All Chapters of Nyai Selendang Wungu : Gadis Lugu Jadi Pemburu: Chapter 11 - Chapter 20

51 Chapters

Bab 11 Akhirnya Menikah

Di ruang utama kediaman Raden Wikrama yang luas kini sudah dipenuhi oleh barang-barang yang nanti akan digunakan dalam ritual. Berbagai macam jenis makanan ringan, nasi tumpeng, ayam ingkung hingga beberapa masakan yang telah siap disimpan di ruangan itu. Wangi bunga tujuh rupa dan kemenyan yang belum dibakar menyeruak di seluruh penjuru ruangan. Di antara semua barang yang tertata acak itu ada sebuah kursi panjang yang terbuat dari kayu jati dengan ukiran naga di sandarannya. Di kursi itu Nyai Sri Gandawangi duduk termenung sendirian. Kebaya hitam dan kain jarik yang dipakainya tampak mewah karena dipadu dengan kalung emas berbentuk ukiran yang cukup lebar, di bagian dada juga tersemat perhiasan berbetuk bulat berhias batu permata hijau di tengahnya. Nyai Sri sepertinya sudah siap menjalankan tugasnya sebagai istri pertama dan kini sedang menunggu untuk mempersiapkan suaminya menuju acara ritual sakral pernikahan. Raden Wikrama yang berjalan dari arah dapur kaget mengetahui istrinya
Read more

Bab 12 Sri Respati Gandawangi

Purnama di malam hari yang gelap memancarkan sinar yang anggun di setiap kemunculannya. Purnama merasuk ke dalam jiwa yang sedang gundah gulanah, menambah sendu ketika purnama itu hanya terdiam membisu. Purnama memberikan ruang bagi insan yang sedang jatuh cinta, memandang purnama yang bersinar temaram bagaikan semesta merestui ikatan cinta yang sedang membara. Pun bagi manusia-manusia yang haus akan jati diri, purnama menyempurnakan kekuatan bagi yang ingin kekal abadi. Tapi purnama tak selalu sempurna, malam ini purnama tersenyum malu-malu. Ia berlindung di balik selimut awan yang gelap, sinarnya menyembul tipis merasuki pohon-pohon gagah yang berdiri kokoh. Di bawah pohon belimbing rindang dengan ranum buahnya para gadis-gadis bermain dan bersenda gurau. Malam bulan purnama memberikan mereka keleluasaan untuk tak segera memejamkan mata. Malam bulan purnama menjadi malam yang dinantikan, para orang tua membiarkan anak mereka berada di luar rumah lebih lama dari biasanya. Sekedar unt
Read more

Bab 13 Raden Wikrama dan Lamaran Kepada Sri Respati

Pagi datang dengan balutan sinar mentari yang cerah menyilaukan. Rombongan dari istana kerajaan telah sampai dengan selamat di Dusun Kembang Kuniran. Seperti biasa mereka akan membeli seluruh hasil bumi dan ternak milik penduduk lalu menjualnya kembali di ibukota. Rombongan ini biasanya datang setiap satu purnama. Hasil bumi dan ternak dari dusun ini sudah terkenal karena kualitasnya yang bagus, maka pihak istana tidak segan untuk membeli semuanya dengan harga yang tinggi. Karena nantinya barang-barang ini akan dijual lagi dengan harga lebih tinggi. Para bangsawan yang berduit tidak pernah mempermasalahkan harga barang yang mereka inginkan asalkan bisa memenuhi standar gengsinya di pergaulan kalangan atas. Ada yang berbeda dari utusan kali ini karena dipimpin langsung oleh putra Mahamentri Dwipanca yang bernama Raden Wikrama Manggalayuda. Raden Wikrama adalah seorang pemuda tampan berkulit bersih dan cerah, ia memiliki kumis tipis di wajahnya. Rambut panjangnya digelung rapi dan diik
Read more

Bab 14 Kisah Pertemuan Sri Respati dan Hasta

Cuaca sudah terasa terik di Dusun Kembang Kuniran meskipun matahari baru naik sepenggalan. Seperti biasa untuk mandi dan mencuci, para penduduk dusun ini harus pergi ke sungai padas yang berada di bawah bukit. Sungai padas adalah sungai yang cukup luas bermata air jernih dengan arus yang tidak terlalu deras. Sungai ini merupakan muara dari hulu sungai yang berada di lereng pegunungan atas. Penduduk menyebut sungai ini sungai padas karena di sepanjang aliran sungai dipenuhi oleh batuan kali yang lumayan besar. Sri Respati dan beberapa temannya sudah berada di sungai sejak pagi karena mereka berencana untuk mengoleskan lulur sebelum mandi. Gadis itu sangat telaten merawat diri. Kebiasaan merawat diri ia peroleh dari ibunya. Nyai Larasati memiliki resep berbagai macam lulur dan jamu-jamuan yang diwarisinya secara turun temurun. Tak heran bahwa di usianya yang tidak lagi muda, Nyai Larasati masih terlihat cantik walaupun pada dasarnya ia memang seorang wanita yang sangat cantik. Sri Respa
Read more

Bab 15 Hasta

Suara orang-orang yang berbincang membangunkan tidur si pemuda. Ia membuka mata dan merasakan tubuhnya sudah segar kembali. Perut kenyang dan sedikit istirahat mengembalikan staminanya. Dilihatnya sekitar tampak kedai itu mulai ramai. Mungkin karena masakan di kedai ini terasa cocok di lidah banyak orang. Pemuda itu menghabiskan air putihnya yang masih tersisa. Terdengar olehnya seorang lelaki paruh baya berkata bahwa rumah Raden Wanara sedang butuh pekerja, ternak-ternaknya semakin banyak tapi kekurangan orang untuk mengurusnya. Pemuda itu tak menyia-nyiakan kesempatan, didekatinya lelaki yang berkata tadi dan ditanyakannya apakah ia bisa melamar untuk menjadi abdi di rumah Raden Wanara menjadi pengurus ternak-ternaknya itu. Dengan senyuman lelaki paruh baya itu berkata bahwa itu sangat mungkin, pemuda dengan tubuh bagus seperti dirinya pasti dibutuhkan di rumah Raden Wanara, dan sebaiknya ia segera ke sana dan mengutarakan keinginannya itu. Setelah tahu di mana kediaman Raden Wanara
Read more

Bab 16 Cinta Sri Respati

Dengan tangannya yang gempal Bagong menempeleng kepala salah satu dari mereka. Pemuda yang terkena tempeleng itu seketika kaget dan langsung terhenyak dari posisinya diikuti oleh pemuda-pemuda yang lain.“Weh-weh, semprul! Kalian pada ngapain di sini!” bentak Bagong berkacak pinggang. Para pemuda yang merasa terganggu itu mulai bereaksi, mereka menatap tajam kepada Bagong dan Hasta. Salah seorang pemuda yang berwajah sangar bahkan melangkah maju dan memperlihatkan kepalan tinjunya menantang.“Siapa kau berani ikut campur urusanku! Pergi kalian!” seru pemuda sangar itu. Ia mulai mendorong tubuh gempal bagong dan mencoba mengusirnya. Tubuh Bagong tidak bergeming, ia malah balik menantang pemuda itu untuk beradu kekuatan.“Hei-hei, sabar-sabar, kalian jangan terbawa emosi! Sebenarnya mengapa kalian berada di sini!” Hasta mencoba menengahi, ia tidak ingin terjadi keributan.“Apa yang kulakukan di sini tidak ada urusannya denganmu, sebaiknya kalian pergi sebelum aku injak kalian seperti se
Read more

Bab 17 Kejadian

Malam ini Hasta tidak bisa tidur dengan tenang. Pandangan dan senyuman manis Sri Respati sore tadi tak bisa menghilang dari pikirannya. Di atas dipan kayu berselimut kain tipis, Hasta bolak balik memperbaiki posisi tidurnya yang tidak nyaman. Dilihatnya para abdi yang lain sudah tertidur lelap. Bagong yang rebah di sampingnya juga sudah nyaman telentang tanpa selimut dengan perut yang dibiarkannya berbaur dengan dinginnya udara malam. Dengan langkah pelan hampir tanpa suara, Hasta keluar dari kamarnya. Di luar kamar suasana begitu sunyi dan tenang. Udara malam yang dingin menusuk kulitnya yang hanya berbalut kain tipis. Nyala obor di halaman tampak bergoyang mengikuti arah angin yang meniupnya. Malam memang sudah sangat larut, sebenarnya Hasta juga sudah sangat lelah karena pekerjaanya. Tapi sekuat apa pun ia mencoba memejamkan mata, wajah anak gadis Raden Wanara yang cantik jelita selalu muncul di kelopak matanya.Musim kemarau sudah hampir berakhir, di langit tak tampak bintang-bint
Read more

Bab 18 Hampir Lupa Diri

Hasta merasakan bibirnya sedang menari dengan lihainya seakan dia adalah seorang pemain yang handal. Suasana yang remang dan sunyi membuat darah mereka berdua semakin mendidih. Tanpa sadar jari-jemari Sri Respati mencengkeram tengkuk Hasta dengan erat. Deru nafas memacu seakan mereka sedang berkejaran di sebuah padang antah-berantah. Sri Respati menikmati gairah yang selama ini ia idam-idamkan. Ia meladeni setiap sentuhan yang ia terima. Beberapa saat berlalu, hampir saja Hasta lupa diri. Ia hampir saja menjamah anak gadis tuannya yang seharusnya ia lindungi. Matanya yang sempat terpejam kini terbuka lebar, bola matanya membelalak hampir saja terlepas menyadari bibirnya sedang berbuat kurang ajar kepada anak majikannya itu. Bubu-buru ia melepaskan bibirnya dari Sri Respati yang terbaring di bawahnya. Pemuda itu spontan bangkit dari tempatnya. Ia memutar tubuhnya berharap apa yang baru saja terjadi hanyalah mimpi. Hasta menyentuh bibirnya yang basah, kemudian menjambak rambutnya sendir
Read more

Bab 19 Ungkapan Cinta Sri

“Kang, sedang istirahat?” sapa Sri Respati lembut.“Iya Den Ayu, ada yang bisa kami bantu? Kenapa ndak bilang saja sama Nyi Genuk kalo Den Ayu butuh bantuan. Kami bisa langsung ke sana menemui Den Ayu. Janganlah Den Ayu jauh-jauh datang ke sini, panas Den,” ucap Bagong sopan.“Nggak masalah Kang, tadi aku dari sungai, sekalian ke sini ada perlu sebentar dengan Kang Hasta,” jawab Sri Respati. Gadis itu terlihat malu-malu saat mengajak Hasta berbicara. Sri Respati mengarahkan Hasta untuk mengikuti langkahnya. Mereka menuju tempat yang agak jauh dari Bagong. Pemuda itu menuruti perintah anak majikannya itu. Ia berjalan kikuk mengikuti Sri di belakang. Jantungnya tidak berhenti berdetak kencang, apalagi saat sesekali ia melirik pundak Sri Respati yang bergerak mengikuti laju langkahnya.Bagong terlihat takjub dan tidak percaya dengan kejadian yang dilihatnya. Ia merasa aneh ketika melihat tatapan Hasta dan Sri Respati ketika bertemu pandang. Ada binar-binar cahaya yang memercik dari mata
Read more

Bab 20 Akhirnya Lupa Diri

“Baiklah, baiklah Den Ayu, baiklah, hamba menyerah,” ucap Hasta gemas menanggapi rengekan manja Sri Respati.“Ayo panggil namaku Kang! Panggil dengan penuh cinta!” ujar Sri menggoda.“Raden Ayu Sri Respati Gandawangi, wanita tercantik di seluruh jagat raya!” ucap Hasta mantap. Pemuda itu menatap gadis di depannya tanpa berkedip. Tampak jelas rona kebahagiaan di wajah Sri. Tanpa basa basi lagi, Sri Respati memeluk Hasta dengan erat. Ia tak ingin melepaskannya, begitu besar perasaan yang ia rasakan. “Terima kasih Kang,” bisik Sri di telinga Hasta. Pemuda itu merasakan darah mengucur deras ke otaknya. Tubuh kekarnya memanas, ia ingin sekali membalas pelukan Sri. Tapi jiwanya berontak. Ia harus tahu diri, seorang yang memiliki derajat rendah seperti dirinya tidak pantas menggapai bulan di langit. Akhirnya Hasta hanya bisa diam, menikmati perlakuan istimewa yang harusnya mustahil ia dapatkan. Meskipun ia sangat bahagia, tapi ada sekelumit perasaan takut. Takut jika harus kehilangan di saat
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status