All Chapters of SUAMI PENGGANTI Untuk Wanita Islami: Chapter 51 - Chapter 60

71 Chapters

Bab 51 || Situasi Terjepit

Setelah malam yang penuh dengan ketegangan itu berlalu, kehidupan di villa kembali berjalan sebagaimana biasanya. Ameera dan Alvan, menjalani rutinitas sehari-hari tanpa membahas atau mengungkit apa yang telah terjadi. Ameera tetap melayani kebutuhan Alvan seperti sebelumnya-menyediakan sarapan, menyusun jadwal dan menjaga rumah mereka agar tetap nyaman. Sementara Alvan, meski masih terkesan dingin, tetapi tidak lagi menghindari keberadaan Ameera. Bahkan, sesekali ia memberikan senyuman tipis, sesuatu yang hampir mustahil ia lakukan sebelumnya.“Mas Alvan sudah mau berangkat?” tanya Ameera kepada suaminya yang sedang bersiap-siap.Menoleh sekilas ke arah sumber suara, sosok jangkung itu hanya membalas dengan mengangguk singkat. “Hm.” Mengulum tipis bibir bawahnya, Ameera berjalan menghampiri suaminya. “Biar aku bantu, Mas.” Tangan putih perempuan itu terulur untuk merapikan kemeja yang dikenakan Alvan, sebelum kemudian menimpanya dengan stelan jas berwarna hitam, semakin menambah kesa
last updateLast Updated : 2024-12-31
Read more

Bab 52 || Harapan Dalam Kepedihan

Mentari sore menyusup lembut melalui celah kain cadar yang dikenakan Ameera, menyinari wajah ayu-nya yang selalu tertutup bila berada di luar. Siang tadi, Alvan mengirim pesan kepadanya, menyuruhnya untuk berjalan-jalan dan melihat-lihat lingkungan di sekitar agar tidak jenuh karena terus-menerus berdiam diri di villa.Tidak menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan, Ameera pun menyambut perintah tersebut dengan senang hati. Seperti saat ini, setelah sempat berjalan muter-muter di lingkungan sekitar, ia dan Santi berhenti di sebuah taman hijau dan memutuskan untuk menetap di sana guna menikmati indahnya suasana di sore hari.Ameera duduk tenang di sebuah tempat duduk yang menghadap langsung arena taman. Garis-garis halus di keningnya berkerut, menunjuk-kan keseriusan, sementara pandangan-nya menatap lurus pada lembaran putih yang berada di pangkuan-nya, memperhatikan-nya lekat-lekat, seolah sesuatu yang berharga akan keluar dari sana.Santi, berdiri di sisi Ameera, memperhatikan setiap
last updateLast Updated : 2025-01-01
Read more

Bab 53 || Serba Salah

Untuk yang kesekian kalinya, Ameera yang sedang duduk di sofa depan televisi menghela napas panjang. Saat ini, di tangan-nya terdapat sebuah amplop cokelat berisi surat cerai yang telah ditandatanganinya. Seminggu berlalu sejak kabar mengenai rencana pernikahan Alvan dengan Katrine terdengar, suaminya itu tidak pernah kembali ke villa. Beberapa kali, Ameera mencoba mengirim pesan dan menanyakan kabarnya. Namun, Alvan hanya mengatakan jika dia sedang sibuk mengurus pekerjaan sehingga tidak bisa pulang.Mula-mula, Ameera percaya dengan apa yang dikatakan oleh suaminya. Sampai pada suatu ketika Zico mengiriminya foto-foto kebersamaan Alvan dan Katrine, barulah Ameera merasa kepercayaan-nya terluka. Bukankah, di dalam pernikahan, hubungan suami dan istri haruslah saling terbuka? Selain itu, mereka juga bisa saling mempercayai satu sama lain, dengan begitu, akan terbentuk rumah tangga yang harmonis. Namun, Ameera tidak mendapatkan hal seperti itu berlaku di dalam perhikahan-nya. Di sampi
last updateLast Updated : 2025-01-06
Read more

Bab 54 || Kebebasan?

Ting!Pintu lift terbuka menampilkan Jay yang keluar dari dalam sana, dan berjalan tergesa-gesa menuju ruang pribadi Alvan. “Tuan Muda.” Pria tinggi itu menghentikan langkahnya tepat di depan meja kerja atasan-nya, sebelum kemudian menautkan kedua telapak tangan-nya ke depan dan menunduk sopan.“Ada apa, Jay? Kau terlihat panik.” Melirik sekilas, Alvan yang duduk di kursi kebesaran bertanya.Setelah mengatur napasnya yang ngos-ngosan, Jay segera menegapkan tubuhnya serta bersikap tegas. “Nyonya Muda baru saja menghubungi saya. Ingin meminta izin ke rumah sakit untuk menemui Tuan Besar,” ujarnya memberitahu.Kedua alis tebal Alvan berkerut. “Menelponmu?” ulangnya yang disambut angguk-kan kecil oleh Jay.Sesaat kemudian, pria muda itu menggeleng tatkala menyadari air muka atasan-nya yang berubah. “Err ... maksud saya, kemungkinan Nyonya Muda menghubungi saya karena Anda tidak kunjung mengangkat telpon atau pun membalas pesan darinya. Tuan Muda, tolong jangan salah paham,” pungkas Jay se
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

Bab 55 || Krisis Yang tak Terduga

***Di bawah terik mentari yang menyengat, Ameera berdiri seorang diri di pinggir jalan. Sesekali, ia mengecek ponsel di tangan-nya, dengan sedikit perasaan cemas. Selepas menemui kakek David, ia berencana segera pulang. Kebetulan, kali ini Santi tidak bisa menemaninya lantaran harus kembali ke mansion keluarga Septihan lebih awal untuk merawat ibunya yang sedang sakit. Meski begitu, Jay sempat memberitahu Ameera, jika Alvan akan datang menjemputnya.Namun, sudah lebih dari sepuluh menit menunggu, belum ada tanda-tanda kedatangan suaminya. Sampai pada beberapa saat kemudian, Ameera mendapati ponselnya bergetar, segera ia mengeceknya. “Ternyata Mas Alvan masih ada pertemuan dan akan sedikit terlambat,” gumam perempuan itu dengan mata menatap lurus layar yang menampilkan pesan teks dari Jay.Sementara itu, di sisi lain Zico yang berada di lobi rumah sakit dan sedang berbicara dengan seseorang, nampak mengernyitkan kening melihat keberadaan Ameera di se
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

Bab 56 || Diambang Kemelut

Rapat penting dengan para petinggi perusahaan tengah berlangsung di ruang konferensi utama yang megah namun terasa menyesakkan. Alvan duduk di ujung meja panjang dengan sikap tenang, punggung tegap, dan tangan terkepal di atas meja. Tatapannya tajam, nyaris seperti pisau yang mampu menembus kepercayaan diri siapa saja yang berani menentang pandangannya. Lampu-lampu gantung kristal memancarkan cahaya dingin, memantulkan kilau yang membuat atmosfer semakin menegangkan. Heningnya ruangan hanya dipecahkan oleh bunyi pelan keyboard dan gesekan kursi sesekali, menambah kesan formal yang mencekam.Slide demi slide presentasi berganti di layar besar di hadapan mereka. Setiap pembicara berusaha menahan gugup di bawah tatapan dingin Alvan yang tampaknya tidak pernah berubah. Mereka berbicara, menjelaskan strategi dan ide, tetapi tidak ada reaksi apa pun dari pria itu. Baik anggukan, senyuman, bahkan tidak satu pun kata. Wajahnya seperti topeng batu yang mustahil dibaca, membuat siapa pun yang b
last updateLast Updated : 2025-01-26
Read more

Bab 57 || Bisikan yang Ditelan Angin Malam

Langit senja merangkak menuju kelam, sementara ketegangan yang sedari siang merayap masuk, masih mencengkram hati Alvan dengan kuku-kuku tajamnya. Sosok jangkung itu berdiri membatu di depan jendela besar ruang kerjanya, menatap kosong ke arah cakrawala yang berpedar jingga kehitaman, seperti bara api yang meredup di telan malam. Wajah Ameera membayang di benaknya, mengisi setiap sudut pikiran-nya yang sudah pengap oleh kegelisahan. Apakah wanita itu baik-baik saja? Ataukah nasib buruk telah menjadikan-nya tawanan takdir? Pertanyaan-pertanyaan itu bergulir tanpa henti, bagai ombak yang menghantam karang di lautan.Jam dinding berdetak pelan. Ritme yang monoton, tetapi di telinga Alvan, suara itu seakan berbisik bahwa waktu bersekongkol melawan-nya. Orang-orang suruhan-nya belum juga memberi kabar, telpon di atas meja kerja itu membisu, menjadi saksi frustrasi yang kian membuncah.Jay memasuki ruangan dengan langkah sepelan bayangan. Wajahnya yang lelah mencoba menyembunyikan beban, me
last updateLast Updated : 2025-01-29
Read more

Bab 58 || Jejak yang Hilang

Angin malam merayapi kulit seperti desisan rahasia yang menyelinap di antara kegelapan. Hawa dingin menusuk hingga ke tulang, menggigilkan nyali yang rapuh. Perlahan, Ameera membuka matanya. Kepalanya berdenyut berat, pandangan-nya buram seperti kaca yang terselubung embun. Udara di sekitar beraroma besi dingin, bercampir dengan rasa asing yang menyesak-kan dada.Kesadaran-nya pulih sedikit demi sedikit. Jantungnya seakan melompat ke tenggorokan saat menyadari sesuatu. Saat ini ia tidak berada di tempat yang aman.Jari-jarinya menggeliat. Namun, gerakan-nya terbatas begitu merasakan tali kasar mecengkeram pergelangan tangan-nya di belakang sandaran kursi, meresap ke dalam kulit hingga menimbulkan nyeri perih. Ameera mencoba meronta, menggerakan tubuhnya. Akan tetapi, semakin ia berusaha semakin kuat belenggu itu menjeratnya. Napasnya memburu. Matanya liar, menelisik sekeliling.Langit terbentang luas di atas kepala, dihiasi lampu-lampu kota yang berpedar dari kejauhan. Gedung-gedung t
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more

Bab 59 || Kilatan Ketegangan

Mobil-mobil hitam melesat menembus kelam, beriringan seperti kawanan bayangan yang berkejaran di bawah langit pekat. Lampu-lampu jalan menorehkan cahaya samar di atas aspal basah, menciptakan ilusi perjalanan tanpa akhir. Malam terasa lebih panjang dari biasanya, seolah waktu sendiri menahan napas di antara detik-detik yang melaju.Di dalam salah satu mobil, Alvan duduk dengan rahang mengeras. Jemarinya mengepal di atas paha kokoh, matanya lurus menatap ke depan, tetapi pikirannya melayang jauh, tertuju pada satu nama—Ameera. Ia harus menemukan-nya dan membawanya pulang, bagaimanapun caranya. Bayangan wajah Ameera berkelebat dalam benaknya, senyum serta tatapan teduhnya, dan kini, entah di mana ia berada dalam kegelapan yang mungkin lebih pekat dari malam itu sendiri.Ponselnya bergetar berkali-kali, menciptakan nada yang mengganggu kesunyian di dalam mobil. Nama mamanya berkedip di layar, panggilan demi panggilan tanpa henti. Alvan tahu apa yang akan dikatakan wanita itu—menyuruhnya
last updateLast Updated : 2025-02-02
Read more

Bab 60 || Kejutan?!

Setelah menempuh perjalanan cukup panjang yang dipenuhi bayang-bayang kecemasan. Akhirnya, Alvan tiba di Tower Galaxy Group. Gedung pencakar langit itu menjulang angkuh, seperti benteng yang menyembunyikan rahasia kelam di balik cahaya yang gemerlap. Dikelilingi pengawal bersenjata lengkap, sosok jangkung itu melangkah cepat, setiap gerakan-nya dipandu oleh satu tujuan—rooftop, tempat di mana Ameera diduga disekap.Derap langkah mereka menggema di sepanjang koridor, menciptakan simfoni ketegangan yang bergema di antara dinding-dinding beton yang dingin. Angin malam menderu liar, membawa serta bisikan badai yang menggantung di langit. Petir sesekali menyambar, menyibak kegelapan seakan malam itu sendiri menjadi saksi bisu pertempuran yang akan pecah.Pintu besi di ujung lorong berderit pelan sebelum akhirnya terbanting terbuka dengan keras, meneriak-kan perlawanan terhadap kedatangan Alvan. Ia menerobos masuk ke rooftop, pistol kokoh menggenggam erat di tangan-nya, siap menyalak kapan
last updateLast Updated : 2025-02-03
Read more
PREV
1
...
345678
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status