Semua Bab Aku Tak Ingin Menjadi Yang Kedua.: Bab 41 - Bab 50
50 Bab
Bab 41
Bab 41Lelaki atletis ini menarik diri dari tubuh wanita di bawahnya, terburu memakai kain penutup tubuh, menyelimuti raga polos wanita yang kini tak berdaya, nafas masih sedikit memburu, mata terlihat sayu karna hasrat yang belum tuntas. "Mas keluar sebentar." Dengan cepat Damar menuju pintu membuka dan terdengar suara Fatta menangis keras. "Maaf Den, Non Fatta nangis sejak tadi, gak mau saya gendong," ujar Marni sedikit ada rasa tak enak. "Gak apa-apa," suara Damar terdengar berat, keringat di kening pun terlihat belum diseka. "Ayo sama Ayah," Damar menggendong Fatta membawa masuk ke dalam kamar membaringkan di dekat Nisa yang masih tergolek.Tak ada kata atau ucapan apapun dari wanita muda ini, dia menghadapkan badan pada Fatta tubuh masih di dalam selimut karna belum berpakaian. Tangan Nisa menepuk-nepuk paha Fatta, tak ada raut kesal atau benci.Hingga Fatta kembali tertidur, Damar
Baca selengkapnya
Bab 42
Lelaki ini membuka lagi pakaian yang sudah dia kenakan. Terjun ke dalam kolam, mengarungi isi kolam renang hingga gejolak amarah di dada sirna. Kirana duduk termenung di teras, memangku Fatta, karna Rudi tak mau membukakan pagar walau Kirana memaksa. "Maaf, Bu, tolong mengerti keadaan saya, jika saya buka pintu ini, taruhannya pekerjaan saya, kalau saya gak kerja, anak istri saya makan apa?" ucap Rudi, membuat Kirana terdiam. Nisa duduk di sofa, mukanya di tekuk masam,tangan melipat di dada, memandang Damar yang tak kunjung lelah. Setelah kejadian ini, ntah apa yang kedua wanita ini akhirnya pikirkan.Tak lagi ada suara atau gerak dari ketiga orang yang sedang berseteru Maslah hati ini. Hingga lelaki atletis ini naik dari dalam kolam mengistirahatkan tubuh di kursi santai, pinggir kolam renang. Dadanya terlihat turun naik, sepertinya begitu lelah, hingga nafasnya terlihat teratur. "Mbak makan dulu aja. Ajak Fatta m
Baca selengkapnya
,Bab 43
Bab 43Damar mempertahankan pernikahannya, bukan hanya soal cinta, ambisi, apalagi selangkangan. Ini soal tanggung jawab dan janji. Janji kepada Tuhan yang utama, selebihnya janji kepada kedua orang tua wanita yang dia nikahi lalu janji pada si wanita.Lelaki berhidung tinggi ini, mendudukkan kedua wanita bersebelahan, Kirana Dan Nisa menolak tapi Damar mendorong paksa kedua wanita untuk duduk. Lelaki ini meraih Fatta membawa masuk memberikan pada Mbok Darmi. "Mbok, Marni sudah bereskan kamar?" tanya Damar. "Sedang di bereskan, Den." "Nanti kalo sudah, suruh momong Fatta main di taman belakang," Damar menyerahkan Fatta, Darmi membawa Fatta ke belakang.Damar kembali menghampiri kedua wanitanya yang sudah duduk terpisah kembali. Hanya gelengan kepala yang Damar lakukan. "Sini," Damar membopong Nisa duduk dekat Kirana. Kirana membelalakkan mata melihat kelakuan Damar, secara tiba-tiba Damar me
Baca selengkapnya
Bab 44
Bab 44Damar menelpon bagian kebersihan Apartemen untuk membersihkan hunian. Lalu mengajak Kirana berbelanja pakaian terlebih dahulu."Mas gak usah belanja terlalu banyak, akan menjadi hisab," ujar Kirana. "Pakaianku di rumah juga masih banyak yang layak," ujarnya lagi. "Ambil beberapa setel, besok aku suruh Roni mengemas pakaian kamu," Damar memberi perintah pada Kirana. "Fatta mau beli baju juga?" tanya Damar yang di angguki Putri kecilnya. Dari jauh ada seorang wanita yang sedang memperhatikan mereka, wanita dengan pakaian seksi bergincu merah ini, tersungging penuh intrik. "Ternyata, tak sepolos dugaan, Damar, lelaki kok sukanya perempuan ninja," ujar Finna, bibir merona menyungging senyum penuh manipulasi. Beberapa foto dia ambil ketika Damar memilihkan pakaian untuk Kirana, setelah dirasa cukup wanita berbaju kerah pendek ini mendekati Damar dan Kirana. "Damar sayang, kita ketemu di sini." ujar Fina, tangan reflek menggelendot pada lengan Damar. Dengan cepat Damar mene
Baca selengkapnya
Bab 45
Bab 45."Assalamualaikum, Lan." Bik Nira menghapiri Nisa. "Waalaikumsalam, Non lama gak dateng. Masuk Non," Nira menyuruh Nisa duduk. "Lana ada, Bik," tanya Nisa. "Ada Non." Nira melirik ke arah atas kamar Lana. "Baru masuk kamar, mungkin mau istirahat.""Tumben, aku langsung naik aja, Bik." Nisa mengangkat badan melangkah tetapi lengannya di cekal oleh Nira. "Non, Non Lana sama pacarnya barusan masuk, kamar." Aduan Nira membuat mata Nisa terbelalak. "Sering mereka masuk kamar?" tanya Nisa."Baru kali ini, Non," Nira menjawab. Nisa berlari menaiki anak tangga, Nira pun mengejar. "Non, jangan Non.""Nggak bisa di biarkan Bik, namanya zinah, dosa, Nisa langsung membuka pintu kamar Lana yang tak terkunci. "Lana!!" Nisa berteriak melihat adegan dewasa di hadapan. Lana langsung menutupi tubuh bagian atas yang sudah terbuka. "Ya ampun Nisa!! Bikin kaget ...." Lana berbicara tanpa ada rasa bersalah. Memang dia tak bersalah, mereka melakukan sama-sama suka, pram singel dan Lana singe
Baca selengkapnya
Bab 46
Bab 46Kirana memasuki hunian apartemen milik suaminya sudah dalam keadaan bersih, dia membongkar semua belanjaan yang tadi Damar belikan. Fatta masih tertidur. Memasukkan satu persatu pakaian yang tadi dibeli ke dalam lemari tanpa dia cuci. Tempat dia belanja tadi begitu mewah, bersih bahkan lantainya bisa di gunakan untuk bercermin. "Biarlah tak usah di cuci," monolog Kirana. Wanita lembut ini mengedarkan pandangan pada hunian kini dia berada. Hunian mewah, karir cemerlang, bahkan hingga di beri kekuasaan tertinggi oleh si pemilik perusahaan, itu karna dedikasi, kerja keras dan tanggung jawab diterapkan dalam pribadi Damar. Kini lelaki ini di hadapkan pada keadaan sulit, untuk mempertanggung jawabkan apa yang sudah dia ikrarkan. Kirana sebagai wanita tak ada hak meminta cerai ketika suami mampu berpoligami, mampu melakukan syariat islam dengan baik, bahkan Damar berusaha untuk berbuat adi seadil-adilnya pada dua wanitanya. Kirana memandang Fatta, sebersit ingatan muncul, "Bunda
Baca selengkapnya
Bab 47
Bab 47Damar masuk ke dalam rumah sudah dalam keadaan gelap. Tanpa menyalakan lampu lagi lelaki ini langsung menaiki anak tangga masuk kedalam kamar. Tetapi tak ada Nisa di atas ranjang, Damar langsung menghubungi orang yang biasa mengawasi Nisa."Nggak Liat?" tanya Damar terkesiap. Tapi mobil Nisa ada di parkiran kemana ini bocah pikir Damar, tadi udah mau pulang pake tergoda sama Kirana, pikir Damar lagi. Lelaki ini menuruni anak tangga kembali keluar bertanya pada Security, Satpam tak lihat juga Nisa keluar. "Sejak tadi saya di sini gak liat Non Nisa keluar Den," ujar Rudi gelagapan, pasalnya dia tertidur tadi. Apakah Nisa memindik keluar tanpa sepengetahuannya. Damar kembali masuk ke dalam rumah dengan tergesa, menuju kamar Darmi, melewati ruang televisi, tetapi Damar khawatir mengganggu wanita tua itu. Dia urungkan dan duduk di sofa, netranya mendapati Nisa yang sedang tertidur di karpet terhalang sofa."Ya Allah istriku, dicariin ada di sini." Damar mengangkat tubuh Nisa."M
Baca selengkapnya
Bab 47
Di dalam ruang kantor sebuah gedung tinggi menjulang dengan tulisan Hardiyata group ini, seorang wanita ber style ala abg duduk di sofa, Fina menggunakan kaos putih pas badan di padu jins pensil. Jari tangan menggapit rokok, bibir seksi sesekali memainkan asap membentuk bulatan bulatan kecil, sesekali menghembuskan kasar. "Ayolah sayang, mami tak bisa hidup tanpa uang," Fina memelas pada anak angkat yang dilimpahkan tanggung jawab memberikan materi yang di butuhkan wanita matang ini. "Papah, sudah ada dirumah kamu belum pernah mengunjunginya, dia selalu bertanya di mana kamu," ujar Damar, memandang Fina dengan tatapan antipati. Rokok dalam apitan jari di matikan, wanita yang kini berpenampilan modis ini bangun mendekati Damar. Umur dan penampilan berbanding terbalik, Fina terlihat lebih muda dari usianya. "Tapi kamu selalu bisa membuat alasan kemana aku pergi kan, sayang."Jari-jari lentik dengan cat kuku bagus menambah pesona kecantikan hanya dengan melihat jemari tangan milik Fin
Baca selengkapnya
Bab 49
Bab 49.uhuk.... Damar tersedak air yang sedang dia minum. "Mas, hati-hati," Nisa bangun menepuk pundak Damar. Chandra menatap Fina mencari kepastian dari ucapan istrinya. "Pah, jangan liatin mami begitu, mamih cuma menduga, mami 'Kan cemburuan, penuh curiga pada lelaki yang gak kuat di ranjang," ujar Fina pelan. "Kata siapa Mas Damar gak kuat di ranjang," Nisa membela lelaki yang bisa membuatnya terkapar tak berdaya."Nisa, sudah tak usah membongkar urusan ranjang, tabu," ujar Damar menyentuh lengan wanitanya. "Pah, Nisa pamit, Nisa sudah selesai makannya," wanita ngambekan ini langsung pergi menarik tangan Damar. "Ayo Mas." "Mami, kita udah tua, salinglah menghargai, jangan seperti itu terus sama anak-anak," Chandra selalu sabar menasehati istri penghianat. "Iya, Pah." Fina menggelendot di tangan suaminya. "Pah masuk kamar yuk, udah lama Papah di rumah sakit, memang gak rindu sama mami." Fina berbisik di telinga Chandra. Lelaki ini tersenyum cerah. Bagaimanapun, Fina selalu da
Baca selengkapnya
Bab 50
Bab 50Adzan subuh berkumandang, tangan lelaki ini memeluk erat pinggang wanita disebelahnya. Rasanya baru saja memejamkan mata, tetapi panggilan untuk bersujud sudah terdengar. Damar beringsut turun dari ranjang, masuk ke dalam kamar mandi, menyetel keran air hangat. Mengisi bathtub. Setelah penuh, lelaki ini membopong tubuh Nisa yang masih enggan untuk bangun. "Mas, aku masih ngantuk," ujar Nisa, menepis tangan Damar, menaikkan lagi selimut hingga bahu. "Tapi udah subuh, nanti kalo udah mandi jadi seger." Damar mengecup ceruk leher gadis manja di hadapan. Mata Nisa mengerjab merasa geli, dia melingkarkan tangan ke leher Damar. Tanpa kata lagi Damar mengangkat masuk ke dalam kamar mandi. Menaruh tubuh mungil di dalam bathtub. Tubuh yang tadinya terasa ngilu dan pegal berangsur rileks. Damar memijit pelan bahu wanita muda ini. "Nis sebelum mandi hadas, kita lanjut dulu ya. Biar cepet kasih papa cucu," Damar menaik turunkan alis. Wajah Nisa tersipu malu, "Ya ampun. Mas... Nisa aj
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status