All Chapters of Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua: Chapter 91 - Chapter 100

118 Chapters

BAB 91 — LEBIH PANAS

Gemintang hendak melihat detail lebih lanjut dari pesan itu, tetapi baru saja tangannya bergerak mengusap layar..."Apa yang kamu lakukan, Gemintang?"Suara berat itu terdengar sangat dekat, tepat di belakang tubuhnya. Gemintang membeku, menelan ludah dengan susah payah. Dia segera mengusap layar ponsel untuk menghilangkan notifikasi tersebut.Perlahan, dia menoleh dan mendapati Janu berdiri dengan kedua tangan sedang menggendong Maura di belakangnya. Sejak kapan pria itu di sana? Dan Maura ..., anak itu kenapa berkaca-kaca?“Sudah selesai pesan makanannya?” todong Janu lagi, nadanya tenang tetapi Gemintang terlalu gelagapan.Dia menggelengkan kepalanya cepat. “Belum ....”Sementara Janu masih menatapnya, menunggu penjelasan. “Lalu, apa yang kamu lakukan dari tadi?” Gemintang terdiam sejenak, lalu menunduk, memainkan jemarinya yang terasa dingin. “Aku ... masih melihat-lihat menu dan harga yang cocok,” jawabnya, berusaha menutupi kegugupannya.Janu mendekat, pandangannya tertuju pad
Read more

BAB 92 — MENGGELEDAH

Benar saja, setelah Tuan Ramon menyelenggarakan acara dan turut berkomentar, semuanya bagai api yang disiram dengan minyak."Rosaline terlalu sembrono dengan kata-katanya. G'Lars adalah salah satu koki muda terbaik yang pernah saya temui. Dia memiliki integritas dan profesionalisme tinggi, sesuatu yang sangat jarang ditemukan. Lagipula, saya melihat sendiri bahwa sejak jauh-jauh hari G’Lars, hanya menerima pesanan untuk acara saya," kata Tuan Ramon dalam wawancara tersebut.Pernyataan dari seorang tokoh besar seperti Tuan Ramon segera membalikkan situasi. Perdebatan tentang kinerja G’Lars mulai menjadi trending topik di berbagai media sosial dan portal berita. Banyak pihak yang terlibat, termasuk mereka yang pernah bekerja sama dengan G’Lars, memberikan berbagai komentar. Beberapa mendukung Rosaline, sementara yang lain membela G’Lars, memicu perdebatan sengit.Sementara itu, Janu dan Manggala tiba di Kota S setelah perjalanan panjang yang melelahkan. Setelah berirtirahat cukup di
Read more

BAB 93 — PUSARAN MASALAH

“Bukankah ini...?”Janu tertegun melihat benda yang tersembunyi di balik robekan lukisan tua. Tanpa mereka duga, sebuah USB flash drive berwarna hitam dan pulpen perekam tergeletak di dalamnya."Jadi, ini yang selama ini disembunyikan?" gumam Janu, matanya menyipit. Sekarang ia mengerti kenapa sang ayah cepat-cepat minta agar lukisan ini dipindahkan ke rumah ibunya. Rupanya untuk menyembunyikan benda-benda itu.Jika dugaannya tepat, flash drive dan perekam itu bisa jadi berisi bukti yang selama ini ia cari. Mungkin semua kecurigaan yang pernah terlintas dalam benaknya akhirnya bisa terjawab."Ayah sampai menyimpannya di sini...," lanjut Janu sambil memandang Manggala. "Pasti ada yang tidak beres."Manggala, yang juga tampak terkejut, mengangguk setuju. "Iya. Tapi pertanyaannya, apakah benda-benda ini masih bisa dipakai? Sebaiknya kita periksa di hotel."Tanpa membuang waktu, mereka meninggalkan rumah tersebut dan membawa USB serta perekam ke hotel tempat mereka menginap. Namun, ketik
Read more

BAB 94 — HANCUR BERKEPING

“Rosaline?”Gemintang mencelos saat menemukan wanita bertubuh langsing dengan gaun merah itu berdiri di ambang pintu rumahnya. Setelah sekian lama tak melihat tatapan tak ramahnya, Gemintang masih bisa menebak jika istri pertama Janu itu datang dengan suasana hati yang tidak baik.Bahkan saat melihat Maura memanggil namanya, wanita itu memilih tidak peduli. Membuat anak itu langsung diam dan bersembunyi di belakang ibunya.Merasa ada hal tidak menyenangkan akan terjadi, Gemintang lantas membungkuk dan berbisik kepada Maura. “Sayang, kamu bermain di dalam dulu, ya. Ibu mau bicara sebentar dengan Mami Ocha.”Maura mengangguk kemudian berlari menuju kamarnya, meninggalkan Gemintang dan Rosaline berdua di ruang tamu. “Kamu mau minum—”“Aku tidak suka basa-basi!” sahutnya sebelum Gemintang berhasil melengkapi tawarannya. “Aku datang hanya untuk menanyakan …. di mana suamiku? Apa yang kamu lakukan sampai dia tidak pulang berhari-hari sampai membuat alasan ke luar kota, huh?” Gemintang me
Read more

BAB 95 — SALAH MEMAHAMIMU

Selepas kepergian Rosaline, Gemintang berusaha menenangkan diri. Disekanya air mata yang membasahi wajahnya. Selain karena perhiasan mahal itu rusak, Gemintang menangis karena tak bisa meluapkan emosinya.Lagi-lagi, ia harus menahan diri di depan Rosaline.Dengan hati-hati, Gemintang pun mulai memungut pecahan dan butiran permata yang berserakan di lantai, lalu memasukkannya ke dalam kotak kecil. Meskipun tahu patahan itu tak mungkin diperbaiki, ia menyadari benda tersebut masih memiliki nilai. Jadi untuk sementara waktu, ia akan menyimpannya. "Semoga saja, Janu tidak salah paham," batinnya.Saat senja mulai tiba, Gemintang selesai memandikan Maura dan membereskan rumah. Tiba-tiba, suara deru mesin mobil yang sangat dikenalnya terdengar berhenti di depan garasi. Kali ini, dia yakin itu pasti suaminya, Janu.Maura, yang sedang duduk di depan televisi sambil mengunyah apel, langsung melompat kegirangan. "Ayah! Ayah pulang!" serunya, lalu berlari ke pintu tanpa berpikir panjang. “
Read more

BAB 96 — MENJELASKAN PADAMU

Apa yang ditakutkan Gemintang terjadi.Air matanya kembali tumpah tanpa bisa ditahan lagi.Pada awalnya, dia mencoba mengerti pertengkaran mereka, tapi ada sisi dalam dirinya yang tidak bisa lagi menerima.Ia tak ingin pasrah begitu saja ketika sang suami mengakhiri perdebatan tanpa peduli dengan pemaparannya! “Kamu mau marah dan pergi begitu saja tanpa mendengar penjelasanku?” ucap Gemintang pada akhirnya.“Bukankah semuanya sudah jelas?” balas Janu tanpa menoleh. “Kalau aku bilang Rosaline yang merusaknya, apakah kamu mau percaya?” Suara Gemintang lirih, seperti tercekat di tenggorokan.Ucapan itu membuat langkah Janu terhenti. Dia terpaku di ambang pintu.Rosaline?Namun, Janu tetap tidak berbalik. Masih mendengarkan apa yang akan dikatakan Gemintang. Wanita itu masih sanggup tertawa singkat dalam tangisnya, terdengar getir dan menyakitkan.“Kamu hidup berapa tahun denganku? Kamu tahu benar, aku sangat menghargai semua barang pemberianmu! Jadi mana mungkin aku menghancurkan benda
Read more

BAB 97 — MAUNYA AYAH PULANG!

Gemintang masih terisak pelan, meski tangisnya mulai mereda. Janu kembali memeluknya dengan erat, kemudian membimbing wanita itu untuk duduk di ranjang yang tak jauh dari tempat mereka berdiri. "Kalau kamu masih kesal, pukul saja aku, sesukamu," bisik Janu lembut, tetapi Gemintang hanya menggeleng pelan.Pria itu membiarkan Gemintang meluapkan seluruh beban yang menggulung di hatinya. Setelah beberapa saat berlalu dalam hening, Gemintang perlahan melepaskan diri dari pelukan suaminya. Dengan tangannya, dia menyeka air mata yang tersisa, sembari berusaha merapikan napas yang tersengal.“Sudah lebih baik?” tanya Janu, matanya mencari jawaban di wajah istrinya. Gemintang menjawabnya dengan anggukan pelan.“Lain kali, jujurlah denganku. Kalau Rosaline datang dan bersikap buruk, atau jika ada hal buruk yang terjadi padamu, aku ingin kamu langsung bicara. Jangan menunggu sampai masalahnya meledak seperti ini.” Janu mengulur tangannya ke wajah Gemintang, turut merapikan anak rambut yang bera
Read more

BAB 98 — PONSEL YANG TERTINGGAL

Hanya saja, malam itu, hubungan Janu dan Gemintang sedikit membaik. Berulang kali Gemintang tersenyum dan berusaha menyembunyikan rasa kecewa yang masih bermukim di hatinya. Ia berharap bisa meredakan ketegangan yang sempat terjadi di antara mereka. Namun, meski permintaan maaf telah terucap, tak ada yang benar-benar berubah di dalam hati Gemintang.Dia terlalu sering terluka.Bahkan luka yang belum sembuh sepenuhnya, selalu tertimpa dengan luka yang baru.Pagi itu, Gemintang terbangun karena suara alarm yang meraung keras dari ponselnya. Namun, pemandangan yang ia lihat setelah membuka mata dengan benar adalah Janu yang sudah bersiap dengan pakaian kerjanya.Pria itu sedang memasang dasi, mematut dirinya di depan cermin. “Hei, kamu sudah bangun?” sapanya saat melihat pantulan Gemintang dari cermin. Gemintang mengangguk, dia lalu menoleh lagi ke arah ponselnya yang masih menyala. Baru pukul enam, tetapi Janu sudah bersiap ke kantor. “Kamu sudah mau berangkat, Mas?” tanyanya, ser
Read more

BAB 99 — REMUK REDAM

“Apa ibu ada wawancara kerja?” Satpam itu masih berusaha bertanya. Gemintang lalu menggeleng. “Oh, maaf, saya asisten rumah tangga di rumah Pak Janu, tadi ponselnya tertinggal jadi saya diminta mengantar ini,” jawab Gemintang, tak ada pilihan selain menyamar jadi pembantu Janu. Dua alis petugas itu menyatu. “Pembantu? Setahu saya pembantu Pak Janu rata-rata sudah berumur 40 tahun ke atas, tidak ada yang muda seperti kamu.”“Um, sa—saya baru, Pak. Baru mulai bekerja minggu ini.” Gemintang menelan ludahnya kasar, dia berharap jawaban ini masuk akal.Untung saja pria itu hanya mengangguk. “Sebentar, saya konfirmasi dengan Pak Gala dulu,” katanya lalu berjalan ke meja resepsionis, dengan telepon intercom dia menghubungi seseorang. Entah apa yang mereka bicarakan, Gemintang hanya mendengar satpam itu menjawab, “Baik, Pak.”“Ruangan Pak Janu ada di lantai dua puluh, setelah keluar dari lift tinggal belok kanan saja, pesan Pak Gala letakkan ponselnya di meja sekretaris karena Pak Janu sed
Read more

BAB 100 — AKU MENCINTAINYA!

Dari seberang sana, Baskara yang sedang dalam perjalanan menuju toko roti, lantas menepikan mobilnya.Padahal, beberapa ratus meter lagi dia sampai tujuan. “Gemintang? Ada apa denganmu?” Baskara kembali bertanya. Dia semakin panik ketika mendengar suara Gemintang semakin terisak kencang. “Kamu kenapa? Jawab dulu, kamu kenapa?”[“Jemput aku di dekat Ferinco. Tolong jemput saja, aku jelaskan nanti.”] Setelah mengatakan itu, Gemintang menutup teleponnya membuat Baskara semakin khawatir. Gegas pria itu memutar arah mobilnya dan segera menuju tempat yang disebutkan oleh Gemintang tadi. Wanita itu juga mengirimkan lokasi padanya. Dia harus tahu, masalah apa, hingga membuat wanita yang telah ia anggap sebagai orang istimewa dalam hidupnya itu menangis saat matahari bahkan belum sepenuhnya tinggi. Tapi, mengapa pula Gemintang bisa di Ferinco pagi-pagi begini?*** Sementara di ruangan lain, tempat dimana Janu dan Rosaline masih melanjutkan perdebatan mereka …."Seharusnya kamu tidak pern
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status