Semua Bab Ketika Suami Mendua, Majikanku Menginginkan Cinta: Bab 71 - Bab 80

118 Bab

Bab 71. Surprise

"Maaf, Ryan. Sepertinya kami tidak bisa."Seperti yang kukatakan tadi, aku tak bisa menerima ajakan Ryan itu. "Oke."Kata itu yang dipilih Ryan, sebelum akhirnya mengakhiri obrolan melalui sambungan telepon ini. Memasukkan ponsel ke kantung baju, dan kini beralih pada Ais, yang cemberut. Gadis kecil itu duduk lagi di meja makan, menaruh kepalanya di meja. Dia tak protes, tetapi tentu saja aku mengerti dengan gerak geriknya itu."Ais marah?" tanyaku lembut sambil mengusap pucuk kepalanya.Dia menggeleng, tapi matanya tak menatap mataku. Bibirnya pun nampak masih mengerucut. "Ais mau lihat hewan di kebun binatang hari ini?" Kuulas senyum terbaik dan tetap bertanya dengan lembut.Putriku itu mengangkat kepalanya. " Ais mau banget Bu. Ais pingin naik gajah." Masih kulihat raut kesedihan disana. Tapi memang itu adalah harapan besarnya. "Ayo berangkat." Ais melongo mendengar ucapanku tadi. "Berangkat? Bukannya tadi ibu tidak mau saat diajak Om Ryan?" Nah benar bukan? Pikiran Ais past
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-10
Baca selengkapnya

Bab 72. Gara-gara Nisa

"Ya ampun, Asep!" Bu Rika menepuk jidatnya sambil berteriak. "Ini sudah jam berapa? Kenapa kamu masih tidur saja!"Wanita setengah baya yang baru saja pulang dari bersih bersih rumah tetangga itu, kini berkacak pinggang. "Asep! Bangun!"Ditarik kerudung yang dia pakai lalu dipukul pukulkan pada tubuh putranya yang dari tadi masih molor di kursi ruang tamu."Bangun nggak kamu, Sep! Atau ibu siram kamu pakai seember Air!" Suara perempuan itu makin melengking saja."Duh, Ibu ... ganggu orang tidur saja." Badan Asep menggeliat seperti ulat, pria yang wajahnya tampak makin kusut itu, mencoba meregangkan ototnya. "Masih pagi kok sudah teriak teriak."Bu Rika mendengus kasar, perkataan anaknya itu, sepertinya malah membuat dia semakin murka saja."Masih pagi kamu bilang?" Bu Rika menarik dagu Asep agar menoleh ke arah jam dinding. "Buka mata kamu lebat lebar, ini sudah jam dua belas siang!"Asep mengerjap ngerjapkan matanya dan menguceknya karena terasa masih berat. "Hah, iya. Sudah jam dua
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-12
Baca selengkapnya

Bab 73. Surat Gugatan Cerai

"Iya kan, jika dia nggak pulang cepat. Kita masih punya banyak uang dan bisa hidup enak lagi!" Bu Rika telah kembali seperti semula. Mengolok sang menantu, adalah hal yang menyenangkan. Tok tok tok Tiba tiba saja pintu yang terbuka itu diketuk oleh petugas dari kantor pos."Pak Asep, ada surat untuk Anda."Kedua manusia itu pun langsung menoleh ke arah sumber suara."Surat, surat dari siapa ya Pak?" Asep langsung berdiri sembari merapikan rambutnya yang semrawut. Si pak pos malah langsung tersenyum menunjukkan giginya yang tidak Rata. "Surat panggilan cinta, Pak." Surat dengan amplop coklat kecil memanjang itu pun diberikan fan diterima oleh Asep. "Hah, surat cinta?"Si pak pos langsung pergi. Sementara Asep langsung membaca pengirim yang tertera di amplop. "Kurang ajar!" Spontan Asep mengumpat dengan raut wajah yang sudah penuh emosi. Pria itu pun menjatuhkan bobot tubuhnya dengan kasar kembali ke sofa. Bu Rika yang sejak tadi memperhatikan, tentu sangat penasaran. "Surat dari s
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-13
Baca selengkapnya

Bab 74. Saling Menyalahkan

"Kalau sudah begini, kita harus gimana, Sep? Pokoknya ibu nggak mau tahu ya, kamu harus bisa membuat Nisa membatalkan gugatan ce----""Diam!"Asep yang begitu frustasi, membentak sang ibu dengan lantang. "Ibu bisa diam nggak sih, capek aku dengarnya!" Ditatapnya lekat sang ibu dengan mata bulat sempurna.Demi mendengar hardikan dari anaknya yang begitu keras, Bu Rika langsung memegang dadanya. "K-kamu membentak ibu, Sep?" Suara perempuan itu terdengar bergetar. Memang, ini adalah untuk pertama kalinya, saat tidak dalam keadaan mabuk, Asep membentak sang ibu. Karena memang sejak dulu, dia dikenal sebagai seorang anak yang penurut, lebih tepatnya anak mama. Yang akan selalu memakan mentah mentah apa yang diucapkan oleh sang ibu, tanpa menelaah dulu lebih lanjut. Ini terbukti sekali dalam hubungan rumah tangganya bersama dengan Nisa.Asep mendengus kasar dan kemudian mengalihkan pandangan. Tanpa berkata sepatah pun."Kamu berani membentak ibu, hanya karena si Nisa ini?" Bu Rika kembali
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-14
Baca selengkapnya

Bab 75. Jangan Salah Pilih

"Hidup itu nggak hanya makan cinta, Sep. Tapi uang! Kita itu butuh uang! Apa lagi kamu sekarang kan punya dua anak. Kalau memang memang mau mendekati Nisa lagi, jangan pakai hati, tapi kamu harus pintar memanfaatkan dia lagi."Ibu macam apa yang menyuruh anaknya melakukan hal yang buruk seperti ini?Bukankah seharusnya seorang ibu itu menjadi pendidik yang baik untuk anak anaknya. Ketika sang anak melakukan hal yang salah, ibu tentu harus mengingatkan dan menunjukan mana hal yang benar. Tapi ini apa?Bukannya menyuruh Asep untuk mencari pekerjaan agar bisa menyokong ekonomi keluarga, tetapi malah disuruh merampok ke Nisa lagi. Dasar!Asep mendengus kasar dan kembali menatap sang ibu."Sudah, Bu. Mulai sekarang, ibu nggak usah ngatur ngatur hidup Asep lagi." Surat cerai itu, sepertinya telah membuat Asep sedikit berubah pikiran. "Asep ingin benar benar berubah. Menjadi seorang suami yang baik untuk Nisa, dan ayah yang baik untuk Ais. Aku ingin memperbaiki Semuanya, Bu. Sudah cukup sela
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-15
Baca selengkapnya

Bab 76. Teman Lama

"Terima kasih banyak, Pak." Dengan wajah yang terlihat puas dan dengan senyuman yang berkembang, Nisa akan segera mengakhiri obrolan melalui sambungan telepon itu."Tentu, saya akan lakukan sebaik mungkin." "Pokoknya saya juga masih terus butuh bantuan dari Pak Hendra. Semoga segera menghasilkan keputusan yang baik.Telepon akhirnya diakhiri.Nisa memejamkan matanya untuk beberapa saat."Akhirnya ... mudahkanlah segalanya ya Allah."Ternyata yang menelepon tadi adalah Pak Hendra, pengacara yang disewa oleh Nisa untuk mengurus perceraiannya. Hendra adalah pengacara yang sudah punya nama di kota ini. Saat pulang kampung dan mendengar cerita dari Bu Endang, dulu, Nisa pun langsung saat itu juga menelpon si pengacara. Banyak bukti yang dikumpulkan, tentu akan sangat memudahkan jalannya untuk berpisah dengan Asep. Kabar jika sidang pertama untuk kasus perceraian itu, sudah membuat Nisa amat senang."Mudahkanlah ya Allah. Tolong undangan." Masih sambil memejamkan mata sesaat, Nisa berdo
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-16
Baca selengkapnya

Bab 77. Cemburu?

"Ehemm."Si sopir sekaligus assisten pribadi Ryan, Dio, berdehem ketika sejak beberapa saat yang lalu, menengok dari kaca spion bagian dalam, si bos nampak menghadap ke luar jendela sambil tersenyum.Tetapi nyatanya hal itu sama sekali tak menganggu Ryan."Apa pemandangan di luar sana begitu indah? Sehingga Tuan dari tadi terus tersenyum?" Dio kembali bertanya dengan senyum dikulum.Bukan berlaku kurang ajar, tetapi memang keduanya sekarang lebih dekat dari seorang majikan dan pekerja. Karena itu memang yang diinginkan Ryan, menganggap Dio sebagai teman Kali ini, ternyata kalimat itu mengusik Ryan. Pria berwajah tegas itu nampak sedikit terkejut, lalu tersenyum."Ya ... Begitu indah." Ryan sesaat menoleh pada Dio, tapi kembali menatap ke arah luar.Dio semakin melebarkan senyumannya. Meski dia tak puas dengan jawaban yang diberikan Ryan, tentu saja tak sopan rasanya jika harus bertanya lagi. Karena dia sudah tahu sebenarnya jawaban yang pasti.Setiap hari bersama, membuat dia tahu pe
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-18
Baca selengkapnya

Bab 78. Om Andi

"Maafkan aku, Ryan. Aku tadi hanya ---"Ryan yang masih menatap Nisa, langsung memotong kalimat permintaan maaf Nisa."Apa kamu menyukai Andi?"Nisa yang dari tadi masih sedikit menunduk, pun akhirnya langsung menengadah ke atas mendengar perkataan dari Si bos besar itu."S-suka?" Nisa hampir tak percaya Ryan menanyakan hal itu, karena itu ada dalam ranah pribadinya. Ryan tak menjawab. Tetapi pria itu malah terus menatap Nisa dengan wajah yang begitu dingin."Oh .. emmm ... dia itu teman lama saya."Meski tanpa ditanya lagi, Nisa terus terang saja. Karena memang merasa bersalah. "Kami berbincang belum ada satu menit."Sementara di tempat yang sedikit jauh, Andi seperti berbincang dengan seorang pekerja, namun fokusnya pecah. Dia bahkan beberapa kali mencuri pandang pada Nisa lewat sudut matanya. Pria itu nampak khawatir. "Kembali bekerja dengan baik." Beberapa saat terdiam sambil masih menatap Nisa, akhirnya Ryan pun berucap. Setelahnya, langsung meninggalkan Nisa yang masih ber
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-19
Baca selengkapnya

Bab 79. Tak Ada Maaf Lagi

"Kamu dari mana Sep? Nyari kerja?"Bu Rika bertanya pada sang anak yang baru pulang setelah semalam tak terlihat batang hidungnya.Asep mendengus kasar. "Jalan jalan, Bu." Pria yang semakin hari nampak semakin kusut itu, seperti malas sekali memberikan jawaban.Bu Rika pun tak mau ketinggalan, dia pun ikut mendengus dengan kasar. "Jalan jalan terus saja yang ada di dalam pikiran kamu ini, Sep! Capek ibu dengarnya!"Setiap hari, memang hal seperti itu menjadi pemandangan sehari hari di rumah mungil, yang terlihat seperti tak berpenghuni itu. Ibu dan anak itu nampak tak pernah akur. Berbeda sekali saat Nisa masih bekerja di luar negeri dahulu, Asep dan Bu Rika nampak begitu bahagia dan tak pernah bertengkar. Tentu karena uang lah penyebab segalanya."Hufft!"Tak mendengarkan ibunya yang terus memgomel sejak tadi, Asep pun menyenderkan kepala pada sofa sembari memejamkan mata.Plakk Bu Rika semakin geram saja melihat kelakuan putranya itu. Dia langsung memukul paha sang anak dengan kera
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-20
Baca selengkapnya

Bab 80. Lembaran Baru

"Sudahlah Mas, cukup ya. Mau sampai kamu nangis darah atau kamu mau bunuh diri, nggak bakal mengubah keputusanku."Asep menggigit bibir bawahnya, dia tak menyangka Nisa setega itu."Nis, setega itu kah kamu sama aku?" Nyatanya, Asep masih mencoba meminta belas kasih. "Bertahun kita hidup berdua, kita bahagia. Apa pernah aku berkhianat? Aku selalu berusaha untuk membahagiakan kamu bukan?"Nisa spontan mendengus dan menarik sudut bibirnya. "Apa kamu pernah bertanya? Bahagia kah aku dulu hidup dengan kamu?" Nisa mendecih. "Makanya, jangan terus menutup mata, Mas."Emosi mulai menyelimuti hati Nisa yang tadi sempat mereda. Tanpa menunggu tanggapan dari Asep, dia dengan vokal langsung mengutarakan isi hati yang selama ini telah terpendam. Tentang seperti apa perlakuan Asep saat mereka masih menjadi suami istri dan juga perlakuan Bu Rika yang memang tak suka pada menantunya itu."Ah sudahlah, Mas. Rasanya tak ada yang perlu untuk dibahas lagi. Semua sudah basi." Nisa kembali mencoba untuk
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-22
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
12
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status