Semua Bab Nyai Selendang Wungu : Gadis Lugu Jadi Pemburu: Bab 21 - Bab 30

51 Bab

Bab 21 Menghilang

Hujan deras dengan petir yang menyalak-nyalak sejak siang tadi kini telah berhenti, petang ini semakin syahdu dengan aroma tanah yang basah. Matahari sudah surut, digantikan remang-remang berbalut awan hitam yang tak mau pergi meski sudah memuntahkan semua isi tubuhnya. Suara jangkrik dan binatang malam mulai mendengung, pertanda bahwa hiruk pikuk raga yang sejak pagi berpeluh sudah waktunya untuk berhenti sejenak mengumpulkan tenaga untuk berkarya lagi esok hari.Kehebohan di rumah Raden Wanara yang sejak pagi memancing warga dusun untuk berkumpul kini sudah mulai sepi. Keingintahuan warga dusun dimulai ketika rombongan utusan Kerajaan Singapatih bertamu ke rumah Raden Wanara. Tidak biasanya utusan dari kerajaan datang berkunjung dalam waktu yang hampir berdekatan. Setelah tahu bahwa Sri Respati akan dipinang oleh Raden Wikrama Manggalayuda, warga dusun menjadi ikut heboh. Kabar yang tadinya hanya dibicarakan oleh tetangga dekat kini sudah menyebar ke seluruh penjuru dusun hanya dala
Baca selengkapnya

Bab 22 Keputusan Sulit

Hari mulai malam, namun Sri Respati tak kunjung ditemukan. Semua penghuni kediaman Raden Wanara sudah mengobrak-abrik seluruh penjuru rumah dan mencari di tempat biasanya Sri Respati berada. Tetapi gadis itu seperti hilang ditelan bumi. Nyai Larasati semakin cemas ketika suaminya pulang. Ia berusaha menutupi hilangnya Sri. Raden Wanara memang tidak langsung menyadari tentang apa yang terjadi di rumahnya. Ia baru sadar setelah mendengar bisik-bisik di antara para emban.“Nyi Genuk, apa yang sedang kalian bicarakan?” tanya Raden Wanara kepada dua embannya yang sedang berada di dapur.“Raden, eehhh- Raden sudah kembali?” jawab Nyi Genuk gugup.“Tadi kamu bilang belum menemukan Sri, memang anakku ke mana?”“Ampun Raden, hamba tidak tahu,” jawab emban yang bertubuh gemuk itu.“Tidak tahu bagaimana maksudnya?” desak Raden Wanara.“Hamba tidak berani menjawab Raden,”“Di mana istriku?”“Raden Putri ada di kamar Ndoro,”Tanpa menghiraukan embannya yang ketakutan, Raden Wanara menemui istrinya
Baca selengkapnya

Bab 23 Sri Respati Kembali

Sejak Sri Respati diketahui menghilang, seluruh penghuni kediaman Raden Wanara menjadi heboh. Kejadian ini lebih menghebohkan dibandingkan saat utusan Mahamentri Dwipanca datang membawa pinangan. Malam sudah sampai pertengahan. Para abdi sudah lelah mencari ke segala penjuru dusun, ke perbukitan hingga ke aliran sungai padas yang sedang pasang. Mereka berpikir mungkin saja Sri Respati sedang menenangkan diri di salah satu tempat itu. Bahkan para tetangga dekat ikut mencari keberadaan Sri, tapi semuanya kembali tanpa hasil, Sri Respati hilang bak ditelan bumi. Nyai Larasati sangat cemas, ia mulai berpikiran yang tidak-tidak. Wanita itu mengingat kembali pembicaraan terakhirnya dengan Sri. Mungkinkan Sri pergi menemui pemuda itu. Kenyataan bahwa anaknya sudah memiliki tambatan hati baru saja diketahuinya. Ia merasa bersalah karena tidak memperhatikan anak gadisnya sudah yang sudah tumbuh dewasa itu. Pinangan yang telah diterima tanpa persetujuan Sri, sudah pasti membuat anak gadisnya te
Baca selengkapnya

Bab 24 Kemurkaan Raden Wanara

“Nduk, dari mana saja kamu? Semua orang bingung mencarimu?” Nyai Larasati berjalan tergopoh-gopoh menghampiri anak gadisnya yang baru saja tiba. Sri Respati terlihat kuyu dengan penampilan yang berantakan, tidak seperti dirinya yang biasa. Gadis itu berjalan lesu di belakang Hasta yang menggandeng tangannya dengan erat. Tampang mereka berdua kini sudah sangat mirip seperti ternak yang menuju ke tempat penjagalan. Sri Respati tidak bereaksi ketika Nyai Larasati mengusap wajahnya yang kusut. Ia membeku seperti pohon yang tercabut dari akarnya. Seakan sudah pasrah dengan apa yang akan terjadi kepadanya nanti. Usahanya membujuk Hasta untuk mau kabur bersamanya gagal total. Ia malah mengajaknya kembali ke rumah orang tuanya. Sebenarnya Sri Respati tahu niat baik Hasta, tapi apa yang Hasta lakukan bukanlah seperti yang ia inginkan. Kekecewaan membuatnya seperti mati rasa, perasaan cintanya sudah pasti akan dipupus habis oleh ayahnya yang memiliki sifat tak mau ditentang.“Akhirnya kalian ke
Baca selengkapnya

Bab 25 Perpisahan dan Rahasia Yang Terungkap

“BARON! GARENG! Cepat kemari! Usir lelaki busuk ini dari hadapanku, aku muak melihatnya di sini! CEPATTTT!” teriakan Raden Wanara menggelegar memanggil abdinya. Mendengar teriakan itu, kedua abdi yang dipanggil bergegas menuju ruangan utama. Mereka berjalan membungkuk mendekati majikannya itu. Gareng tercengang melihat Hasta yang tampak menyedihkan, pemuda itu terlihat sedang menyeka darah yang keluar dari sudut bibirnya. Sedangkan Sri Respati menangis tersedu di pelukan ibunya.“Romo, jangan usir Kang Hasta. Aku mohon Romo, kami saling mencintai! Aku tidak peduli dengan derajat atau apa pun itu. Aku hanya ingin hidup bersama dengan orang yang aku cintai Romo!” ucap Sri Respati memohon.“Selama ini aku selalu memanjakanmu! Semua keinginanmu selalu aku turuti apa pun itu. Aku memberikanmu tempat tertinggi dengan semua harta yang aku miliki! Tapi sekarang kau mau menghianatiku Nduk! Jangan mimpi! Buang semua pikiran bodohmu itu! Aku tak akan membiarkanmu menghancurkan martabat keluarga
Baca selengkapnya

Bab 26 Masa Lalu Nyai Larasati, Jaya Wijaya dan Raden Wanara

“Memang akulah yang melakukannya, aku memang sangat menginginkanmu, dan kulakukan apa pun agar keinginanku itu tercapai! Akulah satu-satunya orang kejam di sini! AKU!” seru Raden Wanara membuka kembali cerita masa lalunya.“Dan kini kau juga akan melakukan hal yang sama kepada anakku? Kau akan melakukan apa pun demi memenuhi egomu! Belum puaskah kau membuatku menderita selama ini Kang!” teriak Nyai Larasati histeris.“Penderitaan apa yang kamu maksud? Apakah aku pernah menyakiti hatimu, apakah aku pernah mencari wanita lain meskipun tidak sedikit pun kamu memberikan perasaan cintamu kepadaku? Apakah aku pernah memperlakukanmu dengan kasar seberapa pun murkanya aku? Apakah aku pernah menolak keinginanmu? Jawab Diajeng! Jawab!” teriak Raden Wanara meluapkan penat di hatinya. Nyai Larasati membisu. Dalam hatinya ia membenarkan semua ucapan Raden Wanara. Meskipun ia telah memisahkannya dari lelaki yang ia cintai, tapi tak pernah sekali pun ia diperlakukan dengan buruk. Raden Wanara sangat
Baca selengkapnya

Bab 27 Perjalanan Sri Respati Menemui Jaya Wijaya

Sri Respati bersama Ki Mangun berangkat pada siang harinya. Nyai Larasati mempersiapkan salah satu kereta kuda milik Raden Wanara untuk digunakan Sri karena tempat tujuan mereka yang lumayan jauh. Mereka pergi tak lama setelah Raden Wanara menuju kotaraja untuk menyampaikan jawaban atas pinangan yang telah diterima.…Kereta kuda telah berjalan lumayan jauh meninggalkan Dusun Kembang Kuniran. Mereka sudah seperempat perjalanan dan kini sedang berada di jalan utama antar dusun. Kereta kuda berjalan pelan karena jalanan yang dilalui basah dan licin. Mungkin daerah ini didera hujan besar semalam. Roda kereta yang terbuat dari kayu itu bahkan sempat amblas di tanah yang berlumpur. Saat seperti inilah keahlian Ki Mangun dalam mengemudikan kereta kuda diperlihatkannya. Ki Mangun termasuk seorang sais yang sangat ahli. Ia sudah mahir mengemudikan kereta kuda sejak usia muda. Pengalamannya sudah tidak diragukan lagi. Apalagi dia adalah orang yang pintar mencari arah serta paham jalur-jalur ya
Baca selengkapnya

Bab 28 Bertemu Jaya Wijaya

Sri Respati membuka pintu kereta dan turun perlahan dibantu oleh Ki Mangun. “Menakutkan Ki,” ucap Sri Respati. Bulu kudunya seketika berdiri merasakan suasana hening bercampur mistik di tempat ini. Sri Respati menyapu pandangannya ke sekeliling. Baru kali ini ia menginjakkan kaki di tempat yang mampu membuat nyalinya langsung ciut. Entah hanya perasaan atau karena ketakutannya yang terlalu besar, Sri Respati seperti mencium aroma busuk sekaligus aroma kemenyan yang menusuk hidungnya. Tiba-tiba angin yang cukup kencang bertiup membuat dedaunan di sekeliling tempat itu bergerak ringan ke kiri dan ke kanan. Sontak Sri Respati mendekap lengan Ki Mangun. Lelaki paruh baya itu tersenyum geli melihat tingkah ndoro ayunya. Meskipun begitu ia tidak menampik bahwa suasana di tempat ini memang sangat berbeda. Dari luar gerbang hanya terlihat pepohonan yang rimbun, seperti tidak ada kehidupan di dalam sana. Apa mungkin Jaya Wijaya ayah Sri Respati tinggal di tempat seperti ini. Kalau memang benar
Baca selengkapnya

Bab 29 Ramalan Jaya Wijaya

“Romo, sepertinya Romo sudah mengetahui semua tentang diriku dan yang terjadi padaku, apa selama ini Romo mengawasiku?” pancing Sri Respati.“Heeemm, bukan aku yang mengawasimu Nduk cah ayu, tapi yang ada di atas sana, Sang Dewata!” jawab Ki Jaya Wijaya. Senyuman tipis tersungging di bibirnya.“Aku tidak paham Romo.”“Nduk, saat aku kehilangan ibumu dan harus minggat dari tempat kelahiranku, dunia ini seperti runtuh menimpa kepalaku. Aku terus berjalan tak tentu arah, hingga sampailah aku di tempat ini. Apa kamu tahu apa yang ingin aku lakukan di tempat ini dulu?” tanya Jaya Wijaya. Pandangannya tertuju pada Sri. Gadis itu menggeleng pelan ketika dilihatnya sang ayah seperti menunggu jawabannya.“Aku ingin mengakhiri hidupku di sini. Tapi setelah berdiam diri beberapa lama, aku malah mendapatkan ketenangan batin. Jiwa ragaku bersatu dengan alam dan membuatku semakin mendekatkan diri kepada Sang Hyang Widi Maha Pencipta. Akhirnya aku dapat melepaskan diri dari urusan duniwi. Aku sudah
Baca selengkapnya

Bab 30 Kehidupan Misah Setelah Menikah

Hampir dua belas purnama Misah menjadi bagian dari keluarga bangsawan karena diperistri oleh Raden Wikrama Manggalayuda. Ia tinggal di salah satu kamar di kediaman suami barunya itu. Kamar yang luas dengan segala perabotan lengkap di dalamnya. Pakaian bagus hingga perhiasan emas telah dimilikinya. Untuk mendapatkan apa yang dia butuhkan, Misah hanya perlu memintanya kepada para emban. Nyai Sri Gandawangi tak pernah memperlakukan dia dengan buruk. Wanita itu sebenarnya jarang sekali bertegur sapa dengan Misah sejak hari pernikahan. Ia lebih sering berada di dalam kamarnya dan kadang ia pergi untuk bertemu ibu dan ayahnya di Dusun Kembang Kuniran. Sedangkan Raden Wikrama Manggalayuda sangat sibuk dengan urusan-urusannya di istana. Prabu Sentanu meminta bantuannya untuk menyelesaikan beberapa masalah kerajaan. Sehingga ia sering pergi bolak balik ke kotaraja. Bahkan terkadang ia harus menginap di istana dalam waktu yang cukup lama. Seperti saat ini, sudah empat puluh hari Raden Wikrama t
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status