Semua Bab Aku Tak Ingin Menjadi Yang Kedua.: Bab 51 - Bab 60

137 Bab

Bab 51

Kedua lelaki saling tatap. Bola mata Chandra menatap dengan keharusan, dan iris hitam legam Damar mengatakan tidak apapun taruhannya. "Nggak, Pah." Dengan tegas Damar berkata tidak. Chandra menggebrak meja, membuat Nisa terjengkit kaget. "Pah, jangan emosi, nanti sakit lagi." Nisa mengingatkan. "Mas." Nisa memandang sendu kekasihnya. "Pah." Suara Damar melemah. "Jangan paksa aku untuk meninggalkan wanita yang sudah menjadi tanggung jawabku, jangan ajarkan aku menjadi pecundang, jangan ajarkan aku menjadi lelaki hina karna membuang yang seharusnya dia lindungi. Chandra menatap mata Damar penuh penekanan, mencari sejauh mana sikap gentle, dan sikap adil pada Damar. Irish kecoklatan milik Chandra beralih menatap Nisa," urus gugatan cerai kamu, papah akan dukung sepenuhnya."Kepala Nisa menggeleng samar, walau awalnya dia ingin sekali bercerai tetapi kini niatan itu sirna, saat ini hati Nisa terasa seperti sedang pasa fase paling bahagia, apapun status Damar saat ini. Apakah ini yang
Baca selengkapnya

Bab 52

"Apa sih, Mas. Lengket juga badannya." Nisa mendorong tubuh Damar."Orang tadi mas lagi olah raga, Fina ganggu, eh kepergok Papah. Olahraganya gak di lanjut, sekarang lanjut sama kamu aja yuk." Sambil bangun Damar meraih pinggang ramping Nisa, mengangkat menuju ranjang."Mas, badan kamu lengket banget ini," teriak Nisa menggeleng-gelengkan kepala, mengelak dari ciuman Damar. "Ya udah, sambil mandi aja." Damar turun dari ranjang, mengangkat Nisa menuju kamar mandi."Nggak mau... Aku udah mandi," Nisa berusaha turun, tapi rengkuhan Damar begitu kuat hingga sampai di kamar mandi Nisa masih juga meronta dan berteriak, hingga air shower membasahi tubuh, bibir Damar pun membungkam bibir yang sejak tadi berteriak. Hingga si wanita tak mampu lagi melawan, dia hanyut dalam buaian tangan nakal juga kecupan memabukkan lelaki dihadapan. Lagi dan lagi, wanita yang begitu manis ini mampu mengimbangi dan m
Baca selengkapnya

Bab 53

"Pah. Maafkan aku," ucap Damar menatap penuh penyesalan pada Chandra. "Untuk apa?" tanya Chandra. "Untuk tak setiaku pada Nisa," "Apakah permpuan itu lebih baik dari Nisa? hingga kamu tega mendua?" tanya Chandra. "Mereka dua wanita yang berbeda, Pah. Aku tak bisa membandingkan, aku mencintai keduanya dengan kelebihan dan kekurangan mereka," ucapan Damar terdengar meyakinkan. Hm... Hanya gumaman yamg keluar dari mulut Chandra. "Apa jaminan yang bisa kamu berikan jika kamu tidak akan mencampakkan Nisa?" tanya Chandra menatap Damar penuh intimindasi. "Aku pikir Papah mengenaliku?" ucap Damar. "Sekarang aku tak mengengenalimu, dalamnya lautan dapat terukur, dalamnya hati manusia siapa yang dapat mengetahui. Aku tak ingin, anakku hidup tak bahagia setelah kepergianku," Chandra berucap pelan, Namun tegas. "Pah, aku sangat tau diri, aku bisa menjadi seperti ini karna didikan dan fasilitas yang Papah beri, untuk berhianat jika aku mau sudah aku lakukan sejak dulu." D
Baca selengkapnya

Bab 54

Jakun Damar terlihat turun naik, terlihat dia begitu tergoda. Lelaki atletis ini mendekati Kirana. Duduk disebelah wanita ayu ini lalu mendekap erat tubuh Kirana, tangan Damar merengkuh erat tubuh yang dari dulu hingga kini begitu dia damba. "Kirana, tapi aku tak bisa menginap di sini," Ucap Damar di sela-sela cumbuannya. Nafas Kirana terdengar tak beraturan. Dia menarik tubuh dari kungkungan Damar. Menuruni ranjang, memunguti pakaian yang tadi dia lempar sembarang, memakai kembali pakaian yang tercecer. "Pulang lah, Mas. Kamu selesakan dengan dia. Pulang kan aku ke rumah dulu. Terserah kamu mau mengunjungiku atau tidak." Lelaki atletis ini menghampiri Kirana kembali. Memeluk erat tubuh Kirana dari belakang menyesap tengkuk meninggalkan bercak kemerahan. "Yakin, kamu mengusirku malam ini? Kamu nggak marah?" ujar Damar, mempererat pelukan, tangan meremas dua gundukan yang masih belum berpenutup. Kirana mencoba lolos dari rengkuhannya. "Apa dayaku, marahpun percuma," ucap Kirana,
Baca selengkapnya

Bab 55

"Mih ayo tidur, sudah malam," teriak Chandra. "Mamih tidur di kamar tamu," Fina menjawab ketus. Chandra tak menanggapi dia melanjutkan langkah menuju kamar. Di dalam kamar Chandra duduk di kursi dekat jendela memandang legamnya langit, isi kepala tuanya kembali mengingat masa di mana dia menemukan Fina dan membawa kerumah. Semua penolakan Nisa, tapi dengan tegas Chandra tetap merengkuh Fina, apapun yang Nisa lakukan untuk mengusir Fina. Alam semesta seolah berpihak pada putri kecilnya, Chandra membawa pulang Damar, menggantikan kegundahan dan kekecewaan Nisa pada sang ayah. Damar menjaga Nisa dengan baik selama ini. Air mata lolos dari mata tua Chandra. Berterimakasih pada sang pemilik hidup, selain dipertemukan dengan pembenci tetapi dia juga dipertemukan dengan pelindung. "Apa yang kita tanam itu yang akan kita tuai," monolog Chandra. Pintu kamar terbuka, Fina melangkah di hentak, menaiki ranjang dengan kasar. Lelaki tua ini tak menegur atau menyapa. Dia berfikir sebelum ajal
Baca selengkapnya

Bab 56

"Sekarang mandi dulu, kita sarapan," ucap Damar."Mandiin," Nisa merajuk manja. Tetapi kerika Nisa sedang merajuk ponsel Damar berdering, Roni mengabarkan pagi ini untuk datang tepat waktu. "Roni ngabarin, Mas harus datang tepat waktu." Damar menunjukkan ponsel pada Nisa. "Kamu mandi sendiri, jangan lama-lama, Mas tunggu di sini," ujar Damar. Nisa memanyunkan mulutnya, membuat Damar tersenyum geli, "Buruan nanti Mas telat," ujar lelaki atletis ini. Setelah Nisa menutup pintu kamar mandi Damar menghembuskan nafas lega, jika pagi ini dia harus memberikan Nisa kenikmatan, bisa nggak bisa diajak berdiri dengkulnya. Pasalnya Kirana Benar-benar memberikan service terbaiknya tadi malam. Damar melihat ponsel yang bergetar, pesan dari Kirana. [Udah dapet dokumennya, mas?]Damar menyugar rambutnya frustasi. Dia harus cepat-cepat mengumpulkan dua wanitanya dan menyepakati perjanjian pada dua wanitanya agar tak saling curiga da
Baca selengkapnya

Bab 57

"Masalah lagi, Ron." "Apa, Pak?" tanya Roni. "Siapa yang nanti aku bawa, dan rumor buruk akan beredar jika publik tau aku beristri dua." pungkas Damar. "Pak, kolega dan semua rekam bisnis taunya Anda menikah dengan Non Nisa, sebaiknya yang Anda perkenalkan pada bublik Non Nisa." saran Roni. Damar tak menjawab, tangannya mengusap-usap janggut yang sudah di tumbuhi bulu tipis. "Jika tak ada yang dibutuhkan lagi saya undur diri, Pak." Hhmmm ... Hanya gumaman yang keluar dari mulut Damar. "Masalah satu belum kelar, sudah muncul lagi masalah baru," gumam Damar. *** "Nis, Mas Bagus udah dua kali dateng ke rumah gue," ujar Lana siang ini. "Eehhh ... Elo udah jadian sama Mas Bagus?" tanya Nisa. Yang diangguki mantap oleh Lana. "Ya ampun, cepet banget move onnya temen gue," ujar Nisa.
Baca selengkapnya

Bab 58

"Mas, tadi belum kelar ceritanya?" Nisa berusaha menghindar dari terkaman Damar. "Cerita apa? Mas lupa, sekarang kerjain yang inget aja?" Damar sudah memberikan kecupan-kecupan menggairahkan di tubuh Nisa. "Maasss...." Suara Nisa sudah mendesis. "Lana, kita lagi ngomongin lana, Mass ...." Nafas Nisa sudah terengah. "Mas yang udah ambile keperawanan Lana?" Damar menjeda kuluman bibir di area sensitif Nisa yang terlihat menantang. "Emang muka Mas pecinta darah perawan?" tanya Damar, kembali menyesap benda kemerahan yang selalu membuatnya tergoda. "Ahhh ...." Desahan kembali lolos dari bibir Nisa, tadi Mas, bilang, Mas yang nolongin Lana," Nisa berkata sambil tersengal, tubuhnya bergetar hebat. Jari-jari tangan meremat rambut Damar frustasi. Tak ada jawaban dari Damar, lelaki atletis ini sibuk sendiri dengan aktifitasnya, sudah tak mendengar gumaman yang Dilayangkan Nisa, yang dia dengar dari mulut Nisa sekarang adalah ra
Baca selengkapnya

Bab 59

"Sama aja." Nisa bangun dari duduk keluar kamar. Damar hanya memandang kepergian Nisa. "Untung sayang, kalo ngak ...." "Kalo nggak apa?! " ketus Nisa kembali melongokkan kepala ke dalam kamar. Bibir damar tersungging kaku, ternyata Nisa masih di depan kamar dan mendengar gumamnanya. Gerogi mendapatkan tatapan maut dari Nisa Damar hanya menggaruk tengkuk yang tak gatal. "Baju mas mana Nis, kok belum di siapin?" tanya Damar mengalihkan pembicaraan. "Pilih sindiri," ketus Nisa menutup pintu kamar. Damar meninju angin. "Uuhhh ... Kenapa bisa bucin sama anak manja begitu pikir Damar. Di meja makan Nisa masih memperlihatkan wajah tak suka pada Damar. "Pah, besok saya mau undang Kirana dan Fatta makan malam di sini, sekalian memperkanalkan pada Papah." ujar Damar di sela-sela suapan. Uhuk .... Fina tersedak mendengar penuturan Damar.
Baca selengkapnya

Bab 60

"Non," Darmi menghampiri Nisa, perlahan duduk di hadapan Nisa. Wanita muda ini mengayun perlahan setelah Darmi duduk. Suara derit gesekan besi terdengar lebih keras, karna beban yang bertambah. Tangan keriput Darmi menggenggam tangan lembut Nisa, "Non, seumur hidup Non Nisa apa yang tidak Non Nisa dapatkan?" Dengan cepat Nisa menggeleng, "Semua Nisa dapatkan, Mbok." "Tadi Mbok bilang, di dunia ini mustahil kita meraih kesempurnaan, karna kesempurnaan hanya milik Allah, mungkin dengan kejadian seperti ini akan mengajarkan Non Nisa untuk berbagi, untuk saling mengerti, untuk saling mengasihi." panjang lebar Darmi menasehati anak asuhnya. Mendengar ucapan Darmi Nisa termenung. Hati terdalam masih belum terima jika dia harus berbagi. Selama ini apapun yang dia inginkan selalu dia dapat, tetapi dengan Damar, sepertinya akan sulit mendapatkan Damar seutuhnya. Pasalnya Damarpun memiliki sifat teguh pendirian, se
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
14
DMCA.com Protection Status