keluar sana, jangan lupa matikan lagi lampunya," lanjut wanita karir itu dengan jelas menunjukkan bahwa ia mengusir sang suami."Ah ... oke," desah Kalil pasrah kemudia
last updateLast Updated : 2024-10-24
Read more

(58) 3 tahun lalu [Revisi]

[3 tahun yang lalu] Menarikan jemari dengan lincah di atas papan ketik, wajah serius dengan bibir mungil itu mengerucut dan kening yang mengernyit. Tidak bisa dibohongi dan tidak bisa pula disembunyikan, wanita di meja kafe nomor 04 itu sedang berkutat dengan hal penting di laptopnya, sesekali menyeruput cokelat panas yang di pesannya sekitar lima menit lalu. Keseriusan yang disertai pemikiran bahwa tidak ada gunanya peduli pada sesama, membuat wanita itu benar-benar berada di dalam dunianya, seolah menetap dengan nyaman dan damai dalam relung pikiran tak terbatas bersama imajinasi yang luas. Teralihkan kepalanya menoleh keluar kafe, melihat lalu lalang kendaraan dengan kecepatan aman dan stabil, mengerjakan laporan pekerjaan dari kepala bidang yang layaknya racun, memang akan selalu membuat siapapun terasa seperti kepala diputar 180°. Keseriusan dan keasikan berada di dunia sendiri, jelas membuat wanita itu tidak menyadari betapa menyenangkannya seorang pria mengamati dari meja
last updateLast Updated : 2024-10-25
Read more

(59) Tomi dan Rana [Revisi]

"Sejak kejadian tiga tahun lalu itu, sejak gue lihat dan suka sama dia di pandangan pertama, lihat dia marah sekaligus malu gitu sampai keluar dari kafe, ditambah gue tahu kalau dia temannya Den." Terdiam sejenak Tomi menarik dan menghembuskan napas, "gue memutuskan untuk jadi penguntitnya, gue ikuti dia, memantau media sosialnya, sesekali juga kirim pesan ke media sosial karena gue enggak dapat nomor teleponnya." "Terus?" tanggap Kalil melihat wajah temannya itu memerah, entah perasaan yang sedang ditahan untuk tetap mengutarakan isi hati dan pikiran. "Gue pernah ajak dia pacaran, tapi ditolak. Semua pemberian gue dikasih lagi ke orang lain bahkan dibuang, kayak bunga, boneka, camilan, makanan berat, sampai buket uang. Enggak ada satu saja yang dia terima atau pakai sendiri, enggak ada juga satu yang dia bawa pulang atau simpan di meja kerjanya," ujar Tomi menggebu dengan emosi mulai terpancar, "semua dikasih orang atau dibuang." Berdeham singkat Kalil mendengarnya, sebagai sesa
last updateLast Updated : 2024-10-26
Read more

(60) Sarapan Bersama

"Lah ... kapan datangnya?" tukas seorang wanita terkejut kala melihat kakak iparnya baru saja keluar dari kamar sebelah, "kamu yang bawa dia masuk? Sembarangan amat," lanjutnya pada sang suami yang menguap lebar, mulut terbuka dengan napas bau naga seolah hendak mengisap inti bumi.Muka bantal dengan kotoran mata yang masih berhias diri, benar-benar menjijikkan dan meresahkan untuk tetap dilihat. Berdecih wanita bernama Kirana melihat perilaku pria berstatus suaminya itu, pria yang bahkan tidak pernah menunjukkan tanda pantas untuk menjadi seorang kepala rumah tangga."Gue pamit balik ya," ucap kakak ipar Rana, "terima kasih sudah kasih izin buat gue bermalam di sini," lanjutnya kemudian bergegas keluar rumah bersama Kalil.Terdiam mematung Rana kala mendengar ucapan pria bernama Tomi Uraga, dalam kebingungan ia bertanya-tanya pada kenyataan. Apa katanya? Kasih izin? Aku saja enggak tahu dia bermalam dan masuk rumah, memang sialan si Kalil Nayaka itu.Tanpa menjawab atau sekadar membe
last updateLast Updated : 2024-10-27
Read more
PREV
1
...
345678
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status