Share

Bab 53

Penulis: Azzurra
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-24 20:00:20
"Pah. Maafkan aku," ucap Damar menatap penuh penyesalan pada Chandra.

"Untuk apa?" tanya Chandra.

"Untuk tak setiaku pada Nisa,"

"Apakah permpuan itu lebih baik dari Nisa? hingga kamu tega mendua?" tanya Chandra.

"Mereka dua wanita yang berbeda, Pah. Aku tak bisa membandingkan, aku mencintai keduanya dengan kelebihan dan kekurangan mereka," ucapan Damar terdengar meyakinkan.

Hm... Hanya gumaman yamg keluar dari mulut Chandra.

"Apa jaminan yang bisa kamu berikan jika kamu tidak akan mencampakkan Nisa?" tanya Chandra menatap Damar penuh intimindasi.

"Aku pikir Papah mengenaliku?" ucap Damar.

"Sekarang aku tak mengengenalimu, dalamnya lautan dapat terukur, dalamnya hati manusia siapa yang dapat mengetahui. Aku tak ingin, anakku hidup tak bahagia setelah kepergianku," Chandra berucap pelan, Namun tegas.

"Pah, aku sangat tau diri, aku bisa menjadi seperti ini karna didikan dan fasilitas yang Papah beri, untuk berhianat jika aku mau sudah aku lakukan sejak dulu." D
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Yons Crew
si kirana kaya medusa
goodnovel comment avatar
Indriyani Kayla rizkia
semua di mauin ya kak
goodnovel comment avatar
Indriyani Kayla rizkia
Kirana tulus mau berbagi nggak ya?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Aku Tak Ingin Menjadi Yang Kedua.   Bab 54

    Jakun Damar terlihat turun naik, terlihat dia begitu tergoda. Lelaki atletis ini mendekati Kirana. Duduk disebelah wanita ayu ini lalu mendekap erat tubuh Kirana, tangan Damar merengkuh erat tubuh yang dari dulu hingga kini begitu dia damba. "Kirana, tapi aku tak bisa menginap di sini," Ucap Damar di sela-sela cumbuannya. Nafas Kirana terdengar tak beraturan. Dia menarik tubuh dari kungkungan Damar. Menuruni ranjang, memunguti pakaian yang tadi dia lempar sembarang, memakai kembali pakaian yang tercecer. "Pulang lah, Mas. Kamu selesakan dengan dia. Pulang kan aku ke rumah dulu. Terserah kamu mau mengunjungiku atau tidak." Lelaki atletis ini menghampiri Kirana kembali. Memeluk erat tubuh Kirana dari belakang menyesap tengkuk meninggalkan bercak kemerahan. "Yakin, kamu mengusirku malam ini? Kamu nggak marah?" ujar Damar, mempererat pelukan, tangan meremas dua gundukan yang masih belum berpenutup. Kirana mencoba lolos dari rengkuhannya. "Apa dayaku, marahpun percuma," ucap Kirana,

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-25
  • Aku Tak Ingin Menjadi Yang Kedua.   Bab 55

    "Mih ayo tidur, sudah malam," teriak Chandra. "Mamih tidur di kamar tamu," Fina menjawab ketus. Chandra tak menanggapi dia melanjutkan langkah menuju kamar. Di dalam kamar Chandra duduk di kursi dekat jendela memandang legamnya langit, isi kepala tuanya kembali mengingat masa di mana dia menemukan Fina dan membawa kerumah. Semua penolakan Nisa, tapi dengan tegas Chandra tetap merengkuh Fina, apapun yang Nisa lakukan untuk mengusir Fina. Alam semesta seolah berpihak pada putri kecilnya, Chandra membawa pulang Damar, menggantikan kegundahan dan kekecewaan Nisa pada sang ayah. Damar menjaga Nisa dengan baik selama ini. Air mata lolos dari mata tua Chandra. Berterimakasih pada sang pemilik hidup, selain dipertemukan dengan pembenci tetapi dia juga dipertemukan dengan pelindung. "Apa yang kita tanam itu yang akan kita tuai," monolog Chandra. Pintu kamar terbuka, Fina melangkah di hentak, menaiki ranjang dengan kasar. Lelaki tua ini tak menegur atau menyapa. Dia berfikir sebelum ajal

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-25
  • Aku Tak Ingin Menjadi Yang Kedua.   Bab 56

    "Sekarang mandi dulu, kita sarapan," ucap Damar."Mandiin," Nisa merajuk manja. Tetapi kerika Nisa sedang merajuk ponsel Damar berdering, Roni mengabarkan pagi ini untuk datang tepat waktu. "Roni ngabarin, Mas harus datang tepat waktu." Damar menunjukkan ponsel pada Nisa. "Kamu mandi sendiri, jangan lama-lama, Mas tunggu di sini," ujar Damar. Nisa memanyunkan mulutnya, membuat Damar tersenyum geli, "Buruan nanti Mas telat," ujar lelaki atletis ini. Setelah Nisa menutup pintu kamar mandi Damar menghembuskan nafas lega, jika pagi ini dia harus memberikan Nisa kenikmatan, bisa nggak bisa diajak berdiri dengkulnya. Pasalnya Kirana Benar-benar memberikan service terbaiknya tadi malam. Damar melihat ponsel yang bergetar, pesan dari Kirana. [Udah dapet dokumennya, mas?]Damar menyugar rambutnya frustasi. Dia harus cepat-cepat mengumpulkan dua wanitanya dan menyepakati perjanjian pada dua wanitanya agar tak saling curiga da

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-25
  • Aku Tak Ingin Menjadi Yang Kedua.   Bab 57

    "Masalah lagi, Ron." "Apa, Pak?" tanya Roni. "Siapa yang nanti aku bawa, dan rumor buruk akan beredar jika publik tau aku beristri dua." pungkas Damar. "Pak, kolega dan semua rekam bisnis taunya Anda menikah dengan Non Nisa, sebaiknya yang Anda perkenalkan pada bublik Non Nisa." saran Roni. Damar tak menjawab, tangannya mengusap-usap janggut yang sudah di tumbuhi bulu tipis. "Jika tak ada yang dibutuhkan lagi saya undur diri, Pak." Hhmmm ... Hanya gumaman yang keluar dari mulut Damar. "Masalah satu belum kelar, sudah muncul lagi masalah baru," gumam Damar. *** "Nis, Mas Bagus udah dua kali dateng ke rumah gue," ujar Lana siang ini. "Eehhh ... Elo udah jadian sama Mas Bagus?" tanya Nisa. Yang diangguki mantap oleh Lana. "Ya ampun, cepet banget move onnya temen gue," ujar Nisa.

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-26
  • Aku Tak Ingin Menjadi Yang Kedua.   Bab 58

    "Mas, tadi belum kelar ceritanya?" Nisa berusaha menghindar dari terkaman Damar. "Cerita apa? Mas lupa, sekarang kerjain yang inget aja?" Damar sudah memberikan kecupan-kecupan menggairahkan di tubuh Nisa. "Maasss...." Suara Nisa sudah mendesis. "Lana, kita lagi ngomongin lana, Mass ...." Nafas Nisa sudah terengah. "Mas yang udah ambile keperawanan Lana?" Damar menjeda kuluman bibir di area sensitif Nisa yang terlihat menantang. "Emang muka Mas pecinta darah perawan?" tanya Damar, kembali menyesap benda kemerahan yang selalu membuatnya tergoda. "Ahhh ...." Desahan kembali lolos dari bibir Nisa, tadi Mas, bilang, Mas yang nolongin Lana," Nisa berkata sambil tersengal, tubuhnya bergetar hebat. Jari-jari tangan meremat rambut Damar frustasi. Tak ada jawaban dari Damar, lelaki atletis ini sibuk sendiri dengan aktifitasnya, sudah tak mendengar gumaman yang Dilayangkan Nisa, yang dia dengar dari mulut Nisa sekarang adalah ra

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-26
  • Aku Tak Ingin Menjadi Yang Kedua.   Bab 59

    "Sama aja." Nisa bangun dari duduk keluar kamar. Damar hanya memandang kepergian Nisa. "Untung sayang, kalo ngak ...." "Kalo nggak apa?! " ketus Nisa kembali melongokkan kepala ke dalam kamar. Bibir damar tersungging kaku, ternyata Nisa masih di depan kamar dan mendengar gumamnanya. Gerogi mendapatkan tatapan maut dari Nisa Damar hanya menggaruk tengkuk yang tak gatal. "Baju mas mana Nis, kok belum di siapin?" tanya Damar mengalihkan pembicaraan. "Pilih sindiri," ketus Nisa menutup pintu kamar. Damar meninju angin. "Uuhhh ... Kenapa bisa bucin sama anak manja begitu pikir Damar. Di meja makan Nisa masih memperlihatkan wajah tak suka pada Damar. "Pah, besok saya mau undang Kirana dan Fatta makan malam di sini, sekalian memperkanalkan pada Papah." ujar Damar di sela-sela suapan. Uhuk .... Fina tersedak mendengar penuturan Damar.

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-26
  • Aku Tak Ingin Menjadi Yang Kedua.   Bab 60

    "Non," Darmi menghampiri Nisa, perlahan duduk di hadapan Nisa. Wanita muda ini mengayun perlahan setelah Darmi duduk. Suara derit gesekan besi terdengar lebih keras, karna beban yang bertambah. Tangan keriput Darmi menggenggam tangan lembut Nisa, "Non, seumur hidup Non Nisa apa yang tidak Non Nisa dapatkan?" Dengan cepat Nisa menggeleng, "Semua Nisa dapatkan, Mbok." "Tadi Mbok bilang, di dunia ini mustahil kita meraih kesempurnaan, karna kesempurnaan hanya milik Allah, mungkin dengan kejadian seperti ini akan mengajarkan Non Nisa untuk berbagi, untuk saling mengerti, untuk saling mengasihi." panjang lebar Darmi menasehati anak asuhnya. Mendengar ucapan Darmi Nisa termenung. Hati terdalam masih belum terima jika dia harus berbagi. Selama ini apapun yang dia inginkan selalu dia dapat, tetapi dengan Damar, sepertinya akan sulit mendapatkan Damar seutuhnya. Pasalnya Damarpun memiliki sifat teguh pendirian, se

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-27
  • Aku Tak Ingin Menjadi Yang Kedua.   Bab 61

    Mata Kirana terlihat mengerucut artinya dia sedang tersenyum. "Ayu kita masuk," Damar menggandeng tangan Kirana, sedang tangam satunya menggendong Fatta. "Assalamualaikum," Damar memberi salam pada Chandra yang menyambut dengan tersenyum, duduk di sofa."Waalaikumsalam," Chandra menjawab salam."Fatta, salim sama Opa juga Oma." Gadis kecil ini menghampiri Chandra juga Fina yang sudah duduk disebelah Chandra. "Pah, masa Mami di panggil oma, mamih berasa tua," ujar Fina manja. "Kita memang sudah tua, Mih," jawab Chandra mengulurkan tangan pad Fatta. " Cantik bener ini, siapa nama kamu?" tanya Chandra mendekatkan tubuhnya pada Fatta. "Fatta, Opa," jawab Fatta dengan suara khas anak kecil umur lima tahun. Setelah menggoda Fatta Chandra mendongak menatap Kirana, melihat iris hitam milik Kirana. Kirana menundukka kepala tanda menyapa. "Pah ini Kirana, istri Damar, sebelum menikahi

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-27

Bab terbaru

  • Aku Tak Ingin Menjadi Yang Kedua.   Bab 181

    Di gedung Hardiyata, Damar menyugar rambutnya frustasi bayangan Nisa memenuhi isi otaknya. Sudah lama Damar berpuasa, tak berani menyentuh istrinya. Di raihnya gawai lalu di tekan nomor Nisa, Damar menatap ponsel tak berkedip, nampak Nisa menggunakan pakaian haram yang sedang dia coba. "Mah, lagi ngapain? Kok pake pakaian seperti itu?" tanya Damar, jakunnya turun naik melihat penampakan istrinya. "Eh ... Lupa Nisa lagi pake baju beginian," segera Nisa memakai daster yang teronggok di pinggir ranjang. "Nisa lagi nyoba-nyoba, masih muat apa, nggak!" ujar Nisa salah tingkah melihat Damar menatap tak berkedip. Damar terus mengajak Nisa bicara, lelaki ini beranjak dari tempat duduk, meninggalkan kantor, tetapi masih terus berbincamg dengan Nisa. "Mas kamu mau kemana? Kalo sibuk matiin aja, Nisa mau nenenin Agam," ujar Nisa, sudah mengeluarkan aset yang membuat Damar berkhayal kemana-mana. "Ya sudah." Damar mematikan ponsel, lima belas menit kemudian dia sudah berada di depan pintu kama

  • Aku Tak Ingin Menjadi Yang Kedua.   Bab 180

    Bayi mungil sudah berada di box bayi, pengajian di gelar di rumah megah ini. Mengundang anak-anak yatim dari beberapa yayasan. Besok siangnya di rumah mengadakan open house, membagikan sembako gratis untuk warga kurang mampu bekerja sama dengan rt setempat membagikan hadiah atas kebahagian yang sudah keluarga Chandra dapat. Semakin hari kebahagian semakin berpendar di dalam rumah ini, anak-anak yang sehat dan terlihat bahagia. Chandra pun semakin sehat, Fina semakin mendekatkan diri pada sang Maha Pencipta. Karir Damar semakin gemilang dan Nisa semakin memperbaiki diri menjadi orang tua dari tiga anak yang masih sangat membutuhkan kasih sayang. Pagi ini rumah terasa berbeda dari sebelumnya.Oe oe oe ....Huuu ... huuu ... huuu ....Suara nyaring bayi bersahutan dengan suara tangis Nisa. Damar terlihat gelisah dan bingung. Dia mengayun bayi yang sedang menangis kencang. Sudah dua minggu berlalu dari masa Nisa melahirkan, selama itu Damar tak bisa pergi kemanapun. Hari ini Damar mema

  • Aku Tak Ingin Menjadi Yang Kedua.   Bab 179

    Nafas Nisa sudah teratur Damar menatap Nisa, ingin mencium bibir yang sedikit terbuka, tetapi di urungkan, dia tak ingin mengganggu istri kecilnya. Lelaki ini menuju ruang kantor, menyelesaikan tugas kantor dari rumah. Roni pun siaga menghandle pekerjaan Damar. Memang Roni merupakan tangan kanan yang tak diragukan lagi kesetiaannya sejak di bawah naungan Chandra, hingga kini Damar yang menguasai pun Roni masih terus setia. Setelah menyelesaikan pekerjaan lelaki ini menuju ruang makan, ternyata Nisa sudah duduk di sana, menunggu anggota keluarga yang lain datang ke meja makan untuk makan siang. "Sudah bangun?" sapa Damar. Nisa mengangguk. "Mau langsung makan, Mas?" tanya Nisa."Nanti tunggu, Papah," jawab Damar. "Makan lah dulu, tak usah menunggu kalau lama." Suara Chandra menyahut, lalu duduk di tempat biasa lelaki tua ini duduk. "Mamih mana, Pah?" tanya Nisa. "Lagi rewel Alika, nanti papah bawakan makanan ke kamar saja. Ayo di makan." Chandra mempersilahkan anak-anaknya makan.

  • Aku Tak Ingin Menjadi Yang Kedua.   Bab 178

    Nisa menatap kamar bayi bernuansa biru laut. Menurut prediksi dokter, bayi dalam kandungan Nisa adalah bayi laki-laki. Semua barang yang Nisa beli untuk calon bayinya berwarna biru, orens, hijau, sebisa mungkin dia hindari warna pink. Nisa duduk di pinggir ranjang melipat pakaian kecil, sesekali mencium, seolah dia sudah begitu rindu pada bayi yang sudah sekian lama di nanti. Damar mengamati gerik Nisa dari ambang pintu, lelaki ini menyandar di daun pintu, sambil melipat tangan. Bibirnya tersenyum senang melihat Nisa bahagia. "Masih ada yang kurang, Mah?" tanya Damar, membuat Nisa terjingkat tak mengira Damar menyapa. "Mas ... bikin kaget," ujar Nisa mengerucutkan bibir. Damar menghampiri Nisa, menarik bangku kecil lalu menaikkan kaki Nisa di atas bangku kecil. "Kakinya bengkak banget, sakit nggak?" tanya Damar. "Kalo berdiri lama sakit, kamu nggak kenapa-kenapa cuti kerja lama, Mas?" tanya Nisa, "Yang mau lahiran kan Nisa kok yang cuti kerja kamu?" tanya Nisa penasaran la

  • Aku Tak Ingin Menjadi Yang Kedua.   Bab 177

    Waktu kian berjalan, mengiringi kebahagiaan Nisa dan Damar. Semakin hari cinta mereka semakin bersemi. Pagi ini Nisa berada di balkon duduk di kursi goyang menghadap taman di bawah kamarnya, tangannya mengelus perut yang semakin membuncit.Terdengar pintu terbuka, Damar menghampiri Nisa lalu berjongkok di hadapan wanita cantik ini. Lelaki ini terlihat berkeringat, tubuhnya berbalut kaos tanpa lengan terlihat otot tangannya menyembul, menandakan kekuatan tubuhnya. Tanpa aba-aba lelaki atletis ini mencium pipi Nisa. "Udah mandi belum?" tanya Damar, menyeka keringat di dahi, dengan anduk kecil yang terlampir di leher.Nisa menggeleng. "Nanti aja, Nisa mode males. Kok udahan olah raganya?" tanya Nisa. "Udah." Damar bangun dari jongkok, langsung mengangkat tubuh Nisa memggendong seraya berjalan ke arah kamar mandi. "Kamu masih keringetan, nanti dulu mandinya," ujar Nisa, menyentuh leher Damar menyeka keringat yang masih tersisa. Langkah Damar terhenti, beralih menuju ranjang. "Duduk du

  • Aku Tak Ingin Menjadi Yang Kedua.   Bab 176

    Nisa menggendong Attala karna batita ini merajuk minta di gendong, Nisa mengendong lalu mencium batita ini, menyalurkan kasih sayang, menunjukkan bahwa kasih sayangnya kepada Attala tidak akan berkurang, walau ada bayi lain hadir di rumah ini. Attala tertawa terbahak karna Nisa memborbardir dengan ciuman bertubi. "Dedek Atta ngiri sama dedek bayi?" tanya Nisa. Bola mata bulat mengerjap mencerna ucapan Nisa. "Bener kan Atta ngiri, nggak boleh ngiri, Mamah, Opa, Oma tetep sayang sama kamu, ya!! Attala juga harus sayang sama dedek bayi oke!!" ujar Nisa mengajarkan Attala, anak lelaki Damar dan Kirana. Attala tersenyum melihat raut wajah Nisa, bayi satu tahun ini kembali terbahak karna di serang ciuman oleh Nisa. Damar baru saja pulang dari kantor, bibirnya tersenyum bahagia melihat Nisa dan seluruh keluarga menyayangi kedua putra putrinya. Melihat Damar pulang Nisa segera menyambut suaminya, memberinya sesajen khas suami baru pulang kerja. lelaki ini memandang bayi dalam ayunan, mem

  • Aku Tak Ingin Menjadi Yang Kedua.   Bab 175

    Mentari memberi kehangatan pada penduduk bumi. Nisa menghampiri Damar yang sedang bercermin, wanita muda ini mengambil krim penghilang kemerahan di wajah Damar akibat gigitan semut semalam. "Mas, maafin Nisa ya!" ujar Nisa dengan wajah menggemaskan, tangannya lincah membubuhi krim di wajah suaminya. Damar mengangguk. "Buat Mamah cantik, sama calon dedek bayi apa sih yang nggak," ujar Damar tulus, tangannya mengelus perut Nisa yang sudah sedikit menonjol. Nisa merangkulkan tangan di leher Damar, mencium lembut bibir suaminya. "Makasih ya, Mas, dedek bayinya seneng banget." Setelah mencium Damar Nisa menarik tangan lelaki atletis ini keluar kamar. Karna tangan lelakinya sudah semakin menggerayang ke tempat lain.Damar merangkul pinggang Nisa erat, berjalan turun ke bawah, sampai di bawah Nisa langsung menuju kulkas hendak mengambil buah yang suaminya petik semalam. Beberapa pintu kulkas sudah Nisa buka tetapi barang yang dia cari tak ada. "Mbak, tempat ungu di sini liat nggak?" tany

  • Aku Tak Ingin Menjadi Yang Kedua.   Bab 174

    Indahnya dunia membuat banyak orang terlena. Sisi gelap dunia lebih mendominasi menampilkan kesempurnaan, keindahan juga kebahagiaan. Keindahan dunia hanyalah fatamorgana kebahagaian, daya tarik agar manusia lalai pada kebenaran dan jalan Tuhan. Tetapi bagi mereka yang mendapatkan keindahan dunia dan menggunakan dengan baik, untuk kebaikan diri dan orang lain, maka mereka mendapatkan kebaikan dari apa yang dia miliki dan menjadi bekal kehidupan abadi kelak. Damar lelaki penyayang ini duduk di bangku kebesarannya mendengarkan Roni menyampaikan pencapaian-pencapaian semua bisnis yang sekarang dalam genggaman. Semua usaha yang awalnya di niatkan untuk membantu masyarakat nyatanya menghasilkan rupiah di luar ekspektasi. Wajah cerah, senyum menawan terukir di bibir Damar, begitu pun Roni tak henti menjelaskan apa yang harus dia jelaskan dan paparkan. "Makasih Ron, sudah membersamai saya selama ini, saya harap apa yang kita kerjakan bisa memberikan kebaikan untuk orang lain terutama unt

  • Aku Tak Ingin Menjadi Yang Kedua.   Bab 173

    "Duduk dulu, Bu," ujar Damar, di buat sesantai mungkin. Melihat tak ada reaksi apapun dari Damar membuat Ivana makin meradang. "Pak Damar nggak cemburu liat istrinya di peluk lelaki lain?" tanya Ivana berapi-api. Damar mencoba tersenyum senatural mungkin. "Nanti bisa saya tanyakan ke istri saya, Bu. Jadi Bu Ivana tak usah repot-repot, menunjukkan hal seperti ini kepada saya, lain kali."Mendengar penuturan Damar, Ivana mengepalkan telapak tangan kencang, hingga kuku menancap pada telapak tangan. "Oke, kalo foto ini memang nggak berpengaruh," ujar Ivana, "Permisi. Sekarnag pasti lelaki ini sedang ada di rumah Pak Damar." Ivana bangkit dari duduk lekas meninggalkan kantor. Setelah Ivana pergi Damar memanggil Roni berbincang, lalu dia meninggalkan kantor. Dengan Cepat Damar menaiki mobil tanpa supir. Klakson berbunyi nyaring di depan pintu pagar yang menjulang tinggi, dengan cepat Rudi membuka pagar. Hati Damar sedikit terbakar tadi, tapi sebisa mungkin dia harus bisa meredam segal

DMCA.com Protection Status