All Chapters of SUAMI PENGGANTI Untuk Wanita Islami: Chapter 31 - Chapter 40

45 Chapters

Bab 31 || Balas Dendam

Ameera melangkah perlahan memasuki mansion besar. Setelah sekitar tiga hari mengunjungi rumah kedua orang tuanya dan menginap di sana, akhirnya ia kembali ke kediaman keluarga Septihan. Seperti biasa, suasana di dalam setiap ruangan megah itu terasa begitu tegang, seolah ada badai yang selalu siap meledak kapan saja.Siapa yang akan menyangka, keluarga yang kerap digandang-gandangkan sebagai keluarga paling sempurna sejagat raya, hanyalah omong kosong belaka. Pada kenyataan-nya, kediaman keluarga Septihan selalu seperti ini, hampa dan sesak. Seakan kehangatan dan kasih sayang, hanya sebatas fatamorgana yang semu.“Hati-hati, Nyonya Muda.” Dengan sigap, Santi menahan tubuh Ameera yang hampir tersandung ujung gamis menjuntai yang dikenakan. Kebetulan, seluruh lantai di mansion dibersihkan hingga mengkilap, di mana jika tidak berhati-hati bisa membuat siapa pun yang berjalan di atasnya tergelincir, karena licin.“Terima kasih, Santi,” ucap Ameera dengan suara lembut. “Aku tidak apa-apa.”
Read more

Bab 32 || Hadiah?

“Permisi, Nyonya Muda.”“Ada apa, Santi? Masuklah.” Setelah mendapat izin, Santi yang berdiri di depan pintu berjalan masuk ke dalam kamar Ameera dengan membawakan segelas susu hangat untuk diberikan-nya kepada Nyonya Mudanya.“Nyonya Muda, ini saya bawakan susu hangat untuk Anda ….” Ucapan Santi terhenti, begitu netranya berlabuh pada sosok Ameera yang sedang duduk di depan cermin rias. “Cantik sekali,” decak wanita muda itu penuh kagum.Meskipun ini bukan pertama kalinya bagi Santi melihat langsung wajah Ameera. Namun, ia tetap tidak bisa menahan diri untuk tidak terpukau oleh kecantikan alami Nyonya Mudanya yang selalu ditutupi jika berada di luar kamar itu. “O iya, Tuan Besar meminta saya mengantarkan susu ini untuk Anda, Nyonya muda,” papar Santi begitu teringat dengan tujuan kedatangan-nya kemari.Menoleh ke samping, senyum Ameera mengembang dengan begitu indah, seolah sepasang sorot mata jernih miliknya adalah pantulan cahaya lampion yang bersinar di kegelapan malam. “Taruh saja
Read more

Bab 33 || Sedikit Ketegangan

Di sebuah ballroom mewah, acara pesta anniversary perusahaan Galaxy Grup yang ke-61 tengah berlangsung meriah. Rekan kerja serta tamu penting lain-nya turut hadir untuk merayakan pencapaian luar biasa ini. Perusahaan yang telah bertahan selama lebih dari setengah abad itu, terus berkembang pesat dengan berbagai inovasi yang mengesankan.Alvan berdiri di pintu masuk, menyambut tamu dengan pakaian rapi. Pria muda itu tampak gagah dan tampan, dengan kacamata yang bertengger menawan di hidung mancungnya. Setiap tamu yang datang, disambut dengan senyum hangat dan jabat tangan yang kuat.Di tengah keramaian, Bianca yang semula sedang mengobrol dengan beberapa teman sosialitanya berjalan mendekati Alvan. Dia menatap putra sulungnya dengan senyuman penuh bangga. “Pesta malam ini, meriah sekali, Son. Kau juga tampil rapi dan tampan,” ucapnya memulai pembicaraan di antara mereka.Tersenyum simpul pada tamu dan mengakhirinya dengan berjabat tangan, Alvan kemudian menoleh. Ekspresi wajahnya seketi
Read more

Bab 34 || Alvan Yang Cemburu?

Di tengah gemerlap lampu dan dendangan musik klasik yang mengalun, Ameera berjalan memasuki ruangan dengan langkah sedikit tertatih. Sepasang mutiara coklat indah miliknya, menyapu pandang ke sekeliling, mengabsen setiap objek di sana dan memperhatikan-nya lekat-lekat. “Mas Alvan di mana, ya? Katanya tadi mau nungguin, tapi kok dicariin dari tadi enggak ketemu?” gumam perempuan bercadar itu sambil berjinjit, mencari-cari keberadaan suaminya di antara keramaian massa.“Jay juga ke mana? Di sini ramai sekali.” Kening Ameera berkerut menyadari dirinya berada di tengah-tengah situasi asing. Sebelumnya, dia datang ke sini bersama Jay. Namun, karena terlalu gugup Ameera memutuskan untuk mencuci muka dan menenangkan diri di toilet, sehingga Jay masuk terlebih dahulu.Sampai pada beberapa saat kemudian, senyum Ameera mengembang tatkala netranya menangkap siluet jangkung yang sedang berdiri bersandar pada pilar yang dikelilingi rangkaian bunga dengan kondisi kedua tangan terlipat ke depan. “Itu
Read more

Bab 35 || Konfrontasi

Masih dengan deru napas yang memburu, Ameera menatap Alvan dengan ekspresi penuh kejut. Sesuatu yang tak terduga baru saja terjadi dan berhasil mengguncangkan dunianya. Sampai-sampai, Ameera yang terlewat shock, kehilangan keseimbangan dan hampir terjatuh kalau saja Alvan tidak dengan sigap menahan tubuhnya. “T-terima kasih, M-mas,” ucap perempuan itu dengan suara tergagap.Sedikit menelengkan kepalanya ke samping, Alvan menatap Ameera dengan dingin. Ekspresi wajahnya, kembali datar seperti semula. Meski begitu, tidak serta merta melenyapkan kegugupan di hati Ameera. “Terkejut, hm?” Satu sudut bibir Alvan terangkat, begitu mengetahui terkaannya yang tepat sasaran.Susah payah Ameera meneguk salivanya. “Itu ....” Perempuan itu hendak berdiri tegak dan melepaskan diri dari pelukan Alvan. Namun, keningnya berkerut tatkala menyadari Alvan yang menahan pergerakan tubuhnya hingga ia tidak bisa beranjak barang sedikit saja.“Bukankah tidak salah seorang suami mencium istrinya sendiri?” Suara
Read more

Bab 36 || Bermain Solo

Di sebuah ruang pertemuan yang mewah, dengan jendela besar yang menampilkan pemandangan kota yang ramai, Alvan duduk berhadapan dengan Tuan Abimana, pemilik sekaligus pemimpin dari Star Grup. Ruangan itu berkilau dengan ornamen emas dan kaca yang memantulkan cahaya dari lampu gantung kristal di atas meja. Alvan berusaha menjaga ekspresinya dan bersikap tenang meski perasaannya bergemuruh di dalam. Bagaimanapun juga, pertemuan ini bisa menjadi langkah penting bagi Galaxy Grup."Terima kasih telah meluangkan waktunya. Suatu kehormatan besar bagi saya dan Galaxy Grup bisa bertemu dan berbicara dengan Anda, Tuan Abimana, " ujar Alvan, suaranya tegas tetapi penuh rasa hormat. Bertemu dengan pemilik salah satu perusahaan paling berpengaruh di industri adalah kehormatan besar baginya.Tuan Abimana, seorang pria paruh baya dengan penampilan rapi dan sikap tenang, mengangguk sambil tersenyum tipis. “Senang bertemu dengan Anda juga, Tuan Alvan. Saya sudah mendengar banyak hal baik tentang Galax
Read more

Bab 37 || Lelah

Dari arah jarum jam 12, Alvan yang baru saja tiba, melangkah tegas memasuki mansion. Saat dalam perjalanan kembali tadi, Jay memberitahunya jika Bianca, sang mama telah menunggu-nunggu kepulangannya untuk membicarakan sesuatu. Entah apa itu, Alvan sendiri tidak peduli. Dia hanya kebetulan datang untuk mengambil sesuatu dan akan kembali pergi.Sesampainya di ruang tamu, Alvan menghentikan langkahnya. Dia mengangguk singkat pada Bianca yang tengah duduk di sofa dengan wajah tegang. “Aku dengar, kau hendak berbicara denganku,” pungkasnya sedingin mungkin.Sedikit membenarkan posisi duduknya, Bianca menatap putranya dengan sorot mata yang tajam. “Kau lihat ini, Son.” Wanita paruh baya itu mengulurkan ponsel dan memperlihatkannya kepada Alvan.Melirik ke arah ponsel, Alvan cukup terkejut saat mendapati laman berita di salah satu jejaring sosial terpampang di layar. Meski begitu, dengan cepat laki-laki itu mengendalikan ekspresinya dan kembali bersikap dingin seperti biasa. “Ada apa dengan
Read more

Bab 38 || Perubahan Sikap Alvan

Malam itu, langit tampak muram, diselimuti oleh awan mendung yang bergelayut rendah, seolah-olah menutupi dunia dari kehangatan dan kenyamanan malam yang biasa. Bulan menggantung di sana dengan cahayanya yang suram, terhalang oleh lapisan kelabu awan yang bergerak lambat melintasi angkasa. Kilau bintang-bintang tampak redup, seperti berusaha bersinar. Namun, tak mampu menembus kegelapan malam yang mendominasi.Ameera memasuki kamar dengan perasaan lelah usai melewati hari yang panjang. Setelah menutup pintu dengan gerakan berhati-hati, ia terkejut saat mendapati Alvan yang sudah duduk tenang di kursi dekat jendela. Cahaya bulan yang temaram yang menerobos masuk, sedikit menerangi wajahnya yang tampak berpikir dalam, seolah sedang merenungkan sesuatu penting yang tidak terungkapkan.Rasa gugup seketika menyelimuti hati Ameera. Dia berjalan ke tengah ruangan, dan berhenti beberapa langkah di depan Alvan. Di mana, jarang sekali suaminya itu pulang lebih awal seperti ini. Sehingga, kehadi
Read more

Bab 39 || Malam Yang Hangat

Ameera melangkah keluar dari kamar mandi dengan aroma segar yang masih melekat di tubuhnya. Sembari membenarkan jarum pentul pada hijab yang dikenakan, ia tercenung melihat Alvan yang masih berada di kamar mereka, seolah sedang menunggunya. ‘Mas Alvan?’ Tidak ingin terlalu percaya diri, Ameera memilih berjalan menuju kasur lalu mendudukkan dirinya di sana dengan gugup. Jujur saja, dia merasa cukup lelah dan ingin segera beristirahat.Menyadari Ameera yang telah selesai, Alvan melangkah mendekat. Di tangannya, ia membawa segelas susu hangat yang mengepul lembut. "Ini, minumlah.” Ameera terkesima saat sosok jangkung itu mengulurkan gelas susu kepadanya. "Susu hangat bisa membuat tubuhmu menjadi lebih rileks,” ujarnya dengan suara datar.Tertegun sejenak, Ameera kemudian menerima gelas susu itu. “Terima kasih, Mas,” ucap perempuan itu yang dibalas anggukkan kecil oleh Alvan. “Hm.”Sedikit menggeser tubuhnya, Ameera mulai meneguk susu di tangannya secara perlahan, merasakan kehangatan yang
Read more

Bab 40 || Sarapan Bersama

Dentingan alat masak terdengar mengiringi Ameera yang tengah berkutat di dapur. Sejak pagi tadi, dia sudah turun dan sibuk mempersiapkan sarapan untuk dirinya dan Alvan. Kebetulan hari ini, mereka hanya tinggal berdua saja, karena papa dan mama mertuanya sedang tidak berada di mansion lantaran harus menjaga kakek David di rumah sakit. Sehingga, tidak mengherankan jika hunian yang besar itu terasa lebih sepi dari biasanya.Aroma harum yang khas dari nasi goreng, menguar di udara, membuat siapa saja yang menciumnya merasa tergugah oleh selera. Dari banyaknya bahan yang ada, Ameera memilih nasi goreng sebagai menu pagi mereka. Seperti saat ini, ia terus mengaduk nasi di penggorengan dengan ritme yang teratur, memastikan semua bumbu meresap sempurna.Untuk sentuhan akhir, Ameera menambahkan kecap manis dan sejumput garam, lalu mengaduk nasi goreng sekali lagi hingga semua bumbu benar-benar tercampur merata. Ameera mencicipi sedikit dengan ujung spatula. Senyum tipis terbit di wajahnya ket
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status