Share

Bab 21 Menghilang

Penulis: SariOmnivor
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Hujan deras dengan petir yang menyalak-nyalak sejak siang tadi kini telah berhenti, petang ini semakin syahdu dengan aroma tanah yang basah. Matahari sudah surut, digantikan remang-remang berbalut awan hitam yang tak mau pergi meski sudah memuntahkan semua isi tubuhnya. Suara jangkrik dan binatang malam mulai mendengung, pertanda bahwa hiruk pikuk raga yang sejak pagi berpeluh sudah waktunya untuk berhenti sejenak mengumpulkan tenaga untuk berkarya lagi esok hari.

Kehebohan di rumah Raden Wanara yang sejak pagi memancing warga dusun untuk berkumpul kini sudah mulai sepi. Keingintahuan warga dusun dimulai ketika rombongan utusan Kerajaan Singapatih bertamu ke rumah Raden Wanara. Tidak biasanya utusan dari kerajaan datang berkunjung dalam waktu yang hampir berdekatan. Setelah tahu bahwa Sri Respati akan dipinang oleh Raden Wikrama Manggalayuda, warga dusun menjadi ikut heboh. Kabar yang tadinya hanya dibicarakan oleh tetangga dekat kini sudah menyebar ke seluruh penjuru dusun hanya dala
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Nyai Selendang Wungu : Gadis Lugu Jadi Pemburu   Bab 22 Keputusan Sulit

    Hari mulai malam, namun Sri Respati tak kunjung ditemukan. Semua penghuni kediaman Raden Wanara sudah mengobrak-abrik seluruh penjuru rumah dan mencari di tempat biasanya Sri Respati berada. Tetapi gadis itu seperti hilang ditelan bumi. Nyai Larasati semakin cemas ketika suaminya pulang. Ia berusaha menutupi hilangnya Sri. Raden Wanara memang tidak langsung menyadari tentang apa yang terjadi di rumahnya. Ia baru sadar setelah mendengar bisik-bisik di antara para emban.“Nyi Genuk, apa yang sedang kalian bicarakan?” tanya Raden Wanara kepada dua embannya yang sedang berada di dapur.“Raden, eehhh- Raden sudah kembali?” jawab Nyi Genuk gugup.“Tadi kamu bilang belum menemukan Sri, memang anakku ke mana?”“Ampun Raden, hamba tidak tahu,” jawab emban yang bertubuh gemuk itu.“Tidak tahu bagaimana maksudnya?” desak Raden Wanara.“Hamba tidak berani menjawab Raden,”“Di mana istriku?”“Raden Putri ada di kamar Ndoro,”Tanpa menghiraukan embannya yang ketakutan, Raden Wanara menemui istrinya

  • Nyai Selendang Wungu : Gadis Lugu Jadi Pemburu   Bab 23 Sri Respati Kembali

    Sejak Sri Respati diketahui menghilang, seluruh penghuni kediaman Raden Wanara menjadi heboh. Kejadian ini lebih menghebohkan dibandingkan saat utusan Mahamentri Dwipanca datang membawa pinangan. Malam sudah sampai pertengahan. Para abdi sudah lelah mencari ke segala penjuru dusun, ke perbukitan hingga ke aliran sungai padas yang sedang pasang. Mereka berpikir mungkin saja Sri Respati sedang menenangkan diri di salah satu tempat itu. Bahkan para tetangga dekat ikut mencari keberadaan Sri, tapi semuanya kembali tanpa hasil, Sri Respati hilang bak ditelan bumi. Nyai Larasati sangat cemas, ia mulai berpikiran yang tidak-tidak. Wanita itu mengingat kembali pembicaraan terakhirnya dengan Sri. Mungkinkan Sri pergi menemui pemuda itu. Kenyataan bahwa anaknya sudah memiliki tambatan hati baru saja diketahuinya. Ia merasa bersalah karena tidak memperhatikan anak gadisnya sudah yang sudah tumbuh dewasa itu. Pinangan yang telah diterima tanpa persetujuan Sri, sudah pasti membuat anak gadisnya te

  • Nyai Selendang Wungu : Gadis Lugu Jadi Pemburu   Bab 24 Kemurkaan Raden Wanara

    “Nduk, dari mana saja kamu? Semua orang bingung mencarimu?” Nyai Larasati berjalan tergopoh-gopoh menghampiri anak gadisnya yang baru saja tiba. Sri Respati terlihat kuyu dengan penampilan yang berantakan, tidak seperti dirinya yang biasa. Gadis itu berjalan lesu di belakang Hasta yang menggandeng tangannya dengan erat. Tampang mereka berdua kini sudah sangat mirip seperti ternak yang menuju ke tempat penjagalan. Sri Respati tidak bereaksi ketika Nyai Larasati mengusap wajahnya yang kusut. Ia membeku seperti pohon yang tercabut dari akarnya. Seakan sudah pasrah dengan apa yang akan terjadi kepadanya nanti. Usahanya membujuk Hasta untuk mau kabur bersamanya gagal total. Ia malah mengajaknya kembali ke rumah orang tuanya. Sebenarnya Sri Respati tahu niat baik Hasta, tapi apa yang Hasta lakukan bukanlah seperti yang ia inginkan. Kekecewaan membuatnya seperti mati rasa, perasaan cintanya sudah pasti akan dipupus habis oleh ayahnya yang memiliki sifat tak mau ditentang.“Akhirnya kalian ke

  • Nyai Selendang Wungu : Gadis Lugu Jadi Pemburu   Bab 25 Perpisahan dan Rahasia Yang Terungkap

    “BARON! GARENG! Cepat kemari! Usir lelaki busuk ini dari hadapanku, aku muak melihatnya di sini! CEPATTTT!” teriakan Raden Wanara menggelegar memanggil abdinya. Mendengar teriakan itu, kedua abdi yang dipanggil bergegas menuju ruangan utama. Mereka berjalan membungkuk mendekati majikannya itu. Gareng tercengang melihat Hasta yang tampak menyedihkan, pemuda itu terlihat sedang menyeka darah yang keluar dari sudut bibirnya. Sedangkan Sri Respati menangis tersedu di pelukan ibunya.“Romo, jangan usir Kang Hasta. Aku mohon Romo, kami saling mencintai! Aku tidak peduli dengan derajat atau apa pun itu. Aku hanya ingin hidup bersama dengan orang yang aku cintai Romo!” ucap Sri Respati memohon.“Selama ini aku selalu memanjakanmu! Semua keinginanmu selalu aku turuti apa pun itu. Aku memberikanmu tempat tertinggi dengan semua harta yang aku miliki! Tapi sekarang kau mau menghianatiku Nduk! Jangan mimpi! Buang semua pikiran bodohmu itu! Aku tak akan membiarkanmu menghancurkan martabat keluarga

  • Nyai Selendang Wungu : Gadis Lugu Jadi Pemburu   Bab 26 Masa Lalu Nyai Larasati, Jaya Wijaya dan Raden Wanara

    “Memang akulah yang melakukannya, aku memang sangat menginginkanmu, dan kulakukan apa pun agar keinginanku itu tercapai! Akulah satu-satunya orang kejam di sini! AKU!” seru Raden Wanara membuka kembali cerita masa lalunya.“Dan kini kau juga akan melakukan hal yang sama kepada anakku? Kau akan melakukan apa pun demi memenuhi egomu! Belum puaskah kau membuatku menderita selama ini Kang!” teriak Nyai Larasati histeris.“Penderitaan apa yang kamu maksud? Apakah aku pernah menyakiti hatimu, apakah aku pernah mencari wanita lain meskipun tidak sedikit pun kamu memberikan perasaan cintamu kepadaku? Apakah aku pernah memperlakukanmu dengan kasar seberapa pun murkanya aku? Apakah aku pernah menolak keinginanmu? Jawab Diajeng! Jawab!” teriak Raden Wanara meluapkan penat di hatinya. Nyai Larasati membisu. Dalam hatinya ia membenarkan semua ucapan Raden Wanara. Meskipun ia telah memisahkannya dari lelaki yang ia cintai, tapi tak pernah sekali pun ia diperlakukan dengan buruk. Raden Wanara sangat

  • Nyai Selendang Wungu : Gadis Lugu Jadi Pemburu   Bab 27 Perjalanan Sri Respati Menemui Jaya Wijaya

    Sri Respati bersama Ki Mangun berangkat pada siang harinya. Nyai Larasati mempersiapkan salah satu kereta kuda milik Raden Wanara untuk digunakan Sri karena tempat tujuan mereka yang lumayan jauh. Mereka pergi tak lama setelah Raden Wanara menuju kotaraja untuk menyampaikan jawaban atas pinangan yang telah diterima.…Kereta kuda telah berjalan lumayan jauh meninggalkan Dusun Kembang Kuniran. Mereka sudah seperempat perjalanan dan kini sedang berada di jalan utama antar dusun. Kereta kuda berjalan pelan karena jalanan yang dilalui basah dan licin. Mungkin daerah ini didera hujan besar semalam. Roda kereta yang terbuat dari kayu itu bahkan sempat amblas di tanah yang berlumpur. Saat seperti inilah keahlian Ki Mangun dalam mengemudikan kereta kuda diperlihatkannya. Ki Mangun termasuk seorang sais yang sangat ahli. Ia sudah mahir mengemudikan kereta kuda sejak usia muda. Pengalamannya sudah tidak diragukan lagi. Apalagi dia adalah orang yang pintar mencari arah serta paham jalur-jalur ya

  • Nyai Selendang Wungu : Gadis Lugu Jadi Pemburu   Bab 28 Bertemu Jaya Wijaya

    Sri Respati membuka pintu kereta dan turun perlahan dibantu oleh Ki Mangun. “Menakutkan Ki,” ucap Sri Respati. Bulu kudunya seketika berdiri merasakan suasana hening bercampur mistik di tempat ini. Sri Respati menyapu pandangannya ke sekeliling. Baru kali ini ia menginjakkan kaki di tempat yang mampu membuat nyalinya langsung ciut. Entah hanya perasaan atau karena ketakutannya yang terlalu besar, Sri Respati seperti mencium aroma busuk sekaligus aroma kemenyan yang menusuk hidungnya. Tiba-tiba angin yang cukup kencang bertiup membuat dedaunan di sekeliling tempat itu bergerak ringan ke kiri dan ke kanan. Sontak Sri Respati mendekap lengan Ki Mangun. Lelaki paruh baya itu tersenyum geli melihat tingkah ndoro ayunya. Meskipun begitu ia tidak menampik bahwa suasana di tempat ini memang sangat berbeda. Dari luar gerbang hanya terlihat pepohonan yang rimbun, seperti tidak ada kehidupan di dalam sana. Apa mungkin Jaya Wijaya ayah Sri Respati tinggal di tempat seperti ini. Kalau memang benar

  • Nyai Selendang Wungu : Gadis Lugu Jadi Pemburu   Bab 29 Ramalan Jaya Wijaya

    “Romo, sepertinya Romo sudah mengetahui semua tentang diriku dan yang terjadi padaku, apa selama ini Romo mengawasiku?” pancing Sri Respati.“Heeemm, bukan aku yang mengawasimu Nduk cah ayu, tapi yang ada di atas sana, Sang Dewata!” jawab Ki Jaya Wijaya. Senyuman tipis tersungging di bibirnya.“Aku tidak paham Romo.”“Nduk, saat aku kehilangan ibumu dan harus minggat dari tempat kelahiranku, dunia ini seperti runtuh menimpa kepalaku. Aku terus berjalan tak tentu arah, hingga sampailah aku di tempat ini. Apa kamu tahu apa yang ingin aku lakukan di tempat ini dulu?” tanya Jaya Wijaya. Pandangannya tertuju pada Sri. Gadis itu menggeleng pelan ketika dilihatnya sang ayah seperti menunggu jawabannya.“Aku ingin mengakhiri hidupku di sini. Tapi setelah berdiam diri beberapa lama, aku malah mendapatkan ketenangan batin. Jiwa ragaku bersatu dengan alam dan membuatku semakin mendekatkan diri kepada Sang Hyang Widi Maha Pencipta. Akhirnya aku dapat melepaskan diri dari urusan duniwi. Aku sudah

Bab terbaru

  • Nyai Selendang Wungu : Gadis Lugu Jadi Pemburu   Bab 51

    “Misah! Tenanglah!” Raden Wikrama menahan tangan Misah yang tidak berhenti memukul dadanya. Ia bisa merasakan tangan kurus istrinya begitu dingin dan lemah. Digenggamnya tangan itu kuat-kuat. Misah mencoba meronta melepaskan diri, tapi tenaganya hanya sekuat ranting pohon kering yang dengan mudah dipatahkan. Raden Wikrama mencoba menenangkan Misah dan berusaha mendekapnya. Entah mengapa gadis itu tidak bisa menahan diri lagi dihadapan suaminya, ia terus meronta seperti orang kesetanan. Misah ingin sekali melubangi dada Raden Wikrama dan merobek tabir sandiwara yang sedang menyelubunginya. Tangis Misah semakin menjadi, ia menumpahkan segala kesedihannya di dada Raden Wikrama.“Hentikan sandiwaramu Raden! Hentikan! Sampai kapan kau akan terus berbohong!” ucap Misah disela amukannya.“Misah!” teriak Raden Wikrama. “Bicaralah baik-baik agar aku paham!” ujarnya gemas. Raden Wikrama kembali mencengkeram pundak Misah dan mengarahkan wajah gadis itu agar menatapnya. Misah tak sanggup melawan

  • Nyai Selendang Wungu : Gadis Lugu Jadi Pemburu   Bab 50

    “Misah akan diasingkan ke hutan Kang, dan kalianlah yang akan mengawalnya!” Rangga dan Galuh kembali saling pandang.“Bukankah gadis itu baru saja melahirkan? Bagaimana dengan bayinya?” cetus Galuh.“Anak haram itu akan ikut bersama ibunya!” jawab Nyai Sri dingin.“Apakah perselingkuhan ini sudah terbukti? Bagaimana dengan lelaki selingkuhannya? Apa dia juga akan mendapat hukuman? Tolong ceritakan lebih rinci Nyai! Kami butuh kejelasan agar tidak terjadi kesalahan di kemudian hari!” ujar Galuh meminta kepastian. Sejujurnya kedua prajurit itu belum sepenuhnya tahu kejadian yang sebenarnya. Mereka hanya mendengar sedikit dari abdi yang memanggilnya dan dari ucapan para warga yang sedang membicarakannya.“Ceritanya sederhana Kakang. Misah hamil dan melahirkan anaknya di saat Raden Wikrama menunaikan tugas dari istana. Saat itu suamiku tidak pulang selama lebih dari satu tahun. Ketika Raden Wikrama pulang, dia merasa kaget karena istri mudanya memiliki seorang anak padahal dia merasa belu

  • Nyai Selendang Wungu : Gadis Lugu Jadi Pemburu   Bab 49

    Nyi Sambi duduk di antara kerumunan warga yang sedang menunggu kejelasan berita yang tersebar. Berita tentang pengkhiatan istri kedua Raden Tumenggung membuat gempar seluruh warga Dusun Manis Jambe. Jika berita itu terbukti benar maka mereka bisa menyaksikan secara langsung hukuman yang akan dijatuhkan nantinya. Ini adalah kali ketiga seorang wanita dihukum karena melakukan pengkhianatan. Sebelumnya ada seorang wanita menjalani hukuman diasingkan ke hutan karena berselingkuh meskipun tuduhan itu belum terbukti benar. Tak lama setelah kejadian pertama warga dusun dibuat geger dengan kejadian kedua ketika seorang lelaki memergoki secara langsung istrinya tengah melakukan tindakan tidak senonoh dengan pria lain. Saat itu si suami yang tidak terima langsung membabat leher lelaki selingkuhan istrinya itu hingga tewas di tempat. Hati yang sedang panas dan pikiran yang kacau membuat lelaki itu melakukan hal gila. Tanpa belas kasihan ia mengarak istrinya berkeliling dalam keadaan telanjang bu

  • Nyai Selendang Wungu : Gadis Lugu Jadi Pemburu   Bab 48

    “Sudahlah Nduk! Jangan keras kepala! Saat ini yang terpenting adalah menyelamatkan hidupmu dan anakmu ini. Tidak peduli bagaimana caranya, turutilah usul Jalu Nduk!” sahut Nyi Darsan.“Mbok, bagaimana aku akan hidup nantinya jika di dahiku tertulis kata pengkhianat. Aku tidak sanggup menanggung omongan buruk orang lain Mbok!” jawab Misah. Hatinya sudah benar-benar beku. Kebencian dan rasa kecewa membuatnya tak kenal takut. Lagi pula dia sudah tidak punya siapa-siapa lagi. Hidup terasing di hutan atau hidup di sini sama saja baginya. Dia akan merasa kesepian.“Hidup di mana pun sama saja Mbok!” ucap Misah sendu. Matanya kembali mengembun.Jalu merasa sangat kesal dengan sikap Misah yang terlalu pasrah. Tapi dalam hati ia memahami semua pemikirannya. Memang benar bahwa ucapan buruk manusia lebih kejam dari serangan binatang buas mana pun.“Baiklah jika itu keputusanmu! Jangan menyesalinya Misah! Dasar kepala batu!” Jalu mengakhiri ucapannya dan bergegas angkat kaki dari kamar Misah. Tat

  • Nyai Selendang Wungu : Gadis Lugu Jadi Pemburu   Bab 47

    “Nduk cah ayuuuuuuu Misah!” dengan hati yang hancur Nyi Darsan berjalan cepat mendekati Misah kemudian memeluknya. Gadis itu tampak termangu, matanya membelalak gelap memandang lurus ke depan. Ia sedang berusaha menahan tangis yang tadi sempat mereda. Dengan lembut Nyi Darsan membelai punggung Misah. Ia bisa merasakan tubuh gadis itu dingin dan gemetar. Santi yang tadi sempat terbangun kini sudah tidur kembali. Nyi Darsan menggapai bayi itu saat akhirnya Misah tidak sanggup lagi menahan air matanya. Gadis itu menangis dengan suara tertahan. Perasaannya begitu terluka dan kecewa hingga kata apa pun tidak sanggup untuk menggambarkannya. “Misah! Kenapa kamu tidak mau berkata jujur! Kenapa kamu selalu memendam sendiri apa yang kamu rasakan Nduk! Seharusnya sejak awal kau ceritakan semua yang terjadi pada Simbok. Meskipun Simbok tidak bisa meringankan bebanmu, tapi setidaknya Simbok bisa membelamu di saat seperti tadi Nduk!” ujar Nyi Darsan panjang lebar. Wanita tua itu memandang Misah d

  • Nyai Selendang Wungu : Gadis Lugu Jadi Pemburu   Bab 46

    Suasana petang ini begitu mencekam, suara binatang malam mengiringi tangisan lirih Misah yang sedang mendekap Santi dalam pelukannya. Bayi mungil itu terbangun mendengar ribut-ribut di kamarnya yang sejak tadi belum juga selesai. Tampak Nyai Sri duduk di kursi kayu sedang Raden Wikrama masih membeku di pembaringan berhadapan dengan Misah.Para emban dan abdi yang sejak awal asyik menjadi penonton belum ingin beranjak dari tempatnya. Mereka saling berbisik mencoba menerka apa yang akan terjadi selanjutnya. Nyi Darsan yang merasa sangat cemas terus memanjatkan doa kepada Dewata demi keselamatan gadis lugu itu. Sedangkan Jalu yang sejak tadi duduk berjongkok tak henti mengobrak abrik rambut panjangnya karena merasa gelisah. Ia merasa cemas memikirkan nasib sahabatnya itu. Tuduhan yang dilontarkan oleh Raden Wikrama kepada Misah bukanlah tuduhan yang main-main. Misah bisa mendapatkan hukuman berat jika semua tuduhan itu terbukti benar. Dalam budayanya, secara tidak tertulis ada peraturan

  • Nyai Selendang Wungu : Gadis Lugu Jadi Pemburu   Bab 45

    Perlahan Raden Wikrama menyibak kelambu itu. Terlihat tubuh Misah yang menjadi lebih kurus dari sebelum ia meninggalkannya.“Kamu jadi lebih kurus Nduk, apa kamu sakit?” Misah tidak menjawab, Raden Wikrama mengalihkan padangannya pada bayi mungil di sampingnya. Bayi itu tampak tenang dengan tubuh yang terbungkus kain hingga terlihat seperti kepompong, “Bayi ini cantik sekali, siapa namanya?”“Apakah Raden senang melihat bayi ini?” ucap Misah dengan suara bergetar. Raden Wikrama terdiam, ia bingung harus menjawab apa.“Apakah ini yang Raden harapkan dariku!” cetus gadis itu.“Apa maksudmu Nduk? Katakan dengan jelas apa yang ingin kamu sampaikan! Bagaimana ini bisa terjadi?” tanya Raden Wikrama tanpa berbasa-basi lagi.“Kenapa Raden bertanya padaku! Bukankan ini yang Raden inginkan dariku!” seketika Misah bangkit dari posisinya. Ia menatap tajam Raden Wikrama yang berlaga bodoh dengan yang terjadi padanya. “Bukankah Raden tahu sendiri kejadiannya! Raden bohong padaku, Raden sudah mengin

  • Nyai Selendang Wungu : Gadis Lugu Jadi Pemburu   Bab 44

    “Apa kau bersungguh-sungguh Dek Sri, jangan menggodaku!” ucap Raden Wikrama seakan tak percaya. Wajahnya seketika memucat, ia mengalihkan pandangan mencoba menyembunyikan kekagetannya.“Kenapa Kang, aku tidak bohong. Untuk apa aku menggodamu, aku bersungguh-sungguh! Apa ada masalah Kakang?” pancing Nyai Sri. Ia mencoba mencari tahu apa yang ada di benak suaminya setelah mengetahui bahwa Misah juga telah melahirkan. Nyai Sri yakin suaminya sedang bingung dan berprasangka buruk terhadap gadis itu. Ia pasti berpikir bahwa anak yang lahir itu bukanlah darah dagingnya.“Kang?” seru Nyai Sri membuyarkan lamunan Raden Wikrama.“Eh, Iya Dek Sri,”“Kakang melamun?”“Tidak Dek Sri, aku cuma sedikit lelah!”“Ya sudah Kang, sebaiknya Kakang istirahat dulu! Aku akan menyuruh Nyi Darsan menyiapkan makanan,” Nyai Sri meraih Gandara dari gendongan suaminya, kemudian ia meletakkan tubuh mungil yang masih terlelap itu di atas pembaringan. Dengan lembut, Nyai Sri mengecup kening Raden Wikrama kemudian b

  • Nyai Selendang Wungu : Gadis Lugu Jadi Pemburu   Bab 43

    “Apa maksudmu Misah?” ucap Jalu pelan. Pemuda itu seketika kaget sekaligus takut mendengar ucapan Misah yang lumayan keras. Buru-buru ia berjalan mendekat kemudian memanjat teralis jendela kamar itu.“Apa maksudmu?” ulang Jalu berbisik. Ia takut ada orang lain yang mendengar pembicaraan mereka.“Aku bilang, aku benci pada suamiku Kang! Benci! Dia sudah melanggar janji,” ucap Misah dengan raut menahan amarah. Pemuda itu masih bingung dengan ucapan Misah, ia berencana melompat masuk ke kamar sebelum akhirnya urung dilakukan karena kedatangan Nyi Darsan yang tiba-tiba.“Le, Cah Bagus, kamu ngapain nangkring di jendela? Kamu tadi dicari Lek Parmin di belakang, cepat sana!” ujar Nyi Darsan. Jalu menarik kembali kakinya yang telah setengah jalan masuk ke dalam kamar.“Eh, Simbok,” ucap Jalu canggung. Pemuda itu mengurungkan niatnya untuk mencari tahu lebih dalam tentang apa yang sebenarnya dialami Misah. Ia memutuskan untuk memperjelasnya lain waktu. Dengan lincah Jalu turun dari jendela tem

DMCA.com Protection Status