Semua Bab SUAMI PENGGANTI Untuk Wanita Islami: Bab 11 - Bab 20

45 Bab

Bab 11 || Realisasi Menyakitkan

“Mas Alvan, lepasin. Mas mau bawa aku ke mana?” pinta Ameera seraya berusaha melepasakan cekalan tangan Alvan yang begitu kuat.Namun, alih-alih segera melepaskan, sosok jangkung itu justru menulikan pendengaran-nya. Ia terus menarik perempuan itu pergi bersamanya. Tidak peduli dengan Ameera yang kesulitan dalam mengimbangi langkah lebarnya hingga terseok.Beberapa orang yang mereka lewati, nampak terkejut melihat kejadian tersebut. Tidak sedikit pula yang bertanya-tanya mengenai siapakah wanita bercadar yang bersama Alvan itu. Berbagai macam spekulasi mulai bermunculan, menantikan kabar panas yang mungkin akan beredar dikeesokan hari dan tersebar di forum gossip.Walau demikian, Alvan tidak peduli. Saat ini, pikiran-nya kacau, begitu juga dengan perasan-nya yang terasa tidak karuan. Dia terus menarik Ameera, membawanya ke ruangan pribadinya.Jay dan Gled yang masih berada di sana nampak mengernyitkan kening melihat Alvan yang kembali bersama Ameera. Namun, belum sempat keduanya bertan
Baca selengkapnya

Bab 12 || Khawatir

Semilir angin bertiup kencang, menerbangkan dedaunan kering yang berserakan di pekarangan luas. Di bawah langit senja yang indah, Ameera berjalan lunglai memasuki teras mansion. Pundaknya menurun lesu, pandangan-nya yang kabur, menyiratkan kesenduan, menunjuk-kan jika ia baru saja melewati hari yang kurang menyenangkan.Masih terbayang dengan jelas di benak Ameera bagaimana ia berusaha keras membuatkan bekal makan siang untuk Alvan. Namun, saat mencoba mengantarkan-nya ke kantor, ia justru disambut dengan respon kurang baik oleh suaminya. Persitegangan terjadi, dengan Alvan yang menuding Ameera dengan pernyataan ini dan itu, sehingga membuat perempuan itu berakhir tersinggung dan sakit hati.“Oh, apa yang kamu pikirkan, Ameera. Sudahlah, semua sudah berlalu.” Menghela napas panjang, Ameera mencoba melupakan beban berat yang sempai bergelayut di hatinya dan fokus kembali dengan tujuan serta rencana masa depan-nya.Ameera berjalan memasuki pintu utama mansion dengan perasaan yang jauh le
Baca selengkapnya

Bab 13 || Peringatan Alvan

Alvan membawa Ameera menuju kamar tidur mereka. Perempuan di dalam gendongan-nya itu terlihat sangat lemah dan tidak berdaya. Bahkan, ketika Alvan mencoba memanggil-manggil namanya, Ameera tetap tidak menanggapinya dengan kedua mata tertutup.“Tolong, buka pintunya. Ameera takut,” rancau perempuan itu dengan suara rendah hingga nyaris tak terdengar kalau saja Alvan tidak memiliki rungu yang tajam.Di sela-sela langkahnya, Alvan menunduk-kan kepalanya sekilas dan terkesiap melihat kondisi Ameera yang semakin memprihatinkan. Tubuhnya gemetar hebat, napasnya tersendat. Sesampainya di dalam kamar, sosok jangkung itu menurunkan Ameera, bermaksud menyuruhnya agar segera beristirahat. Namun, baru saja telapak kaki perempuan itu menyentuh lantai, Ameera kembali tidak sadarkan diri dan jatuh ke dalam pelukan Alvan.“Ameera, Ameera.” Alvan yang terkejut, menepuk-nepuk wajah Ameera yang tertutup kain cadar, mencoba membangunkan-nya. Namun, perempuan itu tetap tidak merespon. “Astaga, ada apa deng
Baca selengkapnya

Bab 14 || Ingin Kembali

Ameera terbangun dengan perasaan linglung. Masih dalam kondisi berbaring, sepasang mata indahnya bergerak ke sana-ke mari memperhatikan suasana di sekitar. Betapa terkejutnya ia saat menyadari jika saat ini dirinya telah berada di dalam kamar. Padahal, seingat Ameera dia sedang dikurung oleh ibu mertuanya di gudang bawah karena membuat sang ibu kesal.“Kenapa aku bisa berada di sini? Bukankah Mama mengurungku di gudang?” gumam Ameera di sela-sela kebingungan.Perlahan, Ameera mendudukkan dirinya dan menyandarkan punggung kurusnya pada sandaran kasur. “Sepertinya Mas Alvan masih belum pulang.” Setelah memastikan keadaan kamar benar-benar kosong, sebelah tangan Ameera tergerak untuk membuka kain cadar yang dikenakan, barulah dia bisa bernapas dengan lebih leluasan. “Tubuhku, rasanya sakit sekali,” monolog perempuan itu seraya merenggangkan otot-otot tubuhnya yang menegang.Di sela-sela kegiatan-nya, pergerakan Ameera tiba-tiba terhenti tatkala sekelebat ingatan samar melintas di kepalany
Baca selengkapnya

Bab 15 || Sedikit Gambaran Masa Lalu

Pagi menjelang siang itu, Ameera sedang duduk sendirian di kursi santai. Matanya terpaku pada kolam renang di hadapan-nya yang airnya tenang. Angin sepoi-sepoi membelai wajahnya melalui sela-sela kain cadar yang dikenakan, mengusir panas dan sesak yang sempat bergumul di dalam dadanya. Sekalipun dia berada di Mansion megah nan luas. Namun, tidak cukup menutupi kesepian di hatinya.Ameera merenungi nasib hidupnya yang pahit. Masa lalunya tidak seindah yang dibayangkan. Kenangan-kenangan menyakitkan terus menggelayuti pikiran-nya. Masih teringat dengan jelas bagaimana ibu Panti menceritakan tentang dirinya yang saat bayi ditemukan di depan pintu panti asuhan dan tumbuh di sana. Pengalaman berpindah tempat tinggal dengan orang tua asuh yang berbeda, mendapatkan perlakuan kurang mengenakan, seperti dipukuli, di siksa dengan berat di usianya yang masih terlalu kecil, tidak terlewatkan. Sampai pada saat di mana dia dipertemukan dengan Via dan Sulistyo, orang tuanya yang sekarang, barulah Ame
Baca selengkapnya

Bab 16 || Kecolongan

Di sudut ruangan dengan pencahayaan yang redup, Alvan berdiri menghadap jendela sembari memandangi ponsel di tangan kirinya. Langit di luar sana sudah mulai memutih, menampak-kan keindahan bangunan menjulang di perkotaan. Setelah keresahan yang dialaminya semalam, laki-laki pemilik tubuh jangkung itu benar-benar menghubungi Eldome, paman-nya yang berada di Amerika untuk meminta saran. Akhir-akhir ini, emosinya menjadi tidak stabil. Alvan merasa seolah ada bagian di dalam dirinya yang telah berubah, karena itu ia merasa perlu membagikan masalah yang dimiliki dengan sang paman guna mendapatkan solusi.“Ada apa, Alvan? Tidak biasanya kau menghubungiku terlebih dahulu?” Suara berat seseorang terdengar melalui sambungan telpon.“Ada sesuatu yang ingin aku diskusikan denganmu, Paman. Ini tentang ….” Kata-kata Alvan tiba-tiba tercekat. Dia nampak ragu untuk mengungkapkan apa yang sedang ia rasakan kepada satu-satunya orang yang dia percayai.“Aku dengar, sekarang kau telah menikah, Alvan,” sa
Baca selengkapnya

Bab 17 || Menghadiri Pesta

“Di mana Ameera? Kenapa dia lama sekali!” gerutu Alvan sembari mengecek jam yang melingkar di pergelangan tangan kanan-nya.Lima belas menit sudah berlalu sejak dia memberikan baju baru untuk Ameera dan menunggu di bawah. Namun, sampai saat ini, perempuan itu masih belum kunjung turun juga. Sudah merupakan sebuah rahasia umum, jika Alvan merupakan sosok yang sangat tidak sabaran. Dia selalu tepat waktu serta tanggap dalam melakukan sesuatu, di mana menunggu adalah salah satu dari sekian banyak hal yang paling dia benci.Sampai pada beberapa saat kemudian, derap langkah tenang terdengar pelan dari kejauhan. Semakin lama semakin mendekat. “Mas Alvan?” Suara lembut seseorang yang mengalun, berhasil mengalihkan perhatian Alvan.Menoleh ke arah sumber suara, sosok jangkung itu dibuat terkesima menyaksikan penampilan Ameera. Di bawah pencahayaan lampu yang bersinar terang, perempuan itu berjalan menuruni anak tangga dengan balutan dres hitam panjang elegan. Di tambah dengan sentuhan kain hij
Baca selengkapnya

Bab 18 || Haruskah Menyerah?

Jay mengemudi dengan tenang, membawa kendaraan beroda empat yang ditumpaki membelah jalanan malam. Di antara keheningan yang tercipta, terdapat Ameera dan Alvan yang duduk tenang di kursi belakang. Keduanya saling terdiam, seolah-olah tidak ada yang berniat untuk memulai pembicaraan serta larut dalam pikiran masing-masing.Akibat kejadian di pesta beberapa saat lalu, Alvan memutuskan untuk kembali ke mansion, meninggalkan acara pesta yang masih berlangsung. Sikap serta tindakan Zico pada Ameera tadi cukup mengganggunya. Bagaimanapun juga, Alvan tahu betul bagaimana sosoknya. Mengingat masa lalu mereka serta hubungan baik yang dahulu sempat terjalin, sampai kemudian permasalahan muncul di tengah-tengah mereka, membuat Alvan merasa jika ada yang tidak beres dengan pria itu.‘Apa yang dia pikirkan? Sudah dua kali, Zico berusaha mendekati Ameera,’ gumam Alvan dalam hati.Selagi larut dalam pikiran-nya sendiri, sayup-sayup dengkuran halus menggelitik indra pendengaran Alvan. Menoleh ke samp
Baca selengkapnya

Bab 19 || Pembicaraan Masa Lalu

Ameera menuangkan teh ke dalam cangkir putih dengan gerakan berhati-hati. Seketika itu juga, aroma harum, menyeruak indra penciuman mengiringi Ameera yang menyajikan-nya di atas meja. “Silakan diminum teh-nya, Nona, Madam.” Ameera mempersilakan Katrine dan Bianca yang tengah asyik mengobrol dengan ramah.“Terima kasih, Ameera. Maaf, karena sudah merepotkan kamu,” kata Katrine berbasa-basi. Tentu saja, dia melakukan-nya hanya untuk menjaga kesan dan menarik perhatian Ameera. Sejak melihat kebersamaan-nya dengan Alvan di kantor tempo hari, Katrine mulai tertarik dengan sosok Ameera serta berencana menyelidikinya secara diam-diam.Perempuan bercadar itu tersenyum lalu mengangguk kecil. “Sama-sama, Nona. Tenang saja, Nona. Saya enggak merasa direpotkan,” balas Ameera dengan sopan, sementara matanya tetap mengawasi situasi di sekitar.Di tempatnya, Bianca memperhatikan Ameera yang hendak beranjak pergi. “Mau kemana kamu, Ameera?” tanyanya berhasil menyentak sang empunya nama.Menghentikan l
Baca selengkapnya

Bab 20 || Percaya

Usai menutup pintu, Ameera yang baru saja sampai di dalam kamar menyandarkan punggung kurusnya pada daun pintu ber-cat coklat. “Akhirnya, aku sampai juga di kamar,” monolog Ameera dengan deru napas memburu.Memejamkan matanya rapat-rapat, ia mencoba menyatu dalam keheningan ruangan. Bayangan akan kebersamaan Alvan, Katrine, dan Bianca di ruang tamu tadi, terputar jelas di dalam ingatan-nya. Belum lagi gelak tawa serta kehangatan yang masih membekas, cukup membuat suasana hati Ameera terasa seperti diaduk-aduk. Tidak karuan.Memenarik napas dalam-dalam sebelum kemudian mengeluarkan-nya secara perlahan, Ameera mencoba melepas penat yang terus bergelayut mengisi hati dan pikiran-nya. “Kira-kira apa, ya, jawaban Mas Alvan?” Mengulum tipis bibir bawahnya, tiba-tiba saja, Ameera merasa penasaran dengan jawaban Alvan atas pertanyaan yang diberikan oleh Katrine tadi.Namun, dengan cepat, Ameera menggelengkan kepalanya, seakan menyadarkan dirinya untuk tidak memikirkan sesuatu yang kelak hanya
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status