Semua Bab Nyai Selendang Wungu : Gadis Lugu Jadi Pemburu: Bab 1 - Bab 10

51 Bab

Bab 1 Anak Ki Gambang Pengalihan

“Misah, ayo keluar!” teriak seorang gadis yang sedang bergerombol dengan teman sebayanya. Mereka sedang menghitung biji sawo untuk nantinya digunakan untuk bermain dakon.“Bapak lagi sakit, aku ndak bisa ikut,” teriak gadis berambut legam yang dipanggil Misah itu. Kata–katanya segera dibalas dengan anggukan. Dari dalam rumahnya yang berlantai tanah, Misah mengawasi teman–temannya yang sedang bermain. Meskipun begitu tatapannya kosong, pikirannya melayang, ia masuk dalam dunia lamunan. Namun seketika lamunannya pudar setelah terdengar suara batuk ayahnya yang sangat keras dan berat. Dengan sigap Misah menyodorkan segelas air jahe hangat yang sudah disiapkannya. Ki Gambang menerima air jahe yang disodorkan anak gadisnya itu. Tangannya gemetar dan badannya menggigil. Di bale bambu yang tidak terlalu lebar, Ki Gambang kembali merebahkan tubuhnya setelah seteguk jahe hangat lumayan bisa meredakan batuknya. Misah menyelubungi tubuh ayahnya yang kurus dengan kain sarung.Ki Gambang menata n
Baca selengkapnya

Bab 2 Pertolongan Raden Wikrama

“Ampun Raden,” tubuh Ki Gambang semakin gemetar, keringat dingin mulai mengalir di sekujur tubuhnya. Misah yang sedari tadi berdiri di balik pintu kaget bukan kepalang, ditangkupkannya telapak tangan ke mulutnya, ia takut menjerit mengetahui yang dia lihat saat ini, badannya kaku, tak tau harus berbuat apa.“Cepat katakan Ki, atau pedang ini menebas lehermu, banyak orang yang mengatakan para bandit itu sering muncul di tempat ini, kemana lagi kalau bukan untuk menemuimu,” lelaki itu tampak geram.“Benar Raden, hamba benar-benar sudah lama tidak pernah melihat mereka, ampuni hamba,” Ki Gambang memohon ampun. Keributan di pagi buta itu memancing warga dusun keluar dari biliknya masing-masing. Mereka bingung menerka-nerka apa yang sebenarnya sedang terjadi.“Kau benar-benar tetap mau bungkam Ki? Prajurit! Seret laki-laki ini! Bawa dia ke penjara, akan kubuat dia buka mulut!” dengan suara yang keras dan tegas, lelaki yang adalah pemimpin pasukan itu memberi perintah. Dengan sigap dua ora
Baca selengkapnya

Bab 3 Ki Gambang Pengalihan Selamat

“Nyi, ambilkan minum dan makanan di dapur untuk Nyi Sambi dan Misah,” Nyai Sri kembali berkata pada embannya yang telah selesai menggelung rambut panjangnya.“Nggeh Ndoro Putri,” jawab sang emban.“Misah, Nduk cah ayu, sudah dewasa kamu Nduk, berapa umurmu sekarang?” tanya Nyai Sri kepada Misah.“Enam belas tahun Nyai,” jawab Misah sambil tertunduk malu. Tak berapa lama sang emban kembali dengan nampan kayu yang berisi air putih dalam kendi dan singkong rebus yang baru matang.“Dimakan dulu Nyi, Misah, kalian pasti belum sarapan,” Nyai Sri mempersilahkan kedua tamunya untuk menyantap hidangan yang sudah tersaji.“Matur nuwun Den Ayu,” ucap Nyi Sambi. Ia dan Misah malu-malu meneguk air putih dan menyantap singkong rebus yang masih panas itu. Nyai Sri tersenyum melihat tingkah mereka. Sesekali ia menatap Misah yang terlihat acak–acakan. Rambutnya yang hitam dan panjang terurai di punggung dan kedua pundaknya. Meskipun tampak kuyu dan kusut kecantikan alaminya masih sangat terlihat.Set
Baca selengkapnya

Bab 4 Nyai Sri Gandawangi Meminta Balasan

Satu pekan berlalu sejak kejadian yang menimpa Ki Gambang dan Misah. Sejak itu pula Ki Gambang terbaring tidak berdaya, batuk dan lemah tubuhnya membuat dirinya hanya bisa tergolek di pembaringan. Tubuh yang dulu kurus, kini semakin bertambah kurus. Berbagai macam empon-empon sudah diracik Misah, berharap itu akan menyembuhkan ayahnya. Tapi belum juga berhasil.Malam ini entah mengapa perasaan Ki Gambang terasa sangat tidak nyaman. Di pembaringannya, Ki Gambang rebah ditemani oleh anak gadisnya. “Misah, maafkan bapak nduk jika sudah merepotkan kamu, seandainya bapak pergi meninggalkan kamu, bapak berharap kamu jangan terlalu sedih dan dapat melanjutkan hidupmu dengan bahagia. Nduk, dunia ini memang cuma tempat istirahat kita sejenak, setelah ruh ini terpisah dari jasad kita akan benar-benar hidup kekal di samping Sang Hyang Widhi. Jadi apapun yang kau alami di dunia yang fana ini hanyalah setitik saja dari perjalanan panjang yang akan engkau alami nantinya Nduk. Kita boleh saja sedih,
Baca selengkapnya

Bab 5 Kematian Ki Gambang Pengalihan

Malam yang sunyi membuat Misah segera terlelap, ia meringkuk tidur di samping ayahnya. Berbeda dengan Ki Gambang, lelaki itu sulit untuk memejamkan mata. Meskipun hanya sebentar, kedatangan Nyai Sri yang tiba-tiba dan kata-kata yang diucapkannya terus mengiang di benaknya. Jawaban Ki Gambang yang dengan halus menolak permintaan untuk menjadikan Misah istri kedua ditelan mentah-mentah oleh Nyai Sri. Hal ini tidak wajar menurutnya, karena kebanyakan bangsawan cenderung memaksa jika ingin mengambil gadis dusun untuk dijadikan istri-istri muda. Walaupun nantinya nasib gadis-gadis ini tak akan seberuntung bila mereka dari kalangan bangsawan. Gadis-gadis miskin ini nantinya hanya akan dijadikan layaknya budak. Meski tidak semuanya seperti itu, banyak juga yang beruntung diperlakukan baik di keluarga suami bangsawan yang menikahinya. Diusapnya rambut Misah yang lebat, Ki Gambang memanjatkan doa kepada Dewata yang dipercayainya agar anak gadisnya ini kelak bisa bahagia dan menjalani kehidupan
Baca selengkapnya

Bab 6 Lamaran Nyai Sri

Satu pekan berlalu, kini Misah sudah mulai kembali seperti biasa. Meskipun ia tidak biasa mengerjakan pekerjaan berladang seperti yang ayahnya lakukan, Misah tetap berusaha dan belajar dari Nyi Sambi agar ia bisa memenuhi kebutuhannya sehari–hari. Ia juga rajin membantu apa yang dikerjakan oleh wanita yang dipanggilnya simbok itu. Berladang dan beternak ia lakukan demi kehidupannya tetap berjalan. Pelan-pelan luka yang ia rasakan karena kehilangan ayahnya mulai sembuh dan berganti dengan kesehariannya yang sibuk untuk melanjutkan hidup.Tawa riang Misah saat bercanda dengan Nyi Sambi terdengar sampai di kejauhan, sore itu panen kacang tanah dan singkong lumayan banyak mereka dapatkan. Dengan lincah, jari-jari Misah memotong tangkai singkong dan memisahkannya dari umbinya. "Banyak Mbok panenan kita, besok kalo Simbok mau jual ini ke kota aku boleh ikut kan Mbok? Aku belum pernah liat pasar yang di Kotaraja. Wening bilang pasarnya ramai, ia pernah diajak bapaknya ke sana, pulang-pulang
Baca selengkapnya

Bab 7 Bingung

Malam kembali datang, tapi malam ini terasa begitu panjang. Udara dingin menyeruak masuk dari sela-sela dinding anyaman kediaman Nyi Sambi. Hawa dingin ini membuat seluruh tubuh tua Nyi Sambi merasa tidak nyaman, badannya pegal dan tulangnya linu. Nyi Sambi yang belum juga bisa tidur beranjak mengambil selendangnya dan melingkarkan selendang itu menutupi pundaknya. Ia menggosok kedua telapak tangan agar bisa menghangatkan jari–jarinya yang mulai terasa kaku, kemudian ia mulai berjalan ke dapur. Terlihat air yang sedang direbusnya mulai mendidih dan berbuih. Nyi Sambi berniat membuat air jahe hangat sambil mereda dingin di perapian. Dipungutnya sepotong ubi rebus gula merah sisa tadi sore. Menggigit sepotong ubi membuatnya teringat lagi perkataan Nyai Sri. Ia dan Misah hanya bisa terdiam bingung apa yang harus dikatakan untuk menjawab pertanyaan Nyai Sri yang tiba–tiba dan terasa tidak nyata. Terngiang kembali ucapan lembut istri kepala dusun itu kepadanya dan Misah.“Aku ingin Misah m
Baca selengkapnya

Bab 8 Paksaan Halus Nyai Sri

Sepekan berlalu sejak kedatangan Nyai Sri. Sejak saat itu Misah tak dapat tidur dengan nyenyak. Ucapan Nyi Sambi selalu terngiang di benaknya. Benar kata Nyi Sambi, ia pasti tak akan sanggup jika harus menolak keinginan Nyai Sri untuk dijadikan istri kedua suaminya. Nyai Sri Gandawangi adalah wanita yang pintar, cerdik dan juga licik. Sifatnya itu sudah terkenal di dusun ini. Meskipun tingkah lakunya sangat anggun serta lembut, tapi semua orang tahu bahwa ia adalah wanita yang selalu mendapatkan apa yang diinginkannya dengan cara apa pun.Dua karung kacang tanah serta tiga karung singkong sudah selesai dipersiapkan Nyi Sambi dan Misah. Siang itu udara terasa sangat panas, peluh menetes di sekujur tubuh mereka berdua. Sambil menikmati air kelapa muda pemberian Ki Boyo tetangganya yang baru saja panen, keduanya beristirahat santai di bawah pohon jambu air yang tumbuh lebat di halaman rumah Nyi Sambi“Nduk, sepekan lagi kamu sudah harus memberi jawaban, apa kamu sudah pikirkan kata–kata
Baca selengkapnya

Bab 9 Persiapan Pernikahan

Derap kereta kuda berhenti di kediaman megah Raden Wikrama. Rumah dengan halaman yang luas itu kini ramai orang berdatangan. Panggung megah telah berdiri, diam–diam Nyai Sri sudah mempersiapkan hajatan besar meskipun ia belum mendapatkan jawaban dari Misah. Nyai Sri menggandeng Misah turun dari kereta kuda, ia mengajak gadis belia yang masih lugu itu untuk berjalan mengikutinya. Misah merasa gugup, takut sekaligus takjub, dilihatnya sekeliling begitu banyak orang sibuk lalu lalang. Terakhir dia menapakkan kaki di sini adalah hari di saat kematian ayahnya. Misah berjalan pelan mengikuti Nyai Sri, tangan dingin itu terus membawanya masuk lebih dalam menuju ruangan paling belakang dan tersembunyi. Sebuah ruangan yang terletak di pojok bangunan utama.“Di sini kamar kamu Nduk,” Nyai Sri melepaskan tangan Misah sesampainya di sebuah kamar yang tertutup pintu kayu berukiran indah. Wanita cantik itu mengajak Misah masuk ke dalam kamar yang sudah dipersiapkan untuknya. Misah masih terdiam, ia
Baca selengkapnya

Bab 10 Raden Wikrama Merencanakan Pelarian

“Raden Kakung?” suara Misah menyahut dari dalam kamar.“Iya Nduk,” jawab Raden Wikrama.Misah buru-buru membuka pintu, dengan cepat Raden Wikrama masuk dan menutup pintunya kembali. Misah kaget melihat Raden Wikrama tergesa masuk ke dalam kamarnya, ia hampir saja terjatuh karena kain jarik yang melilit tubuhnya membuatnya sulit bergerak bebas. Untung saja dengan sigap Raden Wikrama menahan tubuh kecil itu hingga membuat jarak mereka begitu dekat dan pandangan keduanya sempat beradu. Buru-buru Misah memperbaiki posisi tubuhnya dan mengalihkan pandangannya.“Maaf Raden,” ucap Misah gugup.“Aku yang seharusnya minta maaf Nduk, maaf tiba-tiba menerobos masuk, aku ingin bicara,” ucap Raden Wikrama lemah. Untuk beberapa saat Raden Wikrama terdiam. Dipandanginya gadis kecil ayu yang sedang terdiam dan terlihat malu-malu di depannya. Ia tampak terkagum, tapi dengan cepat ditepisnya pikiran aneh itu.“Misah, apa kamu mengerti situasi yang sedang kamu hadapi sekarang. Istriku memintamu untuk me
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status