Semua Bab Aku Tak Ingin Menjadi Yang Kedua.: Bab 71 - Bab 80

137 Bab

Bab 71

Damar menggandeng Nisa berjalan menuju aula Rumah Sakit tempat acara di lakukan, pita membentang, siap di potong. Nisa tersenyum penuh pesona, hari ini dia memang begitu cantik. Tangan menaut pada lengan kekar Damar. Kilatan cahaya kamera membidik pasangan paling di tunggu malam ini. Roni menghampiri Damar, "Di mana?" tanya Damar. "Ada di ruang ekslusif, Pak. Disediakan oleh penyelenggara," jawab Roni menunduk sopan. Roni menyapa Nisa hanya dengan menundukkan kepala. "Ayo kita ke sana, dulu," ujar Damar. Mereka mengikuti arah Roni berjalan mendahului. Betapa terkejutnya Nisa ketika pintu terbuka Kirana sedang duduk anggun di sofa sambil menyuapi Fatta makanan kecil. "Assalamualaikum." Salam Damar pada Kirana."Waalaikumsalam," jawab Kirana lirih. Fatta berhambur langsung di gendong oleh Damar. "Lama nggak nunggunya? Tadi papah nungguin mama Nisa lama, tuh jadi cantik Mamah." Tunjuk Damar pada Nisa.
Baca selengkapnya

Bab 72

Damar pulang ke kediamannya dengan wajah terlihat lelah, Nisa menyambut Damar dengan baik. Semenjak dia di jadikan istri sesungguhnya oleh Damar, Nisa melakukan kewajiban sebagai istri dengan baik. "Mas kayanya capek banget?" Nisa menyahut tas yang Damar bawa. Mereka menaiki anak tangga menuju kamar. Damar membuka jas menaruh di sandaran sofa. Lalu duduk di sofa dengan merebahkan kepala di sandaran. Wanita ayu ini membuka sepatu suaminya. "Capek ya, Mas?" tanya Nisa. "Sini duduk di sini," Damar menepuk tempat kosong di sebelahnya. Bukannya mendekat Nisa menjauhi Damar. "Mau kemana?" tanya Damar pelan. Nisa kembali mendekat membawa teh hangat. "Minum dulu, biar capeknya ilang." Nis menyodorkan cangkir berisi air teh camomile. Lelaki atletis ini menerima gelas dari Nisa, menghirup aroma camomile yang menenangkan. Lalu menyeruput perlahan. "Seger banget, sama segernya kaya liat kamu," gombal Damar. Gestur tubuh Nisa tak dapat disembunyikan, wajahnya lansung terliha
Baca selengkapnya

Bab 73

Damar duduk mendengarkan Roni memberikan laporan pagi ini. "Pak isu kemarin membawa dampak tidak baik. Beberapa mitra usaha membatalkan kerjasama dengan kita. Rata-rata yang membatalkan kerjasama perusahaan mereka di pimpin wanita." "Apa hubungannnya?" Damar masih belum mengerti. "Kalau menurut pengamatan saya, mereka tak suka Pak Damar memiliki istri dua, mereka kira dua wanita Bapak terpaksa menerima poligami ini," jelas Roni. Damar mengusap-usap rahang tegasnya, berfikir bagaimana cara agar berita poligaminya dapat menjadi contoh bahwa dia bisa menjalankan syariat ini dengan baik, dua istrinya menerima dengan lapang dada. Sehingga dampak buruk untuk perusahaannya dapat di minimalisir. "Daftarkan umroh untuk seluruh keluarga termasuk Mbok Darmi," perintah Damar. "Rumah untuk Kirana kapan siap? Kenapa lambat sekali pengerjaannya?" cecar Damar dengan pertanyaan dan perintah. "Untuk umroh a
Baca selengkapnya

Bab 74

Nisa memandang Lana nelangsa. "Nis, gue nggak bisa begini terus, gue sakit hati, Nis," tisu berhamburan di ranjang dan juga lantai. "Biarpun sedih jangan jorok begini kenapa, Lan," gurau Nisa pada sahabatnya. Nisa memunguti tisu yang berserakan, Setelah itu mencuci tangan. Mengeluarkan makanan yang dia beli sebelum mengunjungi Lana. "Enak banget Lan." Nisa menyodorkan kotak brownis shiny pada Lana. Lana mengeluarkan lendir dengan keras yang tak henti keluar dari idungnya. "Iyuuuhhh ...." Nisa menggigit brownis dengan jijik. Lana masih sesenggukan, "Apa gue batalin aja rencana nikah gue ya, Nis," tanya Lana. Bibirnya masih terus mengeluarkan suara ringikan kepiluan. "Tapi sebagian undangan udah disebar." Nisa mengambil gelas berisi minuman, meminumnya perlahan, lalu mengambil gelas milik Lana. "Nih susu anget enak banget, tenangin dulu diri elo." Nisa memaksa Lana meminum susu coklat. Lana membuka mulut menyeruput gelas berisi susu. "Abisin," suruh Nisa. "Nih makan dulu," Nisa
Baca selengkapnya

Bab 75

Lana bersiap menuju Apartemen Bagus, setelah sampai di lobi Apartmen dia menuju Resepcionis meminta bantuan satu orang untuk mengemas semua barang-barang milik mantan kekasih Bagus. Lana masuk ke dalam hunian Bagus, meneliti barang apa saja yang ingin di singkirkan. Ada beberapa helai pakaian, "Mungkin sesekali wanita itu tidur di sini." pikir Lana. Ada pakaian tidur, sepatu, sandal wanita, juga beberapa pas foto. Lana membuang semua koleksi parfum Bagus, entah parfum yang mana yang melekat di pikiran Bagus, setiap mereka akan bercinta Bagus selalu menyemprotkan parfum yang berbeda. Satu kardus kecil barang-barang yang akan disingkirkan sudah tersusun. Terakhir satu bingkai yang sering bagus pandangi. Lana mengambil bungkai menatap dengan rasa cemburu. "Kamu hanya masa lalu, sekarang biarkan aku yang akan membahagiakannya," ujar Lana, lalu menaruh di kardus bagian atas. "Sudah ini, saja bawa dan buang, jika ada yang masih bisa di manfaatkan silahkan ambil," ujar Lana, dia memb
Baca selengkapnya

Bab 76

Tatapan Lana tak kalah tajam. Dia siap mempertahankan apa yang harus dipertahankan, apa lagi kini Lana melindungi miliknya dari seorang yang sudah tiada. "Dia sudah nggak ada, untuk apa kamu cemburu? Dia tak akan bisa kembali, sekarang aku milikmu, nggak akan ada yang bisa merebut aku dari kamu. Apalagi Mira dia sudah tenang di sana!" ujar Bagus, masih dengan suara keras. "Karna dia sudah tenang untuk apa kamu masih menyimpan kenangan dengannya! Sekarang ada aku, jadi aku tidak ingin dia menjadi bayangan di antara kita!" ucapan Lana tak kalah keras."Dia hanya --""Hanya apa? Kalau Mas Bagus masih terus bertahan dengan keadaan seperti ini, oke aku nyerah. Silahkan Mas Bagus hidup dengan masa lalu, siapa wanita yang mau, ketika bercinta yang di ingat hanya masa lalu." Lana mundur perlahan, membalikkan tubuh melangkah menghampiri pintu. "Lana, jangan keluar selangkahpun dari pintu itu, atau --" "Atau apa?" tanya Lana, menghentikan langkah."Atau kita putus selamanya," jawab Bagus.
Baca selengkapnya

Bab 77

Nisa, Damar Kirana dan seluruh kuarga sudah berada di Makkah menjalankan ibadah. Roni merencanakan perjalanan ini dengan sangat matang sampai ada beberapa orang wartawan sengaja di undang untuk meliput. Karna semua gosip yang beredar mengenai Damar Kirana dan Nisa semakin beredar tak terkendali. Nitigen kosong dua memang begitu dahsyat menyebarkan gosip, seorang Damar yang tadinya tak ada yang mengenal di kalangan awam, kini viral se-Indonesia karna aksinya memperkenalkan Kirana ke muka publik. Isu yang beredar memojokkan Damar dan Kirana, banyak spekulasi berkembang dari berita poligami Damar. Mulai perselingkuhan, sampai pada masalah harta yang di kelola Damar. Isu ini berdampak pada saham perusahaan yang anjlok, juga beberapa rekan bisnis menghentikan kerjasama bisnis mereka. Saat ini Roni sibuk memulihkan nama baik Bos utamanya kini. Kedua orantua Kirana dan kedua orangtua Nisa selalu berjalan bersisian. Walau mereka terlihat sangat berbeda dari segi penampilan tetapi Ch
Baca selengkapnya

Bab 78

Berkali-kali Bagus mendial nomor milik Lana, tetapi tak ada jawaban. Pagi ini Bagus terlihat begitu tampan. Kemeja, tuxedo, dan jaz off white, juga celana dengan warna senada, membuatnya begitu sempurna.Tetapi raut cemas mendominasi wajahnya kali ini, calon mempelainya tak dapat di hubungi, seharusnya jika tak ada masalah di jalan, Lana dan rombongan sudah sampai sejak lima belas menit yang lalu. Damar menepuk pundak Bagus menenangkan. Bisik-bisik pertanyaan keluar dari mulut kerabat. Raut cemas seketika sirna ketika datang mobil rombongan pengantin, satu orang turun menghampiri Bagus. Satu orang menghampiri keluarga Bagus, dan satu orang lagi menghampiri Damar. "Mas ... Sekarang juga ikut, Lana menunggu." Tanpa persetujuan dari Bagus, lelaki yang memang Bagus mengenalnya mendorong Bagus untuk mengikutinya, masuk ke dalam mobil, langsung melesat pergi meninggalkan beribu pertanyaan dari para tamu yang hadir untuk menyaksikan acara ijab qobul. Orang tua Bagus pun, sudah masuk ke
Baca selengkapnya

Bab 79

Sudah seminggu semenjak kepergian Lana. Nisa mengurung diri di dalam kamar. wanita muda ini begitu terpukul atas kepergian Lana, tak menyangka sama sekali. Setiap saat Nisa mengirimkan doa untuk sahabatnya. "Lan, semoga kamu mendapatkan tempat terindah di sisi Allah, semoga Allah menerima semua taubat yang kamu lakukan." Setiap mengingat Lana hati Nisa teriris. Air mata tak bisa Nisa bendung, kenapa di akhir hayatnya Lana harus berkubang dengan dosa. Selama ini mereka saling mengingatkan. Saling suport dalam kebaikan walau belum sepenuhnya melakukan perintah Tuhan secara baik.Nisa membuka lagi catatan yang ada di dalam Al-quran milik Lana, yang dia bawa dari rumah sahabatnya.Malam ini, aku melakukan taubatan nasuha atas semua dosa zina yang aku lakukan bersama Mas Bagus. Mulai besok aku sudah sah menjadi istri dari Mas Bagus. Semoga Allah mengampuni semua dosa-dosaku.***"Nis, jalan-jalan, Yuk!" ajak Damar. "Udah seminggu kamu di dalam kamar, emang nggak bosen, penampilan istri
Baca selengkapnya

Bab 80

"Mas, Nisa mau ke makam Lana. Anter ya! ""Kapan mau ke sana?" "Jum'at, sekalian Nisa mau sedekah atas nama Lana." ujar Nisa. "Ya, nanti mas anter. Kamu periksa dokter nggak?" tanya Damar."Periksa kenapa? Aku sehat-sehat aja." ucap Nisa."Siapa tau jadi baby," ujar Damar.Wanita muda ini mengusap perutnya, "Apa iya dia hamil tapi nggak berasa apa-apa.""Minggu depan Kirana pindah rumah, kamu ikut ya hadir penempatan rumah baru." "Insha allah, Mas." Nisa mengutak atik remot mengganti chanel."Oh iya setelah penempatan rumah baru kita berangkat bulan madu," ucap Damar, merangkul Nisa yang sedang tiduran di karpet ruan televisi."Mamih nggak di ajak?" tanya Fina duduk di sofa memperlihatkan paha mulus putih."Emang Mamih mau kemana?" tanya Chandra menyusul Fina, duduk di sebelah istri seksinya."Ikut kemana mereka pergi." Finna menggelendot manja pada Chandra."Kita ke tempat yang deket-deker aja Mih, cape perjalanan jauh," ucap Chandra."Kalo perginya sama Papih nggak apa-apa." Fina
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
14
DMCA.com Protection Status