Semua Bab SUAMI PENGGANTI Untuk Wanita Islami: Bab 21 - Bab 30

45 Bab

Bab 21 || Desiran hangat

Tidak terasa akhir pekan telah tiba. Di dalam kamar, Ameera yang telah lengkap dengan pakaian syar’inya, sedang bersiap-siap untuk pergi. Sebagaimana yang telah direncanakan sebelumnya, hari ini ia memutuskan untuk pulang ke rumah kedua orang tuanya. Kebetulan dua hari yang lalu, ayahnya menelpon dan memberitahu Ameera bahwa ibunya sangat merindukan-nya dan meminta agar ia datang dan mengunjungi mereka. Itulah sebabnya, Ameera sengaja meluangkan waktunya di akhir pekan ini serta meminta izin kepada Alvan untuk pergi menemui ayah dan ibunya.Berjalan menghampiri tempat tidur, Ameera meraih tas ransel berukuran sedang miliknya yang tergeletak di atas sana sebelum kemudian mengenakan-nya di belakang punggung. “Sudah siap semua. Saatnya berangkat.” Dengan senyum mengembang, Ameera memperhatikan dirinya melalui pantulan cermin rias yang berada di sebelah nakas.Setelah dirasa cukup, Ameera berjalan keluar dari kamar dengan langkah ringan. Cahaya matahari pagi, menerobos masuk menerangi seti
Baca selengkapnya

Bab 22 || Pertanyaan Tiba-tiba

Jay menghentikan mobil yang dikendarai di depan halaman sebuah rumah berukuran minimalis. Setelah memakan waktu cukup lama dengan perjalanan panjang sekaligus melelahkan. Akhirnya, mereka tiba juga tiba di rumah orang tua Ameera.Usai mematikan mesin mobil, Jay segera turun lalu memutari sisi kendaraan. “Silakan, Tuan Muda.” Dengan sigap, pria muda itu membukakan pintu mobil dan mempersilakan tuan mudanya untuk turun.Sembari mengancingkan jas yang dikenakan, Alvan turun dari mobil. Hembusan angin, seketika menyambut, mengibaskan rambut hitam legamnya yang sudah sedikit memanjang, membuat sosok jangkung itu terlihat semakin tampan. Alih-alih melenggang pergi, Alvan justru berjalan memutari mobil dan berhenti di sebelah sisi yang lain. Tak pelak, perbuatan Alvan tersebut membuat Jay yang melihatnya mengernyitkan keningnya bingung.“Turun. Kenapa diam saja?” ketus laki-laki itu, ditunjukkan pada Ameera yang masih bergeming seorang diri di dalam mobil.Terkesiap, Ameera yang sebelumnya la
Baca selengkapnya

Bab 23 || Terlihat Menggemaskan?

“Tolong bawakan mangkuk di dekat kompor itu, Nduk,” pinta Via seraya menyiapkan piring bersih dan menatanya dengan rapi di atas meja makan.“Baik, Bu.” Ameera yang berada di dapur, tersenyum melihat mangkuk bening yang dimaksud ibunya, lalu segera membawanya keluar dapur. “Ini, Bu, mangkuknya,” kata Ameera seraya meletak-kan mangkuk berisi tumis kangkung dengan asap yang masih mengepul karena baru turun dari penggorengan itu ke atas meja makan.Mengingat rumah mereka yang tidak terlalu besar, membuat dapur dan ruang makan berada di satu ruangan yang sama. Hanya saja, Via sengaja memberi sedikit jarak untuk memisahkan keduanya, dengan meletakkan sebuah rak kayu disertai tanaman hias di tengah-tengah. Memberikan kesan terpisah namun tetap terhubung.“Alhamdulillah, semuanya sudah siap. Ayo, Ayah, Ameera, Nak Alvan. Kita makan malam dulu,” ajak Via kepada semua ahli keluarganya.Ameera segera meraih kursi kosong di depan-nya. Namun, sebelum menduduk-kan dirinya di sana, perhatian perempua
Baca selengkapnya

Bab 24 || Terpesona

Malam semakin larut. Alvan yang baru saja selesai melakukan ritual mandi berjalan memasuki kamar. Sosok jangkung itu cukup terkejut, bahkan sempat mengalami kesulitan saat mandi tadi. Pasalnya, kamar mandi di rumah Ameera terbilang sangat kecil tanpa ada bathtub atau shower air sebagai fasilitas umum yang biasa ia gunakan, sehingga Alvan harus berakhir membuang-buang tenaganya untuk menyiduk air menggunakan gayung sebelum kemudian mengguyurkan-nya ke seluruh anggota tubuh.“Oh, setidaknya aku sudah merasa jauh lebih segar sekarang,” monolog laki-laki itu seraya berjalan lurus ke tengah ruangan. Meski merasa kesal, Alvan memilih meredamnya dan melupakan masalah yang sempat dihadapinya tadi.Derap langkah tenang Alvan, berhasil menarik perhatian Ameera yang sedang duduk di tepi ranjang. “Sudah selesai, Mas?” tanya perempuan itu dengan ramah.Menoleh sekilas ke arah Ameera, Alvan mengangguk singkat. “Hm.” Laki-laki dengan balutan kaos putih polos dan celana hitam selutut itu kemudian ber
Baca selengkapnya

Bab 25 || Fakta Mengejutkan

Keheningan datang menyelimuti ruang kamar yang tidak terlalu luas. Setelah adegan melepas cadar untuk pertama kalinya di depan Alvan, Ameera justru dibuat bingung dengan suaminya yang tidak kunjung memberikan reaksi apa pun. Karena penasaran, akhirnya, Ameera pun memberanikan diri untuk mengangkat wajahnya, guna melihat apa yang terjadi.Garis-garis halus di kening perempuan itu berkerut tatkala mendapati Alvan yang tengah menatapnya tanpa berkedip. “Mas Alvan, Mas?” Ameera melambaikan tangan-nya ke depan, mencoba mengalihkan perhatian suaminya. “Ada apa, Mas? Apa wajahku terlihat aneh?” tanyanya cemas.Alvan yang tersentak, berdeham beberapa kali guna menetralkan kegugupan. Baru saja, dalam keremangan sinar lampu yang temaram, ia dibuat terkesima oleh kecantikan wajah Ameera. Manik coklat terang milik perempuan itu, terlihat begitu indah, seperti cahaya bintang di langit malam. Selain itu, hidung kecil nan tinggi, alis tebal teratur, serta sepasang bibir tipis berwarna merah muda alam
Baca selengkapnya

Bab 26 || Cecaran Katrine

Kegiatan rapat dengan para petinggi perusahaan sedang berlangsung. Seiring berjalan-nya waktu, suasana di dalam ruangan megah tersebut terasa semakin panas. Alvan yang duduk di ujung meja, terus mengamati setiap gerakan dan ekspresi wajah dari para peserta rapat. Sementara di seberang laki-laki itu, terdapat Brian yang duduk dengan sikap tenang. Namun, penuh kewaspadaan.“Ini tidak bisa diterima!” Suara berat Brian menggema di ruangan, memecah keheningan yang tegang. “Strategi ini akan membawa kita ke jurang kehancuran. Aku tidak setuju,” tandasnya mengomentari rencana yang baru saja disampaikan oleh Alvan. Sebagai seorang pemimpin yang baru, bagaimana bisa putranya itu tidak sedikit pun merasa ragu ketika memutuskan sesuatu dan mengambil resiko yang tinggi?Di tempatnya, Alvan menatap Brian dengan aura penuh kemarahan. Nampaknya, dendam terpendam selama bertahun-tahun di antara keduanya yang menjadi pemicu dari persengketaan ini. “Kita tidak bisa terus-menerus bermain aman, Pa. Perusa
Baca selengkapnya

Bab 27 || Pembicaraan Dua Hati

Dalam perjalanan pulang, Alvan duduk termangu dalam diam. Memejamkan matanya, kemudian menyandarkan punggung tegapnya pada sandaran kursi, ia mencoba melupakan keresahan yang sedari tadi menghantui hati dan pikiran-nya. Setelah berhasil memenangkan keputusan di ruang rapat siang tadi, masalah justru datang bersama dengan kekasihnya yang mengetahui kabar mengenai pernikahan-nya. Bukan hanya itu, Katrine juga terang-terangan mengungkapkan kekecewaan-nya serta menuntut penjelasan darinya.Tak pelak, apa yang terjadi saat ini, mengingatkan Alvan pada kejadian sepuluh tahun yang lalu. Yakni, saat di mana, Katrine yang masih mengenakan seragam sekolah menengah akhir mendatanginya sambil menangis tersedu-sedu tepat di hari kedua orang tuanya resmi bercerai. Alvan yang merasa prihatin hanya bisa memeluk Katrine dan mencoba menenangkan-nya. Namun, yang terjadi selanjutnya, Katrine justru menyatakan perasaan-nya secara tiba-tiba.Sebenarnya, itu bukanlah pertama kalinya gadis itu mengungkapkan p
Baca selengkapnya

Bab 28 || Nyaris Saja

Dentuman musik terdengar menggema, mengisi kesunyian dalam ruangan dengan lampu warna-warni yang menyala. Di tengah kebisingan yang berlangsung, Alvan duduk termangu di depan meja bar. Di sampingnya, Jay berdiri tegap sambil memandangi dengan cemas. Bagaimana tidak? Untuk yang kesekian kalinya, tuan mudanya itu meneguk wiski, seolah-olah minuman itu adalah satu-satunya pelarian dari beban hidupnya yang berat.“Anda baik-baik saja, Tuan Muda?” tanya Jay berhati-hati. Tatapan Alvan begitu kosong, sementara ekspresi lelah tercetak jelas di wajahnya yang tampan.Tidak membalas, Alvan memilih kembali menuang wiski dari botol ke dalam gelas kaca yang dipegang, lalu meneguknya sekaligus. “Habis?” monolognya, seraya mengangangkat botol di tangan-nya yang telah kosong, “beri aku satu botol lagi. Tidak, beri aku tiga botol lagi,” pintanya kepada seorang bartender.“Sebaiknya, kita kembali, Tuan Muda. Sepertinya, Anda sudah cukup mabuk.” Jay mencoba menghentikan Alvan, dan hendak mengajaknya perg
Baca selengkapnya

Bab 29 || Pelukan Hangat

Ketegangan menyelimuti suasana malam di depan sebuah hotel Bintang lima. Di seberang hotel dengan pencahayaan terang benderang, lampu-lampu jalan terlihat redup dan menambah kesan suram pada malam yang semakin larut. Di tempatnya, Jay menunduk dalam, merasa takut sekaligus bersalah atas kejadian yang baru saja menimpa tuan mudanya.Keringat dingin mengalir deras membasahi kedua pelipis, diiringi dengan jantung yang berdebar kencang, Jay menantikan kemurkaan yang sebentar lagi akan menimpanya. Sementara tepat di hadapan-nya sekarang, Alvan melipat kedua tangan-nya ke depan, memandanginya dengan penuh intimidasi.Mata tajam laki-laki itu, seolah menembus jiwa Jay, membuatnya semakin merasa terpojok. “Bagaimana hal seperti ini bisa terjadi, Jay?” Suara berat Alvan, terdengar sangat dingin, seperti pisau mengkilap yang menusuk langsung ke jantunng Jay.Pria muda yang berdiri di sebelah mobil yang terparkir di pelataran hotel itu merasakan seluruh tubuhnya menegang. “Maafkan saya, Tuan Muda
Baca selengkapnya

Bab 30 || Inikah Cinta?

Dentingan alat masak, terdengar mengiringi Ameera yang sedang membuat bubur di dapur. Aroma harum dari bawang goreng dan santan, menyeruak mengisi seluruh ruangan dengan kehangatan yang menggugah selera. Setiap kali ia mengaduk bubur dengan gerakan lembut, uap panas naik dari panci, dan menari-nari di udara.Sejak pagi-pagi sekali, Ameera sudah keluar dari kamar dan berkutat di dapur. Semalam, suaminya yang beberapa hari lalu telah kembali ke Ibu Kota, tiba-tiba datang. Dari apa yang terjadi, Ameera merasa jika suaminya itu sedang tidak baik-baik saja.Tidak lama setelah mendadak memeluknya tanpa berkata-kata, Alvan jatuh tiba-tiba pingsan dan tidak sadarkan diri. Beruntung saat itu, Jay, masih berada di halaman rumah Ameera. Sehingga, pria muda itu bisa membantu Ameera membawa suaminya masuk ke dalam dan mengistirahatkan-nya di kamar.Sebelum pergi, Jay sempat berpesan agar Ameera menjaga Alvan dengan baik. Bukan hanya itu, Jay juga meminta Ameera agar tidak membahas permasalahan sema
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status