Ameera melangkah perlahan memasuki mansion besar. Setelah sekitar tiga hari mengunjungi rumah kedua orang tuanya dan menginap di sana, akhirnya ia kembali ke kediaman keluarga Septihan. Seperti biasa, suasana di dalam setiap ruangan megah itu terasa begitu tegang, seolah ada badai yang selalu siap meledak kapan saja.Siapa yang akan menyangka, keluarga yang kerap digandang-gandangkan sebagai keluarga paling sempurna sejagat raya, hanyalah omong kosong belaka. Pada kenyataan-nya, kediaman keluarga Septihan selalu seperti ini, hampa dan sesak. Seakan kehangatan dan kasih sayang, hanya sebatas fatamorgana yang semu.“Hati-hati, Nyonya Muda.” Dengan sigap, Santi menahan tubuh Ameera yang hampir tersandung ujung gamis menjuntai yang dikenakan. Kebetulan, seluruh lantai di mansion dibersihkan hingga mengkilap, di mana jika tidak berhati-hati bisa membuat siapa pun yang berjalan di atasnya tergelincir, karena licin.“Terima kasih, Santi,” ucap Ameera dengan suara lembut. “Aku tidak apa-apa.”
Read more