Semua Bab Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan: Bab 11 - Bab 20

79 Bab

(11) "Ini Gila!"

"Lo main judi?" tanya pria bersetelan celana panjang dan kaus pendek santai, pria yang akrab disapa Kal itu menatap tajam temannya."Tahu dari siapa?" sahut pria dengan tubuh yang lebih tinggi dari Kal, pria yang lebih tua dari Kal, dan pria bernama Tomi Uraga yang akrab disapa Tom."Memangnya itu penting?" kata Kal bertanya lagi, terdengar berbasa-basi meski Kal begitu ingin memojokkannya dengan segala foto dari bukti yang ada."Pentinglah, gue harus tahu orang yang berani ikut campur ranah pribadi," jawab Tom membuat Kal spontan tersenyum miring, "lagian, apa pentingnya buat lo kalau gue main judi atau kagak?"Terdiam Kal memandang pria yang dikenalnya sejak kuliah, pria yang pernah menjadi kakak tingkat, pria yang membuat Kal merasa segan, dan pria yang hampir selalu Kal patuhi ucapannya, "lo kakak ipar gue?" ucap Kal bertanya setelah terdiam cukup lama.Mencerna keadaan dan mencoba untuk memahami segala hal yang mungkin terlewat, namun yang didapat hanya kehampaan belaka dan pikir
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-29
Baca selengkapnya

(12) Permintaan

"Jadi?""Aku minta tolong banget jangan sampai Jessica tahu," ucap seorang pria setelah memberi penjelasan yang memakan banyak waktu, penjelasan yang sebenarnya sama sekali tidak ingin didengar, dan penjelasan yang sangat tidak penting, "aku malu banget kalau sampai harus pulang dengan tangan kosong, sudah jadi pengangguran, cari kerja juga susah karena usiaku," lanjutnya menangkup kedua tangan dan memohon."Kenapa harus malu?" tanya seorang wanita dengan acuh tak acuh, hanya satu alasan yang membuatnya bertahan karena ini semua bersangkutan dengan kakaknya."Kalian dari keluarga berpendidikan, punya takhta, banyak harta dan investasi," jawab pria yang akrab disapa Tom, "dan aku cuma pengangguran enggak jelas, apa masih pantas aku jadi suami Jessica?"Terdiam Rana mencoba untuk melihat dari sudut pandang kakak iparnya, meski ia masih ingin mencari tahu pengirim foto, memberi tahu sang kakak, dan tetap tidak ingin memaafkan. Namun kenapa pria di hadapannya kini seolah mengemis keadaan?
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-30
Baca selengkapnya

(13) Obrolan

"Tumben amat lo ajak kumpul di tempat kayak gini," celetuk seorang pria hampir botak yang baru saja datang. "Kagak ada salahnya," jawab pria berambut cepak berponi, potongan rambut andalan yang menjadi ciri khasnya dimanapun berada. "Jangan terlalu sering, Pak. Ingat lo kagak punya penghasilan, masa mau minta terus sama bini," ujar pria dengan kaca mata bulat di kepala, meski memiliki penglihatan yang tidak sebagus temannya, namun ia tetap menggunakan kaca mata hanya saat ada yang perlu dibaca. "Malu?" kata pria dengan potongan rambut cepak berponi, pria yang akrab disapa Kal. Pertanyaan amat singkat dalam satu kata, pertanyaan yang membuat tiga pria lain teralih memandangnya dengan ekspresi masam, "lo tanya, Pak? Buset dah, jadi makin goblok begini," ucap pria dengan potongan rambut rapi. "Gue serius," sentak Kal memastikan keseriusannya pada tiga teman yang sudah lama dikenal. "Ada apa ini ada apa? Cerita dulu saja, dari pada bikin kita salah paham sama pertanyaan lo," ujar pr
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-01
Baca selengkapnya

(14) Tipuan Tom

Melompat girang seorang wanita setelah melihat kedatangan seseorang, lompatan gembira yang jelas menggambarkan suasana hati dan keadaannya. Senyum lebar menunjukkan barisan gigi dari pria dengan setelan santai, membuat wanita itu berlari menghampiri dan memeluknya, "kok kamu tiba-tiba sudah datang sih? Kan bisa aku jemput di bandara atau stasiun gitu," ujar wanita berambut cokelat itu mengambil alih koper besar."Sengaja, biar kejutan." Bergerak jahil alis pria berusia dua puluh sembilan tahun itu, "kamu tahunya aku pulang sore tapi enggak tahu jamnya," lanjutnya merangkul sang istri setelah menutup gerbang, dan bergegas masuk ke dalam rumah bersama wanita yang menyambut kedatangannya."Tuman deh jahilnya," ucap wanita bernama Jessica Danti itu mencubit pelan perut suaminya, cubitan yang justru membuat mereka saling tertawa bersama.Rasa rindu dalam cinta yang menenangkan selalu menjadi hal terindah dalam bahtera, ombak-ombak kecil tidak akan mampu menenggelamkan bahtera besar dengan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-02
Baca selengkapnya

(15) Cumbu dan balikan?

"Apa?" ketus seorang wanita bersedekap dada sambil menatap pria yang baru datang. Taman kota di malam hari dengan penerangan yang memadai, memang menjadi lokasi yang cocok untuk menenangkan diri, membangun diskusi, atau sekadar menunggu teman sebagai titik kumpul. Sama halnya dengan dua insan muda yang kini saling bertukar tatap, "mau ngapain?" kata wanita itu lagi saat melihat pria di depannya menoleh ke kanan-kiri. "Sudah lama?" tanya pria muda itu lalu bergerak untuk duduk di samping teman wanitanya, "tadi macet di perempatan sana," lanjutnya meski tidak mendapat jawaban, hanya mendapat lirikan tajam dan ekspresi hampa dengan raut yang jelas menggambarkan rasa tidak suka. Berdeham pelan pria yang akrab disapa Kal itu merasa canggung dengan wanita di sebelahnya, sedikit-banyak pikiran Kal tahu bahwa ini bukan bagian dari hal yang harus dilakukan, tapi hatinya menggiring kuat agar dilakukan. Sebagai pria yang menjunjung perasaan pribadi, Kal memilih untuk mendengarkan dan melakukan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-03
Baca selengkapnya

(16) Balikan

"E-eh?" Terbuka lebar mata seorang pria terkejut, secepat terkejut yang ia alami dan perubahan talu jantung, tangan yang menggenggam pun dengan cepat mengempas, "kok lo di sini, Ran?" Bergerak miring sedikit kepala wanita yang memanggil tadi, memandang dua insan di hadapannya kini dengan lekat, "memangnya taman kota buat aturan kalau Kirana Zendaya dilarang datang?" sahut wanita yang akrab disapa Rana itu mengalihkan pandangannya ke pria yang terlihat gugup, "kenapa kamu?" "L-lo kagak tidur? Sudah malam loh ini," tukas pria yang biasa disebut Kal, pria berbadan atletis yang sesekali melihat ke wanita di sebelahnya, namun juga tidak bisa menyembunyikan rasa bingung akan kehadiran wanita di hadapannya. Berkedip pelan Rana sambil mengerucutkan sedikit bibirnya, terangkat kedua bahu mungil Rana dengan senyum kecut menghiasi wajah orientalnya, "entah," jawab Rana singkat kemudian menghela napas. Santai, sangat santai reaksi Rana melihat kedekatan pria berstatus sebagai suaminya itu deng
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-04
Baca selengkapnya

(17) Keras Kepala

"Lo balikan lagi sama Fafa?" "Menduakan Rana, oi!" "Buset, lo masih belum dapat kerja lagi, kan? Kok berani tambah perempuan di hidup lo?" "Ya mau gimana lagi, gue masih sayang dia," jawab seorang pria menjawab pertanyaan teman-temannya, "ini juga enggak bisa dibilang menduakan dong, gue enggak suka sama Rana, kagak ada perasaan." "Tapi lo nikahnya sama Rana," ucap pria berambut cepak pendek dengan penuh tekanan, "selingkuh itu enggak melulu tentang lo punya perasaan, kan?" lanjut pria yang biasa disapa Den. "Entah," sahut pria bernama Kalil Nayaka itu penuh rasa abai, "yang jelas buat gue ini bukan selingkuh." "Padahal belum lama ini lo mempermasalahkan perilaku Rana yang bersikap kayak kagak anggap lo sebagai suami," ujar Den teringat obrolan mereka di rumahnya beberapa waktu lalu, "tapi sekarang lo bersikap kayak kagak anggap Rana sebagai istri lo." "Karena ini melibatkan perasaan, yang gue bahas waktu itu tentang bersikap sosial tanpa perasaan. Beda," bantah Kal membu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-05
Baca selengkapnya

(18) Nifa dan Paket

"Permisi, Pak." Seorang wanita berpakaian formal datang menyapa, tersenyum ramah dengan netra cerah memandang penuh ketenangan."Eh ... i-iya," jawab pria setengah baya tersenyum canggung, matanya tak terlepas dari wanita cantik yang menyapa.Layaknya mendapat keberuntungan besar, matahari yang masih mengintip ragu di antara gelapnya awan, namun mata sudah mendapat pemandangan indah yang meningkatkan suasana hati. Walau begitu, hati yang bersih akan tetap menjaga dirinya dari segala bisikan dan pikiran buruk, tetap mampu mengontrol diri, dan membuat batasan."Mau tanya, Pak." Wanita cantik berwajah oriental itu tersenyum simpul, senyuman sederhana yang kini perlahan menghilang saat raut berganti dengan keseriusan, "bapak pernah antar paket atas nama Kirana Zendaya, enggak?"Terdiam pria itu mengernyitkan dahinya heran, "o-oh itu teman saya, belum datang dia, biasanya agak siangan. Kenapa memang? Paketnya enggak sampai atau gimana? Biar dikasih tahu ke orangnya."Menggeleng pelan wanit
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-06
Baca selengkapnya

(19) Tanya Saksi

"Titip di sini," pungkas Rana kembali meletakkan kotak paket ke meja resepsionis, berlari ia meninggalkan lobi utama perusahaannya.Mengabaikan berbagai pandangan heran, dan himbauan petugas keamanan. Dalam otak Rana kini hanya tertuju pada pangkalan ojek konvensional dekat kantornya, sampai ia berhenti langkahnya saat melihat ada lima motor berbaris.Terdiam sejenak Rana memandang lima pria yang sedang berjuang mencari nafkah, terlihat santai walau Rana yakin bahwa otak mereka kalut dengan pemasukan. Terkatup rapat bibir wanita karir itu mempertimbangkan segala kemungkinan, apa yang akan terjadi jika bertanya pada mereka? Bisakah langsung mengetahui pengirim hanya dengan bertanya?"Ah sudahlah," tukas si Kepala Humas menggeleng pelan lalu menghampiri lima ojek konvensional itu, "permisi, Pak," sapa Rana tersenyum ramah."Nah ... ini cewek cantik yang gue bilang tadi," pungkas pria paruh baya yang memang Rana tanyakan sebelum masuk kantor, "ini mbak orangnya," tunjuknya pada pria lain
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-07
Baca selengkapnya

(20) Arhan Prasetia [Revisi]

"Hm ... permisi, Pak," sapa seorang wanita muda pada pria muda di area tunggu, area yang dikhususkan untuk tamu menuju humas dengan berbagai alasan. "Iya," sahut pria muda yang memiliki garis rahang tegas. "Bu Rana meminta saya untuk menyampaikan, bahwa silakan bertamu sesuai janji temu yang sudah disepakati," ujar wanita bernama Nifala Cessa Anggraeni, wanita cantik yang cukup cekatan namun tidak cukup untuk menandingi kepiawaian Sang Kepala Humas. "Oh, enggak masalah ...," jawab pria muda itu menggantungkan kalimatnya, "Nifala," lanjutnya setelah membaca tanda pengenal yang melingkar di leher lawan bicaranya. "Nifa ... Nifa saja," kata Nifa tersenyum tipis menghargai usaha tamu itu untuk mengetahui identitas umum, begitu besar rasa Nifa hendak basa-basi bertanya namun dirinya sudah tahu nama si tamu. "Arhan Prasetia," ucap pria muda itu memperkenalkan diri seraya mengulurkan tangan yang tentu membuat Nifa cepat merespon. Bagaimana tidak? Seorang pengelola anak perusahaan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-08
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
8
DMCA.com Protection Status