Share

Bab 34 Menemani Sebagai Istri Kedua

Penulis: SariOmnivor
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Misah berusaha setenang mungkin menjalankan tugas pertamanya sebagai seorang istri. Gadis itu berjalan pelan ketika langkahnya sudah hampir sampai tujuan. Misah menyingsingkan kain jariknya saat hendak menaiki tangga menuju ke atas panggung. Banyak mata mengawasinya, belum semua warga dusun yang mengenalnya ketika ia menjadi istri kedua Raden Wikrama. Warga dusun hanya mendengar cerita dari orang yang datang ke acara pernikahannya saat itu. Kebanyakan orang memandang Misah dengan tatapan takjub. Tapi ada juga yang terlihat iri dengan keberuntungan Misah yang dipersunting oleh orang terpandang seperti Raden Wikrama. Di antara kerumunan warga yang datang, ada Nyi Sambi yang tak bekedip menatap gadis kecil yang sudah seperti anaknya itu. Perasaannya campur aduk, selama ini Nyi Sambi hanya bisa menahan perasaan rindunya kepada Misah. Ia merasa sangat kesepian sejak ditinggal oleh putri Ki Gambang Pengalihan itu. Ingin sekali Nyi Sambi menghampiri gadis itu dan memeluknya. Tetapi Misah sud
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Nyai Selendang Wungu : Gadis Lugu Jadi Pemburu   Bab 35 Kepercayaan Yang Terkoyak

    “Tunggu di sini Kakang!” tiba-tiba Nyai Sri menghentikan langkahnya ketika sampai di depan sebuah pintu kamar. Pelan-pelan Nyai Sri menarik tangannya dari pinggang Raden Wikrama dan melepaskan tubuhnya yang dijadikan tumpuan. Kemudian ia menyandarkan suaminya yang masih setengah sadar pada pintu kayu yang tertutup rapat itu, lalu meninggalkannya. Raden Wikrama merasa tidak kuat untuk menegakkan diri. Tubuhnya menggeliat dan meraba dinding mencari pegangan. Tak diduga pintu yang dijadikannya sandaran terbuka begitu saja. Seketika tubuh Raden Wikrama tersungkur di lantai kamar. Raden Wikrama yang kaget mencoba bangun dan mengerjapkan matanya memperhatikan sekeliling. Tapi pandangannya kabur karena minuman yang ia teguk dan keadaan kamar yang temaram. Dengan susah payah akhirnya ia berhasil menegakkan diri. Perlahan ia berjalan menuju pintu kamar dan menutupnya kembali. Dalam keremangan Raden Wikrama berjalan maju mencoba untuk mencari pembaringan. Ia benar-benar sudah tidak sanggup mene

  • Nyai Selendang Wungu : Gadis Lugu Jadi Pemburu   Bab 36

    Pagi-pagi buta Nyi Darsan sudah bangun dari tidurnya. Seperti biasa ia bangun paling awal untuk menyiapkan bahan-bahan makanan yang akan dimasak untuk sarapan nanti. Ia berjalan keluar dari kamar untuk menuju dapur. Tapi betapa terkejutnya ia ketika membuka pintu kamar, didapatinya sesosok tubuh yang tergeletak tak sadarkan diri di sana. Nyi Darsan memperhatikan sosok itu dengan seksama, ia bertambah kaget ketika mengetahui bahwa sosok itu adalah Misah.“Misahhhh, Nduk! Misah, bangun! Kamu kenapa? Yu Pur! Yu Nem! Cepet ke sini!” Nyi Darsan berteriak panik setelah tubuh Misah tak kunjung bergerak meskipun ia telah menggoncang-goncangkannya.“Ono opo to Yu?” Nyi Purwo datang dengan tergesa.“Iki Misah, pingsan,” seru Nyi Darsan.“Walah Nduk cah ayu, kamu ini kenapa nduk?” seru Nyi Purwo ikut panik.“Wes, wes Yu! Ayo cepet diangkat, kasian!” cetus Nyi Darsan. Mereka berdua buru-buru mengangkat tubuh Misah yang terasa sangat dingin. Seketika keributan terjadi di ruangan para emban. Semua

  • Nyai Selendang Wungu : Gadis Lugu Jadi Pemburu   Bab 37

    “Mbok, Simbok,” terdengar suara panggilan dari luar kamar Nyi Darsan. Perlahan wanita tua itu membuka pintu kamarnya, tampak Jalu datang membawa daging sapi bakar sisa acara semalam.“Mbok, ini sisa dagingnya mau ditaruh mana?” tanya pemuda itu.“Berikan saja pada Nyi Purwo di dapur! Biar dimasak lagi nanti!” jawabnya. Belum selesai Nyi Darsan memberikan penjelasan kepada Jalu, tiba-tiba dari dalam kamar terdengar teriakan histeris Misah. Teriakan itu begitu kencang hingga membuat Jalu dan Nyi Darsan terperanjat dan cepat-cepat masuk ke kamar mencari tahu apa yang sedang terjadi. Misah menjerit sambil menyelubungi tubuhnya dengan kain dan bantal. Ia bersembunyi di pojok ruangan seperti sedang ketakutan. Nyi Darsan dan Jalu yang menyaksikan kejadian itu menjadi sangat panik. Wanita setengah baya itu mendekati Misah dan mencoba untuk menenangkannya, Jalu pun ikut mendekat dan bingung dengan apa yang sedang terjadi pada sahabatnya.“Misah kamu kenapa?” cetus Jalu mencoba menggapai bahu M

  • Nyai Selendang Wungu : Gadis Lugu Jadi Pemburu   Bab 38

    Satu pekan berlalu sejak kepergian Raden Wikrama ke istana. Sepertinya ia tak akan bisa segera pulang ke kediamannya. Baru saja utusan datang mengabarkan bahwa kepulangan Raden Tumenggung masih belum bisa dipastikan. Istana sedang geger karena sudah hampir lima kali upeti yang seharusnya sampai ke istana hilang di rampok di tengah jalan dalam waktu yang berdekatan. Kini kelompok bandit dan garong bergerak semakin merajalela. Masih menjadi pertanyaan besar bagaimana kelompok penjahat itu bisa tahu kapan upeti akan diserahkan. Padahal pihak istana sudah merahasiakan jadwal pengiriman upeti dan daerah yang harus mengirimnya. Bergelut dengan para begundal memang bukan perkara yang mudah. Meskipun Kerajaan Singapatih memiliki ribuan pasukan yang bisa dengan mudah dikerahkan untuk memusnahkan para bandit dan garong yang sangat mengganggu itu. Tapi untuk mencari persembunyian mereka yang berada di tengah hutan belantara bukanlah sesuatu yang gampang dilakukan. Mereka hidup menyebar dan memil

  • Nyai Selendang Wungu : Gadis Lugu Jadi Pemburu   Bab 39

    “Awwww, perutku,” Misah memegang perutnya yang tiba-tiba terasa sakit. Entah mengapa setiap kali pikirannya kacau Misah selalu merasakan sakit yang teramat sangat di perutnya. Rasa sakit ini hampir mirip seperti yang dirasakannya setiap bulan. Tetapi kali ini rasa sakitnya lima kali lipat lebih sakit dari biasanya.Nyi Darsan yang masuk ke kamar Misah seketika panik melihat gadis itu sedang meringis kesakitan. “Nduk, kamu kenapa?” wanita tua itu buru-buru mendekati Misah yang sedang duduk membungkuk di kursi.Misah terlihat pucat menahan rasa sakit di perutnya. Ia sudah tidak bisa berkata saat Nyi Darsan menanyakan keadaannya. Nyi Darsan yang panik berlari ke dapur memanggil Nyi Purwo dan Lek Parmin. Ia meminta Nyi Purwo menyiapkan ramuan dari tabib yang diresepkan untuk Misah. Kemudian ia meminta Lek Parmin untuk mengangkat Misah menuju pembaringan.“Walah Nduk, kamu kenapa bangun sendiri! Seharusnya kamu istirahat atau panggil saja siapa pun untuk membantumu bangun Nduk!” ujar Nyi D

  • Nyai Selendang Wungu : Gadis Lugu Jadi Pemburu   Bab 40

    Dengan langkah lesu Nyi Darsan kembali ke kamar Misah. Didorongnya pintu kamar yang setengah terbuka itu. Terlihat tabib sedang berusaha mengobati Misah yang masih tidak sadarkan diri. Sepertinya saat persalinan tadi ia mengalami pendarahan yang cukup banyak, sehingga butuh penanganan serius agar nyawa gadis itu tidak melayang.Nyi Darsan mendekati Misah yang sedang terbaring tak berdaya. Gadis itu tampak pucat dengan sekujur tubuh basah oleh keringat. Perlahan Nyi Darsan menyeka peluh di wajah dan kedua tangan Misah. Tubuh gadis itu sudah mulai menghangat. Tak berapa lama tabib selesai mengobati Misah.“Sudah selesai Nyi,” ucap tabib yang berusia lebih tua.“Apa Misah tidak apa-apa Ki?” tanya Nyi Darsan.“Pendarahannya sudah berhenti, nanti berikan ramuan ini setelah dia sadar,” tabib itu menyodorkan sekantung dedaunan yang sudah ditumbuk kering.“Ramuan ini ampuh untuk mengembalikan tenaga Nyi. Sebaiknya tubuhnya segera dibersihkan, agar lebih nyaman,” terang si tabib. Nyi Darsan me

  • Nyai Selendang Wungu : Gadis Lugu Jadi Pemburu   Bab 41

    Bayi laki-laki Misah yang bersama Nyai Sri seharian ini tak mau berhenti menangis. Sejak hari pertamanya lahir, Nyai Sri memang tidak bisa memberinya air susu. Maka dari itu ia meminta Nyi Darsan mencarikan ibu susu untuknya. Akhirnya seorang wanita dusun yang juga baru dua pekan melahirkan dipilih untuk menjadi ibu susu bagi Gandara Wibisana. Sudah lima hari wanita yang bernama Nira itu menginap di kediaman Raden Wikrama. Nyai Sri berani membayarnya mahal hanya untuk menyusui bayi laki-laki Misah yang ia ambil itu. Segala kebutuhan Nira mulai dari makanan hingga tempat tinggal disediakan oleh Nyai Sri. Hari ini sejak pagi Nira memang sedang kurang enak badan. Mungkin itulah yang menyebabkan Gandara menjadi ikut rewel karena keterikatannya pada ibu susunya itu. Tangisan Gandara begitu kuat hingga membuat Nyai Sri pusing dan ikut uring-uringan. Nyi Darsan dan emban yang lain bergantian mengurus Gandara. Mereka menggunakan segala cara untuk bisa membuat bayi itu lebih tenang.Hari sudah

  • Nyai Selendang Wungu : Gadis Lugu Jadi Pemburu   Bab 42

    Pagi-pagi sekali Nyi Darsan sudah berada di kamar Misah. Wanita tua itu bersiap untuk mengurus Santi yang memang sudah terbangun sejak dini hari tadi. Terkadang Nyi Darsan bahkan ikut tidur bersama Misah untuk menjaga Santi yang masih sering terbangun saat malam. Meskipun bayi itu jarang rewel, tapi Nyi Darsan tidak tega membiarkan Misah begadang menunggui Santi yang masih terjaga. Ia membiarkan Misah tidur dan membangunkannya ketika bayi itu kelaparan.Segarnya udara pagi hari mulai berjejal masuk melewati jendela kamar Misah ketika Nyi Darsan membukanya. Misah terlihat masih rebah di pembaringan. Tubuh gadis itu bergerak pelan memperbaiki posisi tidurnya. Udara pagi yang masih dingin membuat Misah malas untuk bangun. Terlihat Santi tengah terbaring dengan selimut yang basah. Bayi kecil itu menggeliat dan menjejakkan kakinya karena merasa tidak nyaman. Nyi Darsan segera mengganti kain yang basah itu dengan kain yang baru.“Den Ayu Santi sudah dikasih minum belum Nduk?” ucap Nyi Darsa

Bab terbaru

  • Nyai Selendang Wungu : Gadis Lugu Jadi Pemburu   Bab 51

    “Misah! Tenanglah!” Raden Wikrama menahan tangan Misah yang tidak berhenti memukul dadanya. Ia bisa merasakan tangan kurus istrinya begitu dingin dan lemah. Digenggamnya tangan itu kuat-kuat. Misah mencoba meronta melepaskan diri, tapi tenaganya hanya sekuat ranting pohon kering yang dengan mudah dipatahkan. Raden Wikrama mencoba menenangkan Misah dan berusaha mendekapnya. Entah mengapa gadis itu tidak bisa menahan diri lagi dihadapan suaminya, ia terus meronta seperti orang kesetanan. Misah ingin sekali melubangi dada Raden Wikrama dan merobek tabir sandiwara yang sedang menyelubunginya. Tangis Misah semakin menjadi, ia menumpahkan segala kesedihannya di dada Raden Wikrama.“Hentikan sandiwaramu Raden! Hentikan! Sampai kapan kau akan terus berbohong!” ucap Misah disela amukannya.“Misah!” teriak Raden Wikrama. “Bicaralah baik-baik agar aku paham!” ujarnya gemas. Raden Wikrama kembali mencengkeram pundak Misah dan mengarahkan wajah gadis itu agar menatapnya. Misah tak sanggup melawan

  • Nyai Selendang Wungu : Gadis Lugu Jadi Pemburu   Bab 50

    “Misah akan diasingkan ke hutan Kang, dan kalianlah yang akan mengawalnya!” Rangga dan Galuh kembali saling pandang.“Bukankah gadis itu baru saja melahirkan? Bagaimana dengan bayinya?” cetus Galuh.“Anak haram itu akan ikut bersama ibunya!” jawab Nyai Sri dingin.“Apakah perselingkuhan ini sudah terbukti? Bagaimana dengan lelaki selingkuhannya? Apa dia juga akan mendapat hukuman? Tolong ceritakan lebih rinci Nyai! Kami butuh kejelasan agar tidak terjadi kesalahan di kemudian hari!” ujar Galuh meminta kepastian. Sejujurnya kedua prajurit itu belum sepenuhnya tahu kejadian yang sebenarnya. Mereka hanya mendengar sedikit dari abdi yang memanggilnya dan dari ucapan para warga yang sedang membicarakannya.“Ceritanya sederhana Kakang. Misah hamil dan melahirkan anaknya di saat Raden Wikrama menunaikan tugas dari istana. Saat itu suamiku tidak pulang selama lebih dari satu tahun. Ketika Raden Wikrama pulang, dia merasa kaget karena istri mudanya memiliki seorang anak padahal dia merasa belu

  • Nyai Selendang Wungu : Gadis Lugu Jadi Pemburu   Bab 49

    Nyi Sambi duduk di antara kerumunan warga yang sedang menunggu kejelasan berita yang tersebar. Berita tentang pengkhiatan istri kedua Raden Tumenggung membuat gempar seluruh warga Dusun Manis Jambe. Jika berita itu terbukti benar maka mereka bisa menyaksikan secara langsung hukuman yang akan dijatuhkan nantinya. Ini adalah kali ketiga seorang wanita dihukum karena melakukan pengkhianatan. Sebelumnya ada seorang wanita menjalani hukuman diasingkan ke hutan karena berselingkuh meskipun tuduhan itu belum terbukti benar. Tak lama setelah kejadian pertama warga dusun dibuat geger dengan kejadian kedua ketika seorang lelaki memergoki secara langsung istrinya tengah melakukan tindakan tidak senonoh dengan pria lain. Saat itu si suami yang tidak terima langsung membabat leher lelaki selingkuhan istrinya itu hingga tewas di tempat. Hati yang sedang panas dan pikiran yang kacau membuat lelaki itu melakukan hal gila. Tanpa belas kasihan ia mengarak istrinya berkeliling dalam keadaan telanjang bu

  • Nyai Selendang Wungu : Gadis Lugu Jadi Pemburu   Bab 48

    “Sudahlah Nduk! Jangan keras kepala! Saat ini yang terpenting adalah menyelamatkan hidupmu dan anakmu ini. Tidak peduli bagaimana caranya, turutilah usul Jalu Nduk!” sahut Nyi Darsan.“Mbok, bagaimana aku akan hidup nantinya jika di dahiku tertulis kata pengkhianat. Aku tidak sanggup menanggung omongan buruk orang lain Mbok!” jawab Misah. Hatinya sudah benar-benar beku. Kebencian dan rasa kecewa membuatnya tak kenal takut. Lagi pula dia sudah tidak punya siapa-siapa lagi. Hidup terasing di hutan atau hidup di sini sama saja baginya. Dia akan merasa kesepian.“Hidup di mana pun sama saja Mbok!” ucap Misah sendu. Matanya kembali mengembun.Jalu merasa sangat kesal dengan sikap Misah yang terlalu pasrah. Tapi dalam hati ia memahami semua pemikirannya. Memang benar bahwa ucapan buruk manusia lebih kejam dari serangan binatang buas mana pun.“Baiklah jika itu keputusanmu! Jangan menyesalinya Misah! Dasar kepala batu!” Jalu mengakhiri ucapannya dan bergegas angkat kaki dari kamar Misah. Tat

  • Nyai Selendang Wungu : Gadis Lugu Jadi Pemburu   Bab 47

    “Nduk cah ayuuuuuuu Misah!” dengan hati yang hancur Nyi Darsan berjalan cepat mendekati Misah kemudian memeluknya. Gadis itu tampak termangu, matanya membelalak gelap memandang lurus ke depan. Ia sedang berusaha menahan tangis yang tadi sempat mereda. Dengan lembut Nyi Darsan membelai punggung Misah. Ia bisa merasakan tubuh gadis itu dingin dan gemetar. Santi yang tadi sempat terbangun kini sudah tidur kembali. Nyi Darsan menggapai bayi itu saat akhirnya Misah tidak sanggup lagi menahan air matanya. Gadis itu menangis dengan suara tertahan. Perasaannya begitu terluka dan kecewa hingga kata apa pun tidak sanggup untuk menggambarkannya. “Misah! Kenapa kamu tidak mau berkata jujur! Kenapa kamu selalu memendam sendiri apa yang kamu rasakan Nduk! Seharusnya sejak awal kau ceritakan semua yang terjadi pada Simbok. Meskipun Simbok tidak bisa meringankan bebanmu, tapi setidaknya Simbok bisa membelamu di saat seperti tadi Nduk!” ujar Nyi Darsan panjang lebar. Wanita tua itu memandang Misah d

  • Nyai Selendang Wungu : Gadis Lugu Jadi Pemburu   Bab 46

    Suasana petang ini begitu mencekam, suara binatang malam mengiringi tangisan lirih Misah yang sedang mendekap Santi dalam pelukannya. Bayi mungil itu terbangun mendengar ribut-ribut di kamarnya yang sejak tadi belum juga selesai. Tampak Nyai Sri duduk di kursi kayu sedang Raden Wikrama masih membeku di pembaringan berhadapan dengan Misah.Para emban dan abdi yang sejak awal asyik menjadi penonton belum ingin beranjak dari tempatnya. Mereka saling berbisik mencoba menerka apa yang akan terjadi selanjutnya. Nyi Darsan yang merasa sangat cemas terus memanjatkan doa kepada Dewata demi keselamatan gadis lugu itu. Sedangkan Jalu yang sejak tadi duduk berjongkok tak henti mengobrak abrik rambut panjangnya karena merasa gelisah. Ia merasa cemas memikirkan nasib sahabatnya itu. Tuduhan yang dilontarkan oleh Raden Wikrama kepada Misah bukanlah tuduhan yang main-main. Misah bisa mendapatkan hukuman berat jika semua tuduhan itu terbukti benar. Dalam budayanya, secara tidak tertulis ada peraturan

  • Nyai Selendang Wungu : Gadis Lugu Jadi Pemburu   Bab 45

    Perlahan Raden Wikrama menyibak kelambu itu. Terlihat tubuh Misah yang menjadi lebih kurus dari sebelum ia meninggalkannya.“Kamu jadi lebih kurus Nduk, apa kamu sakit?” Misah tidak menjawab, Raden Wikrama mengalihkan padangannya pada bayi mungil di sampingnya. Bayi itu tampak tenang dengan tubuh yang terbungkus kain hingga terlihat seperti kepompong, “Bayi ini cantik sekali, siapa namanya?”“Apakah Raden senang melihat bayi ini?” ucap Misah dengan suara bergetar. Raden Wikrama terdiam, ia bingung harus menjawab apa.“Apakah ini yang Raden harapkan dariku!” cetus gadis itu.“Apa maksudmu Nduk? Katakan dengan jelas apa yang ingin kamu sampaikan! Bagaimana ini bisa terjadi?” tanya Raden Wikrama tanpa berbasa-basi lagi.“Kenapa Raden bertanya padaku! Bukankan ini yang Raden inginkan dariku!” seketika Misah bangkit dari posisinya. Ia menatap tajam Raden Wikrama yang berlaga bodoh dengan yang terjadi padanya. “Bukankah Raden tahu sendiri kejadiannya! Raden bohong padaku, Raden sudah mengin

  • Nyai Selendang Wungu : Gadis Lugu Jadi Pemburu   Bab 44

    “Apa kau bersungguh-sungguh Dek Sri, jangan menggodaku!” ucap Raden Wikrama seakan tak percaya. Wajahnya seketika memucat, ia mengalihkan pandangan mencoba menyembunyikan kekagetannya.“Kenapa Kang, aku tidak bohong. Untuk apa aku menggodamu, aku bersungguh-sungguh! Apa ada masalah Kakang?” pancing Nyai Sri. Ia mencoba mencari tahu apa yang ada di benak suaminya setelah mengetahui bahwa Misah juga telah melahirkan. Nyai Sri yakin suaminya sedang bingung dan berprasangka buruk terhadap gadis itu. Ia pasti berpikir bahwa anak yang lahir itu bukanlah darah dagingnya.“Kang?” seru Nyai Sri membuyarkan lamunan Raden Wikrama.“Eh, Iya Dek Sri,”“Kakang melamun?”“Tidak Dek Sri, aku cuma sedikit lelah!”“Ya sudah Kang, sebaiknya Kakang istirahat dulu! Aku akan menyuruh Nyi Darsan menyiapkan makanan,” Nyai Sri meraih Gandara dari gendongan suaminya, kemudian ia meletakkan tubuh mungil yang masih terlelap itu di atas pembaringan. Dengan lembut, Nyai Sri mengecup kening Raden Wikrama kemudian b

  • Nyai Selendang Wungu : Gadis Lugu Jadi Pemburu   Bab 43

    “Apa maksudmu Misah?” ucap Jalu pelan. Pemuda itu seketika kaget sekaligus takut mendengar ucapan Misah yang lumayan keras. Buru-buru ia berjalan mendekat kemudian memanjat teralis jendela kamar itu.“Apa maksudmu?” ulang Jalu berbisik. Ia takut ada orang lain yang mendengar pembicaraan mereka.“Aku bilang, aku benci pada suamiku Kang! Benci! Dia sudah melanggar janji,” ucap Misah dengan raut menahan amarah. Pemuda itu masih bingung dengan ucapan Misah, ia berencana melompat masuk ke kamar sebelum akhirnya urung dilakukan karena kedatangan Nyi Darsan yang tiba-tiba.“Le, Cah Bagus, kamu ngapain nangkring di jendela? Kamu tadi dicari Lek Parmin di belakang, cepat sana!” ujar Nyi Darsan. Jalu menarik kembali kakinya yang telah setengah jalan masuk ke dalam kamar.“Eh, Simbok,” ucap Jalu canggung. Pemuda itu mengurungkan niatnya untuk mencari tahu lebih dalam tentang apa yang sebenarnya dialami Misah. Ia memutuskan untuk memperjelasnya lain waktu. Dengan lincah Jalu turun dari jendela tem

DMCA.com Protection Status