All Chapters of Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua: Chapter 71 - Chapter 80

151 Chapters

BAB 71 — SEMAKIN TEGANG

Usai membahas beberapa hal bersama Manggala, kedua pria itu tak ingin berdiam lama-lama di perusahaan. Mereka segera pulang ke rumah masing-masing.Janu menghela napas kala sang driver akhirnya memarkir mobil di garasi rumah utama.“Sebelum jam enam pagi, saya harus sudah sampai di kantor, siapkan mobil lebih awal,” katanya mengingatkan sang driver, kemudian bergegas turun dan masuk ke dalam rumah. Langkah kakinya terdengar berat. Rasa lelah mendera tubuhnya setelah seharian bergelut dengan masalah perusahaan. Dia memang sengaja tidak pulang ke rumah Gemintang malam ini. Ada beberapa hal yang harus ia lakukan.Ketika tiba di ruang tamu langkahnya terhenti ketika melihat Rosaline berdiri di sana sedang memainkan ponselnya.Wanita itu masih mengenakan gaun hitam yang terbuka di bagian dada dan belakang tubuhnya terekspos bebas, sepatu tinggi, juga riasan tebal. Ada aroma alkohol yang familiar di hidung Janu.Apa yang dilakukan Rosaline di sana? Mengapa rasanya sangat asik dengan ga
Read more

BAB 72 — DI BALIK PERMAINAN

Sesuai ucapan Bu Dewi, pertemuan komisaris yang diadakan esok harinya berlangsung panas. Para petinggi perusahaan yang hadir dalam rapat sebelumnya—terutama adik kandung Bu Dewi—itu masih mempertahankan pendapat yang sama.Akan tetapi, orang-orang itu tidak tahu, jika Manggala telah diam-diam berdiskusi dengan ayahnya secara empat mata dan meminta agar mendukung usaha mereka. “Saya lalai mendidik istri, sehingga berbicara asal di hadapan media. Saya sudah menegur dan memberinya hukuman,” kata Janu saat rapat mulai berlangsung. “Mengenai hasil rapat kemarin, saya ingin mengajukan peninjauan ulang. Saya tidak bisa menutup pabrik alfa.”Berkat rencana Janu dan Manggala, akhirnya dukungan para komisaris terbelah menjadi dua kubu. Beberapa diantaranya merasa ragu dengan keputusan Janu untuk tetap mempertahankan pabrik alfa, mengingat potensi kerugian yang besar ditengah isu yang sedang berkembang. Namun, tidak sedikit yang percaya pada visinya, terutama setelah melihat pria itu menemuk
Read more

BAB 73 — G'LARS

Di saat Janu sibuk dengan perusahaan yang sedang penuh kontroversi, Gemintang sudah mulai menempuh pendidikannya di Institut Seni Kuliner.Agar tidak dicurigai oleh orang-orang Janu, Gemintang berangkat ke toko roti milik sang ibu, kemudian menuju ISK bersama Baskara. Beruntung, pembelajaran setiap pertemuannya hanya berlangsung empat jam sehari, sehingga sampai saat ini Gemintang masih bisa menyusun rutinitasnya dengan rapi.“Semoga harimu menyenangkan, Gemintang. Masalah Maura biar ibu yang menjemputnya nanti,” kata Baskara setelah menepikan mobilnya di depan gerbang.Hari ini, dia tidak bisa menjemput Maura sekolah karena jadwal kelas diajukan. Sehingga harus merepotkan Baskara dan ibunya.Gemintang segera mengambil tasnya dan tersenyum ke arah baskara. “Terima kasih, sampaikan maafku pada ibu karena merepotkannya. Tadi, aku juga sudah berpesan kepada Maura dan gurunya kalau hari ini yang menjemput ibu bukan aku.”Sebuah anggukan kecil diberikan Baskara. “Tidak perlu sungkan,” jaw
Read more

BAB 74 — SELAMA ADA AKU

Gemintang mengangguk, setuju.Setelah meninggalkan pembimbingnya, ia pun bergegas keluar dari kelas. Entah mengapa, perasaan campur aduk memenuhi dirinya. Buru-buru, dirogohnya ponsel dari tasnya dan melihat pesan dari Baskara.[Aku menunggu di depan.]Dengan langkah cepat, Gemintang menuju pintu keluar. Saat melihat mobil Baskara yang terparkir di depan gerbang, dia langsung membuka pintu dan masuk ke dalamnya. Begitu pintu tertutup, tanpa sadar dia membuang napas panjang, seakan melepaskan beban yang berat.Baskara, yang sudah lama mengenal Gemintang, segera menangkap perubahan suasana hatinya. Dengan tatapan penuh selidik, dia menoleh ke arah wanita di sampingnya sebelum melajukan mobilnya.“Kenapa setelah masuk mobilku kau menghela napas panjang? Ada masalah?” tanyanya.Gemintang terdiam sejenak, matanya menatap lurus ke depan. “Hanya … sedikit lelah saja,” jawabnya dengan suara lirih, berusaha menyembunyikan kekhawatirannya. “Bagaimana dengan Maura?”“Dia sudah dijemput Ibu.
Read more

BAB 75 — PASANGAN HARMONIS

Setelah pengumuman itu, beberapa hari berlalu begitu cepat.Janu akhirnya bisa menghela napas lega setelah menyelesaikan serangkaian agenda yang padat di Ferinco. Kini, ia berencana kembali ke rumah kecilnya untuk bertemu dengan Gemintang dan Maura. Sudah terlalu lama ia hanya bisa berkomunikasi dengan mereka melalui ponsel, dan rindu yang menggebu membuatnya tak sabar untuk melihat mereka secara langsung.Sore itu, Janu mampir ke rumah utama hanya untuk mengambil beberapa barang. Namun, langkahnya terhenti begitu tiba di ruang tengah, di mana Rosaline sudah menunggunya."Malam ini, kita dapat undangan dari NovaLuxe. Kamu harus datang menemaniku," ujar Rosaline tanpa basa-basi.Wanita itu berdiri dengan sikap tegas, kedua tangan terlipat di depan dada. Setelah Janu mendekat, Rosaline menyerahkan selembar kertas undangan tebal berwarna merah. Janu menerimanya dengan kening berkerut, bayangan Maura yang berlari memeluknya dan senyum hangat Gemintang seketika lenyap dari pikirannya.Jan
Read more

BAB 76 — MENGAPA?

Tak butuh waktu lama, Janu dan Rosaline tiba di depan ballroom. Suasana gemerlap dan mewah langsung menyambut mereka. Meski demikian, Janu tak nyaman.Ia terpaksa menampilkan senyum setiap kali ada yang menyapa dirinya dan Rosaline. "Lingkarkan tanganmu di pinggangku," bisik Rosaline tiba-tiba. Pria berjas biru tua itu sontak melayangkan tatapan elangnya--memperingatkan agar Rosaline menjaga sikap.Namun, sebelum Janu membuka bibirnya, Rosaline segera menyela, "Janu, hadir bersama saja tidak cukup membuat mereka percaya, kita harus tampil romantis hari ini. Kau sudah berjanji melakukan itu!"Napas berat berhembus dari hidung Janu. Lengannya lalu melingkar di pinggang Rosaline, membuat pose yang tampak mesra bagi mata orang lain. Rosaline lantas puas dengan penampilan mereka yang seolah tanpa cela.Ketika berbaur dengan beberapa orang yang sedang mencicipi hidangan, seseorang menepuk pundak Janu, pria itu lantas membalikan tubuhnya. Manggala tiba-tiba saja berada di tempat ini. “
Read more

BAB 77 — TERLALU MENYAKITKAN

Tanpa mereka sadari, di sudut ruangan yang lain, seorang wanita berdiri di ambang pintu memperhatikan keduanya. Dua bola matanya bahkan memanas saat melihat jelas tangan Janu melingkar di pinggang Rosaline. Mereka tampak begitu mesra di mata Gemintang, bahkan saat Rosaline membersihkan bibir Janu, pria itu tidak menolak. Entah mengapa dadanya sesak, tetapi apa juga yang bisa dia lakukan?“Gemintang, ada apa?” tanya seorang rekan yang melihat Gemintang sedang menyeka wajahnya.Gemintang menoleh. “Oh, tidak apa-apa. Aku sedang sakit mata, jadi air mataku keluar terus.”Temannya hendak bertanya lagi, tetapi Gemintang buru-buru menghindarinya.Gemintang memutuskan untuk meninggalkan tempat itu meski acara belum selesai.Ia kini duduk diam di tepi kolam, memandangi permukaan air yang beriak kecil karena angin malam. Sekaligus berharap hawa sejuk bisa meredakan kepedihannya saat ini. Namun, meski tubuhnya sudah menggigil, udara dingin tak mampu menyejukkan hatinya yang pilu.“Sayang sek
Read more

BAB 78 — CUKUP HARI INI SAJA

“Baskara, kurasa itu tidak perlu.”Gemintang mengatakan jawabannya dengan suara tenang. Dengan cepat, ia berdiri dan mengambil posisi tepat di depan pria itu, menatapnya dengan sorot mata yang sulit diartikan.Sedangkan Baskara, yang berdiri dengan postur tegak, mengerutkan dahinya. Kebingungan tersirat di wajahnya. “Kenapa? Jika kau punya bisnis sendiri, bukankah itu baik untukmu? Kamu sudah dapat tanggapan baik hari ini, kalau potensi itu dikembangkan maka kau bisa mendapatkan banyak uang. Dengan begitu kau lebih siap untuk bercerai dengan Janu.”Kepala Gemintang bergerak menggeleng. “Tapi sungguh, kamu tidak perlu melakukan apapun, Bas,” katanya lagi, kali ini dengan penekanan yang lebih dalam. “Kamu sengaja meminta pembimbing memasukkan namaku ke dalam acara ini. Aku tahu itu, dan aku menghargainya. Tapi, aku harap cukup hari ini saja.”Baskara terdiam, sedikit terkejut mendengar penolakan itu. “Kamu ….”Gemintang menghela napas, mengalihkan pandangannya sejenak sebelum kembali m
Read more

BAB 79 — INGKAR JANJI

Hati Gemintang terasa diremas, rasa perih menjalar hingga ke tulang, membuat tubuhnya hampir limbung.Dengan kasar, ia mengalihkan pandangan dan menahan air mata yang hampir saja mengalir. Ia menarik napas dalam-dalam, sebelum melangkah membawa jas dan pakaian kotor suaminya ke tempat cucian.Setelah itu, Gemintang memutuskan tidur. Sayangnya, ia tak menyangka meski sudah tidur selama delapan jam penuh, perasaan itu tak juga berubah ketika ia terbangun keesokan harinya.Sisi ranjang yang kosong memicu banyak pertanyaan, mungkinkah Janu sudah pergi sebelum pagi?Entah mengapa bayangan mengerikan bagaimana Janu tersenyum manis kepada Rosaline. Namun, pikiran itu segera teralihkan ketika ia mendengar nada keras putrinya.“Ayah bohong! Ayah selalu tidak menepati janji!” teriak Maura, suaranya parau.“Iya, ayah salah. Kemarin ayah banyak pekerjaan, jadi tidak bisa menepati janji. Ayah minta maaf ya, Maura.” Suara Janu terdengar pelan.Gemintang cepat-cepat menyingkap selimut dan berjalan
Read more

BAB 80 — SERBA SALAH

"Itu ..." Manggala menjeda ucapannya. "Ck! Aku menelponmu dengan suasana hati yang baik, kau malah menjawab dengan ketus! Aku bahkan belum mengatakan apa pun!”Janu membuang napas panjang. Lalu mengambil satu cangkir kosong dan mulai mengisinya dengan kopi bubuk intan. “Kau menelpon di waktu yang tidak tepat.”“Aku tidak peduli hal apa yang sedang kau lakukan, tapi jauh ini lebih penting! Bisakah kita bertemu sebentar sekarang?”Gerakan Janu menuang air panas terhenti. Pria itu menekuk dahinya, kemudian berkata, “Apa yang ingin kau bahas? Bukankah pabrik sudah kondusif?”“Bukan masalah pabrik, ini tentang kumpulan invoice mencurigakan yang dilampirkan pada laporan Dewi tentang tuduhan kasus korupsi ayahmu."Janu hendak bertanya tentang perkembangan kasus itu, tetapi belum juga bibirnya terbuka, Maura membentur-benturkan sendoknya pada piring dengan sengaja.Anak itu sedang memberi isyarat agar Janu tidak sibuk lagi dengan pekerjaannya.“Oh, masalah itu.” Pria itu kemudian melanjutkan
Read more
PREV
1
...
678910
...
16
DMCA.com Protection Status