Semua Bab Wanita Rahasia Dokter Arogan: Bab 71 - Bab 80

100 Bab

BAB 71

Tetapi, ia kembali dipatahkan oleh keadaan. Setelah menunggu cukup lama di pelataran kos Lara, laki-laki itu justru menemukan Lara yang kembali diantar pulang oleh seorang laki-laki yang Aksa kenali. Mobil yang sama, dan orang yang sama. "Darimana?" tanya Aksa, nada bicaranya dingin melebihi udara malam ini. Tidak mendengar jawaban, Aksa kembali bertanya, "Dengan siapa?" Pertanyaan retoris, karena sejujurnya Aksa tidak butuh jawaban. Pertanyaan yang terdengar sialan, karena Lara tidak berkewajiban menjelaskan kemana dan bersama siapa wanita itu pergi. Menyadari hal itu, Aksa justru kesal sendiri. Bibirnya terangkat naik sambil berkedut, sedang manik matanya tetap mengunci ke arah wanita yang mengenakan cardigan tebal malam ini. "Jadi ini, alasanmu mengambil cuti mendadak hari ini?" tanya Aksa lagi, meskipun pertanyaan sebelum-sebelumnya sama sekali belum terjawab. Lara hanya menunduk, entah sengaja mengabaikan, atau hanya ingin menghindari sorot tajam mata Aksa. Seandainya d
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-02
Baca selengkapnya

BAB 72

Malam semakin larut, sebagai pekerja yang tetap harus menyodorkan keberadaan di kantor tepat waktu, Lara bukannya istirahat, justru kembali menemani Aksa mencari tempat makan terdekat. Salahnya memang, mencari alasan absurd untuk menahan Aksa agar tidak pulang dalam keadaan marah. Dan yang ada di kepalanya hanyalah makan, padahal dia sendiri perutnya sudah kenyang. "Mau makan di mana?" tanya Aksa di tengah perjalanan. Mereka baru ke luar lima puluh meter dari kos Lara. "Raa ..." "Kita ke tempat makan cepat saji saja, dok. Dekat lampu merah yang mau arah ke kos." "Oke." Tempat makan cepat saji penuh dengan anak muda. Ada yang sedang makan, atau hanya menghabiskan waktu malam bersama teman atau pun pacar. Aksa memilih meja yang ada di luar ruangan, duduk menunggu Lara yang ingin memesan makanan sendiri. Satu alis Aksa diangkat naik, menemukan Lara yang membawa dua kentang goreng dan dua air mineral. "Bukannya mau makan?" "Saya sedang diet." "Apa yang kamu dietkan? Sedang
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-02
Baca selengkapnya

BAB 73

"Lara kangen sama Bapak." Dalam hening pagi, suara lirih lamat-lamat terdengar. Matahari masih bersembunyi dalam gelap, enggan memunculkan diri dan memulai hari. Lara berbaring di ranjang, di balik selimut tebal bermotif hello kitty. Satu tangannya menggenggam ponsel yang diarahkan ke telinga. "Bapak juga kangen toh. Lira sebentar lagi ulang tahun, Mbak Lara nggak mau pulang?" Rindu dengan keluarga menuntut temu, Lara sempat ingin kembali pulang, tetapi ia sadar, jatah cuti dari kantor sudah berkurang saat ibu meninggal, dan satu hari sudah terpakai ketika ia melakukan pemeriksaan sumsum tulang belakang. "Mbak sudah ambil cuti banyak, Pak. Harus dihemat, biar bisa pulang lagi nanti, atau kalau misal ada keperluan mendadak." Lara dan ayahnya masih saling mendiamkan, merangkai cara untuk bisa kembali bersua. Tatapan mata kosong ke arah atap, dalam temaramnya pagi, Lara menaikan selimut sampai leher saat dingin semakin menyusup. "Atau ... kalau Bapak mau, Bapak sama Lira ke Jakar
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-04
Baca selengkapnya

BAB 74

Pertama kali masuk, Lara menemukan Aksa yang sudah duduk di sofa tengah ruang kerjanya. Laki-laki itu terlihat sibuk dengan ponsel dalam genggaman. "Berkas yang saya minta sudah ada, Ra?" tanya Aksa, tanpa melihat ke arah pintu masuk. "Sudah, dok. Ini." Lara meletakan dua bendel kertas yang tadi baru saja dicetak. "Ini yang laporan bulan ini, yang satu untuk rekap satu tahun." "Oke, siapin data excel di laptop, nanti waktu rapat kita paparkan." "Baik, dok." Tidak ada yang salah dengan rapat siang ini, Aksa memimpin pertemuan seperti biasa, memberikan arahan dan alternatif solusi yang bisa diambil. Rapat pun berjalan lancar, hingga suara dering ponsel Lara menarik perhatian laki-laki yang sedang mendengarkan penjelasan salah satu staff legal. Ponsel yang terletak di meja dalam posisi layar menghadap ke atas itu menampilkan nama 'Bagas' yang sedang memanggil. Lara buru-buru mengambil ponsel dan memasukan ke saku, tetapi tatapan mata tajam Aksa menandakan jika laki-laki itu sud
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-04
Baca selengkapnya

BAB 75

"Siang, Raa. Ada baby bear?" Sosok wanita yang sudah jarang terlihat mendatangi Aksa, berdiri dalam balutan pakaian casual yang cantik. Savira mengenakan dress floral santai, jika dilihat dari penampilannya, wanita itu tentu tidak sedang dalam urusan pekerjaan. Lara berdiri menyambut tamu. "Dr. Aksa ada di ruangan, dok." "Sudah makan belum ya? Si gila kerja," tanya wanita itu lagi. Ia memperlihatkan tangan kanannya yang sedang membawa tas berisi makanan. "Aku belikan Aksa makan siang." "Mmm, sepertinya ... dr. Aksa belum terlihat memesan makan siang, dok." "Ooh, pas berarti. Yaa sudah, aku masuk dulu ya, Raa." "Silahkan, dr. Savi." Mata Lara tak lepas, mengikuti sosok Savira sampai menghilang di balik pintu ruang kerja Aksa. Setelah kabar kandasnya pertunangan keduanya, ini pertama kali Lara menemukan Savira menemui Aksa di kantor. Kira-kira, apa yang mereka berdua lakukan di dalam sana? Ada rasa ingin tahu besar yang muncul, kepala Lara merangkai segala kemungkinan ya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-06
Baca selengkapnya

BAB 76

Savi : Aku membelikanmu makan siang, di mall depan rumah sakit, ini sudah hampir siap. Wanita itu mengirim pesan, membubuhkan potret dirinya yang sedang menunggu makanan. Jam makan siang kantor terasa lebih cepat datang, Aksa sama sekali tak sadar dia sudah setengah perjalanan menjalani hari yang panjang di penghujung pekan. Me : Mau bawa ke ruanganku? Savi : Yakin? Takut ada yang marah. Aksa melepas tawanya sendirian, membaca baitan pesan Savira di dalam ruangan yang sepi. Amarahnya sudah mereda, laki-laki itu kembali berkutat dengan pekerjaan sebelum jam istirahat makan siang. Me : Sekalian aja bikin gaduh, biar semakin panas. Aksa meletakan ponsel di meja, setelah menerima balasan Savira yang hanya mengirim emoticon tawa. Ia kembali melanjutkan pekerjaan, sampai sosok wanita itu muncul. "Kamu harus berterima kasih sama aku," ucap wanita itu pertama kali. Savira mendekat, meletakan makanan yang ia bawa di meja. "Yakin nih, nggak apa-apa dibikin panas?" "Terka
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-06
Baca selengkapnya

BAB 77

Keesokan harinya, Aksa memutuskan kembali mengganggu Lara di hari Sabtu yang tenang. Persetan dengan kemarahan wanita itu, karena setiap hari, Aksa berjanji akan selalu merecoki kehidupan Lara. "Apa yang dokter lakukan di sini?" See? Bahkan hanya mendengar suara kesal wanita itu Aksa sudah merasa cukup. Aksa mengamati penampilan Lara, tanpa kemeja formal dan make up di wajah, wanita itu berdiri hanya dalam balutan daster rumahan yang berlubang di bahu sebelah kanan. Kesederhanaan Lara yang selama ini justru mampu membuat Aksa tertarik lebih dalam, lalu tanpa sadar, wanita itu sudah menjadi poros dunia. "Main, ini hari Sabtu, hari libur." "Saya tidak bisa, saya sudah ada rencana." "Aku memaksa." "Dok—." "Aku tunggu di mobil, aku nggak akan pergi sebelum kamu ikut pergi menemaniku." Aksa mengancam, menyunggingkan senyum tipis saat menemukan raut wajah Lara yang kesal. Tanpa mengucap satu patah kata lagi, Aksa berjalan meninggalkan kamar Lara, kembali ke dalam mobil,
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-07
Baca selengkapnya

BAB 78

Satu lembar kertas yang merubah takdir manusia begitu cepat. Bola mata Lara menatap kosong ke tengah meja, tempat di mana Bagas menyerahkan hasil pemeriksaan yang beberapa hari lalu sempat ia jalani. Nyalinya menciut, keberanian yang sudah ia pupuk sedemikian besar sebelum datang ke tempat ini tiba-tiba menguap hilang. "Silahkan dibaca," perintah Bagas, kembali mendorong kertas itu semakin dekat ke ujung. "Apa hasilnya baik?" Mata Lara menatap penuh harap, ke manik mata hitam dengan iris yang tajam. Saat menemukan bola mata itu melarikan diri, Lara sadar, ada sesuatu yang tidak baik terjadi di dalam tubuhnya. Satu air mata mengalir pelan, disela isakan yang coba Lara tahan sedemikian kuat. "Masih ada harapan, Laraa." Bagas mendekat, mencari bola mata Lara yang kini terpejam. "Aku pasti memberikan terbaik dari apa yang aku miliki." Lara masih terisak, tangannya menghapus bekas air mata di sekitar wajah. Senyum tipis tak bisa menutupi kesedihan yang ia rasakan, justru bibir be
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-24
Baca selengkapnya

BAB 79

Bagas menangkap sesuatu yang tidak baik, dan laki-laki itu hanya bisa mendesah pelan ketika menemukan bola mata Lara yang menatapnya penuh harap. Dia tidak bisa menolak keinginan wanita itu. "Apapun rencana di otakmu, aku tekankan, suatu saat Aksa pasti tau dengan kondisimu. Hal yang justru semakin menyakiti laki-laki itu." Tidak ada yang mudah dari setiap pilihan hidup yang diambil. Lara sadar, hidupnya terlalu rumit untuk menarik orang lain masuk ke dalam derita. "Saya akan bertanggung jawab penuh dalam keputusan yang saya ambil." Lara menguatkan hati. Perjalanan panjang kehidupan Lara menghadapkan begitu banyak cerita dan rasa. Lara sadar, dirinya terlalu kerdil disandingkan dengan takdir. Ia hanya bisa menjalani jalan cerita yang sudah tertulis sebaik yang ia mampu. Karena terkadang, manusia bisa menemukan makna hidup dari cerita orang lain. Hari yang berat terpaksa dilewati, Lara baru saja menghadap bagian SDM untuk memperjelas status pengunduran dirinya. Seperti yang i
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-24
Baca selengkapnya

BAB 80

Ada satu hal yang tak bisa ditolak saat kamu meminta bantuan, yaitu; kamu harus siap dituntut untuk membalas bantuan yang diberikan. Ini kedua kalinya Lara menolak, tetapi Bagas kembali mengungkit bantuan yang ia berikan, dan kembali memaksa Lara mengikuti kemauan laki-laki itu. "Hanya datang menemaniku ke pesta, Lara. Aku rasa itu tidak terlalu sulit, di sana banyak makanan enak, anggap saja healing," tuntut Bagas melalui panggilan telepon. Lara tidak pernah datang ke pesta, apalagi bersama laki-laki. Satu-satunya laki-laki di luar keluarga dalam hidupnya selain Aksa hanyalah Joko, itupun keduanya sama-sama cupu, ke luar kos hanya sekedar untuk makan di pinggir jalan, atau warung makan sederhana. "Foto yang kamu minta itu sangat berarti. Kamu bisa pakai foto itu untuk mengelabui orang-orang yang mengenalku, lalu memanfaatkan demi keuntungan pribadi." Bagas terlalu berlebihan, semua yang ia tuduhkan sama sekali tidak pernah terbersit di otak Lara. Wanita itu hanya menggunakan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-25
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status