Semua Bab Nyai Selendang Wungu : Gadis Lugu Jadi Pemburu: Bab 31 - Bab 40

51 Bab

Bab 31 Hati Raden Wikrama

Selesai makan Raden Wikrama menyusul istrinya ke kamar mereka. Dilihatnya Nyai Sri sedang termenung di tepi pembaringan. Wajahnya murung dan tidak memiliki semangat.“Dek Sri,” panggil Raden Wikrama. Suara lelaki itu seketika membuyarkan lamunan Nyai Sri. Senyuman tipis tersungging di sudut bibirnya melihat suaminya datang menghampiri.“Kakang, sudah selesai makan?” ucap Nyai Sri tak bertenaga.“Dek Sri, kamu kelihatan lemas sekali. Aku akan minta Nyi Darsan membuatkan makanan kesukaanmu. Sepertinya kamu tidak berselera dengan makanan tadi. Ayo katakan, kamu ingin makan apa?” ucap Raden Wikrama lembut. Ditatapnya wajah cantik istrinya yang tidak pernah pudar. Diusapnya pundak Nyai Sri dengan penuh kasih sayang. Nyai Sri tidak bergeming mendengar ucapan suaminya. Dia hanya diam dan sesekali memilin-milin rambut panjangnya yang menjuntai di pundak.“Dek Sri, tolong berceritalah! Katakan apa yang terjadi! Apa yang mengganjal di hatimu sehingga sikapmu tidak seperti biasanya? Kalau kamu
Baca selengkapnya

Bab 32 Rencana Nyai Sri

Hari ini tak seperti biasanya Nyai Sri bangun kesiangan. Mungkin karena semalam ia sibuk memikirkan siasat untuk bisa membuat suaminya tunduk kembali padanya. Sepanjang malam Raden Wikrama tak melepaskan pelukannya. Terlihat sekali bahwa ia sangat takut kehilangan Nyai Sri. Saat terlelap pun Raden Wikrama bahkan sempat mengigau memanggil-manggil nama istrinya itu meskipun dia ada di sampingnya. “Sebegitu besarkan cintamu untukku Kang. Kau pernah bilang bahwa kau mencintaiku pada pandangan pertama meskipun kau belum mengenalku?” ucap Nyai Sri lirih. Dipandanginya wajah tampan suaminya yang terlelap tidur di sisinya. Nyai Sri bisa mendengar suara napas Raden Wikrama karena lelaki itu memeluk tubuhnya dengan erat. Sebenarnya wajah Raden Wikrama tidak kalah tampan jika dibandingkan dengan Hasta. Kulitnya bersih bercahaya khas pria bangsawan. Sedangkan Hasta memiliki kulit coklat yang membuatnya tampak manis dan maskulin. Garis wajah mereka sama tegasnya. Mungkin Hasta juga bisa setara den
Baca selengkapnya

Bab 33 Perayaan

Sejak dini hari para emban di kediaman Raden Wikrama sudah sangat sibuk. Mereka dibantu oleh para wanita dusun bergotong royong menyiapkan sesaji untuk dijadikan persembahan. Sesaji itu berupa hasil bumi yang dikumpulkan dari sumbangan para warga. Tahun ini hasil panen yang melimpah adalah padi, jagung, dan buah-buahan. Bahan-bahan makanan yang masih mentah dimasak bersama-sama agar cepat selesai. Karena pada siang hari sesaji sudah harus siap untuk selanjutnya didoakan oleh tetua adat. Sesaji yang dibuat adalah ayam ingkung beserta nasi tumpeng lengkap dengan sayuran rebus dan sambal kelapa. Selain itu ada bermacam-macam buah dan kue. Untuk hidangan pada acara puncak, Raden Wikrama tak segan menyumbangkan seekor sapi besar miliknya untuk diolah.Siang harinya prosesi berjalan lancar. Setelah didoakan oleh tetua adat, sesaji dibagikan kepada warga untuk dimakan bersama. Seluruh warga menikmati nasi tumpeng dan ayam ingkung dengan suka cita. Acara selesai ketika matahari sudah mulai co
Baca selengkapnya

Bab 34 Menemani Sebagai Istri Kedua

Misah berusaha setenang mungkin menjalankan tugas pertamanya sebagai seorang istri. Gadis itu berjalan pelan ketika langkahnya sudah hampir sampai tujuan. Misah menyingsingkan kain jariknya saat hendak menaiki tangga menuju ke atas panggung. Banyak mata mengawasinya, belum semua warga dusun yang mengenalnya ketika ia menjadi istri kedua Raden Wikrama. Warga dusun hanya mendengar cerita dari orang yang datang ke acara pernikahannya saat itu. Kebanyakan orang memandang Misah dengan tatapan takjub. Tapi ada juga yang terlihat iri dengan keberuntungan Misah yang dipersunting oleh orang terpandang seperti Raden Wikrama. Di antara kerumunan warga yang datang, ada Nyi Sambi yang tak bekedip menatap gadis kecil yang sudah seperti anaknya itu. Perasaannya campur aduk, selama ini Nyi Sambi hanya bisa menahan perasaan rindunya kepada Misah. Ia merasa sangat kesepian sejak ditinggal oleh putri Ki Gambang Pengalihan itu. Ingin sekali Nyi Sambi menghampiri gadis itu dan memeluknya. Tetapi Misah sud
Baca selengkapnya

Bab 35 Kepercayaan Yang Terkoyak

“Tunggu di sini Kakang!” tiba-tiba Nyai Sri menghentikan langkahnya ketika sampai di depan sebuah pintu kamar. Pelan-pelan Nyai Sri menarik tangannya dari pinggang Raden Wikrama dan melepaskan tubuhnya yang dijadikan tumpuan. Kemudian ia menyandarkan suaminya yang masih setengah sadar pada pintu kayu yang tertutup rapat itu, lalu meninggalkannya. Raden Wikrama merasa tidak kuat untuk menegakkan diri. Tubuhnya menggeliat dan meraba dinding mencari pegangan. Tak diduga pintu yang dijadikannya sandaran terbuka begitu saja. Seketika tubuh Raden Wikrama tersungkur di lantai kamar. Raden Wikrama yang kaget mencoba bangun dan mengerjapkan matanya memperhatikan sekeliling. Tapi pandangannya kabur karena minuman yang ia teguk dan keadaan kamar yang temaram. Dengan susah payah akhirnya ia berhasil menegakkan diri. Perlahan ia berjalan menuju pintu kamar dan menutupnya kembali. Dalam keremangan Raden Wikrama berjalan maju mencoba untuk mencari pembaringan. Ia benar-benar sudah tidak sanggup mene
Baca selengkapnya

Bab 36

Pagi-pagi buta Nyi Darsan sudah bangun dari tidurnya. Seperti biasa ia bangun paling awal untuk menyiapkan bahan-bahan makanan yang akan dimasak untuk sarapan nanti. Ia berjalan keluar dari kamar untuk menuju dapur. Tapi betapa terkejutnya ia ketika membuka pintu kamar, didapatinya sesosok tubuh yang tergeletak tak sadarkan diri di sana. Nyi Darsan memperhatikan sosok itu dengan seksama, ia bertambah kaget ketika mengetahui bahwa sosok itu adalah Misah.“Misahhhh, Nduk! Misah, bangun! Kamu kenapa? Yu Pur! Yu Nem! Cepet ke sini!” Nyi Darsan berteriak panik setelah tubuh Misah tak kunjung bergerak meskipun ia telah menggoncang-goncangkannya.“Ono opo to Yu?” Nyi Purwo datang dengan tergesa.“Iki Misah, pingsan,” seru Nyi Darsan.“Walah Nduk cah ayu, kamu ini kenapa nduk?” seru Nyi Purwo ikut panik.“Wes, wes Yu! Ayo cepet diangkat, kasian!” cetus Nyi Darsan. Mereka berdua buru-buru mengangkat tubuh Misah yang terasa sangat dingin. Seketika keributan terjadi di ruangan para emban. Semua
Baca selengkapnya

Bab 37

“Mbok, Simbok,” terdengar suara panggilan dari luar kamar Nyi Darsan. Perlahan wanita tua itu membuka pintu kamarnya, tampak Jalu datang membawa daging sapi bakar sisa acara semalam.“Mbok, ini sisa dagingnya mau ditaruh mana?” tanya pemuda itu.“Berikan saja pada Nyi Purwo di dapur! Biar dimasak lagi nanti!” jawabnya. Belum selesai Nyi Darsan memberikan penjelasan kepada Jalu, tiba-tiba dari dalam kamar terdengar teriakan histeris Misah. Teriakan itu begitu kencang hingga membuat Jalu dan Nyi Darsan terperanjat dan cepat-cepat masuk ke kamar mencari tahu apa yang sedang terjadi. Misah menjerit sambil menyelubungi tubuhnya dengan kain dan bantal. Ia bersembunyi di pojok ruangan seperti sedang ketakutan. Nyi Darsan dan Jalu yang menyaksikan kejadian itu menjadi sangat panik. Wanita setengah baya itu mendekati Misah dan mencoba untuk menenangkannya, Jalu pun ikut mendekat dan bingung dengan apa yang sedang terjadi pada sahabatnya.“Misah kamu kenapa?” cetus Jalu mencoba menggapai bahu M
Baca selengkapnya

Bab 38

Satu pekan berlalu sejak kepergian Raden Wikrama ke istana. Sepertinya ia tak akan bisa segera pulang ke kediamannya. Baru saja utusan datang mengabarkan bahwa kepulangan Raden Tumenggung masih belum bisa dipastikan. Istana sedang geger karena sudah hampir lima kali upeti yang seharusnya sampai ke istana hilang di rampok di tengah jalan dalam waktu yang berdekatan. Kini kelompok bandit dan garong bergerak semakin merajalela. Masih menjadi pertanyaan besar bagaimana kelompok penjahat itu bisa tahu kapan upeti akan diserahkan. Padahal pihak istana sudah merahasiakan jadwal pengiriman upeti dan daerah yang harus mengirimnya. Bergelut dengan para begundal memang bukan perkara yang mudah. Meskipun Kerajaan Singapatih memiliki ribuan pasukan yang bisa dengan mudah dikerahkan untuk memusnahkan para bandit dan garong yang sangat mengganggu itu. Tapi untuk mencari persembunyian mereka yang berada di tengah hutan belantara bukanlah sesuatu yang gampang dilakukan. Mereka hidup menyebar dan memil
Baca selengkapnya

Bab 39

“Awwww, perutku,” Misah memegang perutnya yang tiba-tiba terasa sakit. Entah mengapa setiap kali pikirannya kacau Misah selalu merasakan sakit yang teramat sangat di perutnya. Rasa sakit ini hampir mirip seperti yang dirasakannya setiap bulan. Tetapi kali ini rasa sakitnya lima kali lipat lebih sakit dari biasanya.Nyi Darsan yang masuk ke kamar Misah seketika panik melihat gadis itu sedang meringis kesakitan. “Nduk, kamu kenapa?” wanita tua itu buru-buru mendekati Misah yang sedang duduk membungkuk di kursi.Misah terlihat pucat menahan rasa sakit di perutnya. Ia sudah tidak bisa berkata saat Nyi Darsan menanyakan keadaannya. Nyi Darsan yang panik berlari ke dapur memanggil Nyi Purwo dan Lek Parmin. Ia meminta Nyi Purwo menyiapkan ramuan dari tabib yang diresepkan untuk Misah. Kemudian ia meminta Lek Parmin untuk mengangkat Misah menuju pembaringan.“Walah Nduk, kamu kenapa bangun sendiri! Seharusnya kamu istirahat atau panggil saja siapa pun untuk membantumu bangun Nduk!” ujar Nyi D
Baca selengkapnya

Bab 40

Dengan langkah lesu Nyi Darsan kembali ke kamar Misah. Didorongnya pintu kamar yang setengah terbuka itu. Terlihat tabib sedang berusaha mengobati Misah yang masih tidak sadarkan diri. Sepertinya saat persalinan tadi ia mengalami pendarahan yang cukup banyak, sehingga butuh penanganan serius agar nyawa gadis itu tidak melayang.Nyi Darsan mendekati Misah yang sedang terbaring tak berdaya. Gadis itu tampak pucat dengan sekujur tubuh basah oleh keringat. Perlahan Nyi Darsan menyeka peluh di wajah dan kedua tangan Misah. Tubuh gadis itu sudah mulai menghangat. Tak berapa lama tabib selesai mengobati Misah.“Sudah selesai Nyi,” ucap tabib yang berusia lebih tua.“Apa Misah tidak apa-apa Ki?” tanya Nyi Darsan.“Pendarahannya sudah berhenti, nanti berikan ramuan ini setelah dia sadar,” tabib itu menyodorkan sekantung dedaunan yang sudah ditumbuk kering.“Ramuan ini ampuh untuk mengembalikan tenaga Nyi. Sebaiknya tubuhnya segera dibersihkan, agar lebih nyaman,” terang si tabib. Nyi Darsan me
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status