Lana bersiap menuju Apartemen Bagus, setelah sampai di lobi Apartmen dia menuju Resepcionis meminta bantuan satu orang untuk mengemas semua barang-barang milik mantan kekasih Bagus. Lana masuk ke dalam hunian Bagus, meneliti barang apa saja yang ingin di singkirkan. Ada beberapa helai pakaian, "Mungkin sesekali wanita itu tidur di sini." pikir Lana. Ada pakaian tidur, sepatu, sandal wanita, juga beberapa pas foto. Lana membuang semua koleksi parfum Bagus, entah parfum yang mana yang melekat di pikiran Bagus, setiap mereka akan bercinta Bagus selalu menyemprotkan parfum yang berbeda. Satu kardus kecil barang-barang yang akan disingkirkan sudah tersusun. Terakhir satu bingkai yang sering bagus pandangi. Lana mengambil bungkai menatap dengan rasa cemburu. "Kamu hanya masa lalu, sekarang biarkan aku yang akan membahagiakannya," ujar Lana, lalu menaruh di kardus bagian atas. "Sudah ini, saja bawa dan buang, jika ada yang masih bisa di manfaatkan silahkan ambil," ujar Lana, dia memb
Tatapan Lana tak kalah tajam. Dia siap mempertahankan apa yang harus dipertahankan, apa lagi kini Lana melindungi miliknya dari seorang yang sudah tiada. "Dia sudah nggak ada, untuk apa kamu cemburu? Dia tak akan bisa kembali, sekarang aku milikmu, nggak akan ada yang bisa merebut aku dari kamu. Apalagi Mira dia sudah tenang di sana!" ujar Bagus, masih dengan suara keras. "Karna dia sudah tenang untuk apa kamu masih menyimpan kenangan dengannya! Sekarang ada aku, jadi aku tidak ingin dia menjadi bayangan di antara kita!" ucapan Lana tak kalah keras."Dia hanya --""Hanya apa? Kalau Mas Bagus masih terus bertahan dengan keadaan seperti ini, oke aku nyerah. Silahkan Mas Bagus hidup dengan masa lalu, siapa wanita yang mau, ketika bercinta yang di ingat hanya masa lalu." Lana mundur perlahan, membalikkan tubuh melangkah menghampiri pintu. "Lana, jangan keluar selangkahpun dari pintu itu, atau --" "Atau apa?" tanya Lana, menghentikan langkah."Atau kita putus selamanya," jawab Bagus.
Nisa, Damar Kirana dan seluruh kuarga sudah berada di Makkah menjalankan ibadah. Roni merencanakan perjalanan ini dengan sangat matang sampai ada beberapa orang wartawan sengaja di undang untuk meliput. Karna semua gosip yang beredar mengenai Damar Kirana dan Nisa semakin beredar tak terkendali. Nitigen kosong dua memang begitu dahsyat menyebarkan gosip, seorang Damar yang tadinya tak ada yang mengenal di kalangan awam, kini viral se-Indonesia karna aksinya memperkenalkan Kirana ke muka publik. Isu yang beredar memojokkan Damar dan Kirana, banyak spekulasi berkembang dari berita poligami Damar. Mulai perselingkuhan, sampai pada masalah harta yang di kelola Damar. Isu ini berdampak pada saham perusahaan yang anjlok, juga beberapa rekan bisnis menghentikan kerjasama bisnis mereka. Saat ini Roni sibuk memulihkan nama baik Bos utamanya kini. Kedua orantua Kirana dan kedua orangtua Nisa selalu berjalan bersisian. Walau mereka terlihat sangat berbeda dari segi penampilan tetapi Ch
Berkali-kali Bagus mendial nomor milik Lana, tetapi tak ada jawaban. Pagi ini Bagus terlihat begitu tampan. Kemeja, tuxedo, dan jaz off white, juga celana dengan warna senada, membuatnya begitu sempurna.Tetapi raut cemas mendominasi wajahnya kali ini, calon mempelainya tak dapat di hubungi, seharusnya jika tak ada masalah di jalan, Lana dan rombongan sudah sampai sejak lima belas menit yang lalu. Damar menepuk pundak Bagus menenangkan. Bisik-bisik pertanyaan keluar dari mulut kerabat. Raut cemas seketika sirna ketika datang mobil rombongan pengantin, satu orang turun menghampiri Bagus. Satu orang menghampiri keluarga Bagus, dan satu orang lagi menghampiri Damar. "Mas ... Sekarang juga ikut, Lana menunggu." Tanpa persetujuan dari Bagus, lelaki yang memang Bagus mengenalnya mendorong Bagus untuk mengikutinya, masuk ke dalam mobil, langsung melesat pergi meninggalkan beribu pertanyaan dari para tamu yang hadir untuk menyaksikan acara ijab qobul. Orang tua Bagus pun, sudah masuk ke
Sudah seminggu semenjak kepergian Lana. Nisa mengurung diri di dalam kamar. wanita muda ini begitu terpukul atas kepergian Lana, tak menyangka sama sekali. Setiap saat Nisa mengirimkan doa untuk sahabatnya. "Lan, semoga kamu mendapatkan tempat terindah di sisi Allah, semoga Allah menerima semua taubat yang kamu lakukan." Setiap mengingat Lana hati Nisa teriris. Air mata tak bisa Nisa bendung, kenapa di akhir hayatnya Lana harus berkubang dengan dosa. Selama ini mereka saling mengingatkan. Saling suport dalam kebaikan walau belum sepenuhnya melakukan perintah Tuhan secara baik.Nisa membuka lagi catatan yang ada di dalam Al-quran milik Lana, yang dia bawa dari rumah sahabatnya.Malam ini, aku melakukan taubatan nasuha atas semua dosa zina yang aku lakukan bersama Mas Bagus. Mulai besok aku sudah sah menjadi istri dari Mas Bagus. Semoga Allah mengampuni semua dosa-dosaku.***"Nis, jalan-jalan, Yuk!" ajak Damar. "Udah seminggu kamu di dalam kamar, emang nggak bosen, penampilan istri
"Mas, Nisa mau ke makam Lana. Anter ya! ""Kapan mau ke sana?" "Jum'at, sekalian Nisa mau sedekah atas nama Lana." ujar Nisa. "Ya, nanti mas anter. Kamu periksa dokter nggak?" tanya Damar."Periksa kenapa? Aku sehat-sehat aja." ucap Nisa."Siapa tau jadi baby," ujar Damar.Wanita muda ini mengusap perutnya, "Apa iya dia hamil tapi nggak berasa apa-apa.""Minggu depan Kirana pindah rumah, kamu ikut ya hadir penempatan rumah baru." "Insha allah, Mas." Nisa mengutak atik remot mengganti chanel."Oh iya setelah penempatan rumah baru kita berangkat bulan madu," ucap Damar, merangkul Nisa yang sedang tiduran di karpet ruan televisi."Mamih nggak di ajak?" tanya Fina duduk di sofa memperlihatkan paha mulus putih."Emang Mamih mau kemana?" tanya Chandra menyusul Fina, duduk di sebelah istri seksinya."Ikut kemana mereka pergi." Finna menggelendot manja pada Chandra."Kita ke tempat yang deket-deker aja Mih, cape perjalanan jauh," ucap Chandra."Kalo perginya sama Papih nggak apa-apa." Fina
Tubuh Bagus terhuyung ke belakang, tangannya memegang wajah yang terkena bogem mentah seorang pria. Nisa berteriak kaget."Mas ...." Nisa menghampiri Bagus melihat wajah lelaki bergelar dokter ini."Nisa sedang apa di sini? Aku suruh kamu pulang, bukan main gila di sini!!" teriak Damar, dadanya terlihat bergerak tak cepat."Siapa yang main gila, Mas?" tanya Nisa."Laki-laki dan perempuan dalam satu ruangan ngapain kalau bukan main gila?!" ujar Damar masih dengan suara lantang. "Nggak cukup kamu godain aku?" tanya Damar dengan raut mencekam."Maksud Mas Damar apa?" tanya Nisa tak mengerti dengan ucapan Damar."Nggak usah pura-pura nggak ngerti kamu, ayo pulang," Damar menarik tangan Nisa, kasar."Damar, jangan kasar." Bagus mencekal tangan Damar."Jangan ikut campur kamu, setelah merusak Lana kamu ingin merusak Nisa?" tanya Damar nyalang.Tanpa aba-aba Bagus mendaratkan bogem mentah ke mulut Damar. "Jaga mulut kamu?" ucap Bagus.Damar mengusap bibirnya yang pecah, akibat hantaman kepa
Kirana menyiapkan makan malam, dengan cekatan dia menyusun makanan di atas meja, ketika Damar datang sore tadi, dengan cepat Kirana memasak menu kesukaan Damar. Melihat raut wajah Damar Kirana tau lelakinya sedang ada masalah, entah di kantor atau dengan istri mudanya.Fatta si gadis kecil terus berbicara, sesekali dia bercerita kisah bahagai pada ayahnya, Damar menanggapi dengan senyum di paksa.Kirana yang tau persis Damar sedang ada masalah, berusaha untuk menyenangkan lelakinya. "Fatta ajak ayah makan," panggil Kirana."Mas ayo makan," ajak Kirana, karna Damar tak kunjung bagun dari rebahannya.Lelaki atletis ini bangun menggendong Fatta berjalan ke arah ruang makan. "Fatta makan yang banyak biar cepat besar," ucap Damar."Dua hari lagi kita pindah rumah, siap-siap, ya," ucap Damar.kirana hanya mengangguk patuh, tak ingin menyagkal atau menanyakan apapun.Setelah makan Damar kembali duduk di ruang televisi mengotak atik ponsel. Nisa tak mengirimkan pesan bahkan tak menelpon menca