All Chapters of Cinta yang Tertukar: Chapter 411 - Chapter 420

579 Chapters

Bab 0411

Saat Felix datang, suasananya tampak serius."Apa yang Ibu katakan padamu?" tanya Felix pada Yara tanpa basa-basi.Yara menggeleng. Dia tidak bisa membiarkan Felix melawan Agnes demi dirinya dan anak-anaknya.Dia harus memikirkannya sendiri.Felix mendesah. "Kamu mau pergi ke Meria?"Yara entah kenapa merasa bersalah. Dia mengangguk dan menjelaskan, "TaLa mengundangku belajar di sana dulu. Kandunganmu masih terlalu awal waktu itu, jadi aku menolak.""Ya, ini adalah kesempatan yang bagus, pergilah." Tak disangka, Felix setuju.Mata Siska membelalak kaget. "Kak, kamu mau ikut juga?"Yara seketika menatap Felix dengan gugup. Dia tidak ingin Felix pergi, dia tidak ingin membawa masalah bagi Felix lagi."Pekerjaanku memang nggak ada jadwal pasti setiap hari, tapi aku tetap nggak bisa pergi-pergi sesukaku." Felix tersenyum pada Yara. "Tenang saja, aku nggak akan pergi."Yara menghela napas lega.Tak dapat dipungkiri, Felix merasa sedikit kepahitan dalam hatinya meski dia tersenyum. "Tapi kam
Read more

Bab 0412

"Iya." Yara setuju sambil menggelengkan kepala tak berdaya.Siska lalu membungkuk dan menepuk-nepuk perut Yara. "Kalian berdua juga nggak boleh nakal, bantu aku menjaga ibu kalian.""Iya, aku bantu jawabkan." Yara benar-benar geli dibuatnya.Dia kemudian menatap Felix. "Kak, aku masuk dulu, ya. Jaga selalu kesehatanmu. Terima kasih banyak untuk beberapa hari ini.""Iya, hati-hati di jalan. Jangan lupa telepon Gio kalau sudah turun dari pesawat." Felix tidak bisa menggambarkan betapa berat hatinya membiarkan Yara pergi.Mereka berdua menyaksikan Yara melewati pemeriksaan keamanan dan menghilang dari pandangan.Siska menatap ekspresi Felix dan bertanya penasaran, "Kak, kamu beneran nggak ikut?""Aku masih ada misi." Felix melihat ke arlojinya dan berpamitan. "Siska, hati-hati menyetir sendirian, aku mau ke kamp.""Iya." Siska tetap merasa ada yang mengganjal di sini. Melihat Felix bergegas pergi, dia berpesan lagi dengan lantang, "Hati-hati."Felix tidak mengatakan secara spesifik misi a
Read more

Bab 0413

Keesokan paginya, Yara pergi ke kantor pusat TaLa.Tempat itu sangat indah, dengan cita rasa desain yang tinggi. Orang-orang yang masuk dan keluar adalah para fashionista, memamerkan modal desain penuh gaya.Orang yang bertanggung jawab untuk menerima Yara juga berasal dari negara yang sama, bernama Berlina Givani. Wanita itu sedikit lebih tinggi dari Yara, dengan rambut pendek dan kepribadian yang sangat ceria."Selamat datang, Nona Yara, aku sudah lama menjadi penggemarmu." Begitu bertemu, Berlina langsung memeluk Yara erat-erat.Yara mau tak mau merasa tersanjung. "Penggemar?"Berlina mengangguk. "Ya, aku sangat suka karya-karyamu, terutama "Pulau"."Yara tertegun sejenak. Berlina bicara tentang Melanie yang menjiplak karya-karyanya. Tak kusangka, ada orang dari kantor pusat TaLa mengetahui hal itu juga.Dia tersenyum tipis. "Terima kasih.""Sama-sama. Kamu pantas mendapatkannya. Nggak seperti seseorang ..." Berlina mengerutkan bibirnya. "Yang cuma bisa pencuri."Dia berkata lagi di
Read more

Bab 0414

"Tunggu sebentar, Bibi ambilkan makanan nanti." Berlina mengambil tas di tangan Yara. "Ayo, naik dulu."Amel sangat pintar dan segera mengucapkan sampai jumpa pada Yara."Sampai jumpa, Amel." Yara merasa agak sedih, berjalan mengikuti Berlina ke atas.Dia bertanya penasaran, "Apa yang terjadi? Kenapa anak itu di rumah sendirian? Orang tuanya nggak peduli padanya?""Siapa yang tahu?" Berlina membuka lemari es untuk mencari-cari makanan. "Aku belum pernah lihat ibunya. Ayahnya kadang nggak pulang berhari-hari. Berat sekali bagi anak ini bisa bertahan hidup sampai sekarang. Dia mengandalkan bantuan dari tetangga."Yara mengerutkan keningnya. "Kenapa bisa sampai begitu? Dia masih sangat kecil."Berlina mengambil susu dan roti sambil mendesah. "Mau bagaimana lagi. Dua orang tuanya kemungkinan bukan orang sini. Entah bagaimana mereka bisa sampai di sini. Mungkin ibunya menyesal punya anak, lalu kabur. Ayahnya juga nggak peduli."Dia bisa melihat bahwa Yara sangat khawatir pada anak itu, jadi
Read more

Bab 0415

Setelah makan malam, Yara masih merasa khawatir, jadi dia mengeluarkan makanannya lagi.Tak disangka, sesampainya di bawah, dia melihat Amel berdiri di balik pintu terali sambil memandang keluar dengan penuh cemas."Amel?" Yara berjongkok di ambang pintu. "Ayahmu keluar lagi?""Ssst! Pelan-pelan!" Gadis kecil itu menutup mulutnya dengan jari-jari mungilnya. "Ayah sedang tidur, jangan bangunkan dia."Yara mengangguk dan bertanya dengan lembut, "Kamu sudah makan malam?"Amel melihat sekilas ke arah makanan di tangan Yara dan menggeleng. "Nggak. Ayah capek, jadi nggak masak makan malam."Yara pun mengerti bahwa Berlina benar. Pria itu telah memakan makanan yang baru saja dia antarkan.Dia benar-benar kehabisan kata-kata. Bagaimana bisa ada ayah seperti itu?Amel masih sangat kecil, kenapa ibunya juga tidak peduli padanya?Dengan hati-hati, dia membuka bungkusan yang dia bawa dan menyerahkan roti dan susu itu melalui pintu terali. "Ayo makan, pelan-pelan saja.""Terima kasih, Bibi." Amel s
Read more

Bab 0416

"Ya, baru pindah tadi, tapi nggak akan lama." Yara menarik sudut mulutnya.Pria itu mengambil satu set kunci dari meja kopi di sebelahnya dan melemparkannya. "Tolong bantu aku menjaganya kalau kamu mau."Yara menangkap kuncinya dan menatap pria itu dengan agak terkejut."Kalau nggak mau, taruh saja kuncinya dan keluar sekarang juga." Nada suara pria itu sangat keras.Yara ragu-ragu sejenak, tapi tidak meletakkan kuncinya. "Oke, tapi aku juga harus pergi kerja di siang hari. Jadi kalau kamu nggak di sini malam-malam, aku akan minta Amel pergi ke rumahku.""Terserah." Lelaki itu memejamkan matanya lagi.Yara mengingatkannya lagi sebelum pergi. "Aku cuma tiga bulan di sini. Setelah itu, kamu harus pikirkan lagi sendiri."Pria itu tertawa kecil. "Mungkin kami juga pindah nggak sampai tiga bulan."Yara mengucapkan selamat tinggal pada Amel dan naik ke lantai atas.Dia segera memberi tahu Berlina tentang hal itu dan berkata dengan wajah meminta maaf, "Maaf, aku mengambil keputusan tanpa seiz
Read more

Bab 0417

Keesokan paginya, Yara terbangun dan mendengar suara Berlina bicara lewat telepon di ruang tamu."Ibu, jangan khawatir, aku sedang memikirkan cara. Aku akan mengumpulkan cukup uang untuk operasi secepatnya." Berlina terdengar cemas. Ketika melihat Yara keluar, dia menutup telepon. "Oke, kita sambung lagi nanti."Yara berpikir sejenak, lalu bertanya, "Keluargamu ada yang perlu operasi?""Iya." Mata Berlina sedikit memerah, dia mencoba tersenyum dengan enggan. "Aku sudah membuatkan sarapan, kamu mandi dulu sana, lalu makan.""Terima kasih." Yara pergi mandi sebentar.Meski sederhana, sarapan di atas meja itu sangat nikmat. Namun, Berlina jelas tidak bisa makan."Masih butuh berapa lagi untuk biaya operasi?" Yara berinisiatif untuk bertanya. Meski baru kenal beberapa hari, dia merasakan kedekatan yang kuat dengan Berlina dan ingin membantu.Berlina buru-buru menggelengkan kepalanya. "Nggak banyak, aku bisa mengatasinya sendiri, terima kasih.""Nggak apa-apa, aku punya beberapa puluh juta
Read more

Bab 0418

"Bibi, Amel nggak sakit kok." Si kecil ini terlalu baik.Yara menarik napas dan menahan air matanya. "Amel, apa ... ayahmu yang memukulmu?"Amel ragu-ragu sejenak, lalu mengangguk dan segera menjelaskan, "Ayah kadang kangen Ibu. Kalau sudah minum alkohol, Ayah .... Tapi Amel nggak menyalahkan Ayah."Yara tidak dapat menahan air matanya. Anak kecil di depannya ini terlalu baik dan malang.Namun, dia hanya orang luar. Dia tidak bisa berbuat apa-apa.Sambil membantu Amel mandi, dia bertanya, "Amel, kamu masih ingat ibumu?"Mungkin ibu anak itu tidak punya pilihan dan harus pergi. Mungkin ibunya ini adalah satu-satunya harapan bagi Amel.Amel menggeleng. Ibunya sudah pergi selama yang dia ingat.Yara tidak menyerah. "Ibumu nggak meninggalkan nomor telepon atau kontak apa-apa?"Amel menggeleng lagi.Rasanya aneh sekali. Apakah ibu ini benar-benar menelantarkan Amel dengan begitu kejamnya?Yara bertanya lagi, "Kalau Ayah? Dia pernah bicara tentang Ibu? Seperti apa wajahnya? Atau yang lainnya
Read more

Bab 0419

Melanie buru-buru menutup telepon.Dia tak menyangka akan bertemu dengan Nando secepat ini setelah kembali ke Meria.Dia mengira ... setelah Silvia meninggal, Yudha tidak akan pernah tahu. Namun, sekarang dia bertemu Nando lagi.Apa yang harus dilakukan?Dia dapat mendengar betapa benci Nando padanya. Dia takut."Melly?" Suara Yudha tersengar dari belakangnya. "Kamu kenapa? Kenapa wajahmu pucat?""Nggak apa-apa, mungkin aku masih jet lag, perlu istirahat lebih lama lagi." Melanie mematikan ponselnya dan menyimpannya."Kamu sebenarnya nggak perlu ikut aku ke kantor. Temui teman-temanmu dulu, istirahat di hotel kalau capek." Yudha juga tidak terlalu ingin berada di dekat Melanie."Aku ingin menemanimu." Melanie memegang lengan Yudha dan berkata manja, "Jangan khawatir, aku pasti istirahat kalau memang capek."Keduanya memasuki kantor bersama-sama. Yudha melakukan pekerjaannya, sementara Melanie membaca majalah di sebelahnya.Selang beberapa saat, seorang sekretaris mengetuk pintu."Ada a
Read more

Bab 0420

"Nggak, nggak ...." Melanie meronta mati-matian, tapi dia bukan tandingan bagi Nando dan hampir mati kehabisan napas."Melanie, aku selalu pintar selama lebih dari 20 tahun. Bagaimana bisa aku dibodohi oleh perempuan sialan sepertimu?" Nando menghadap Melanie, mereka berdua sangat dekat. "Melanie, kamu lebih keji daripada binatang buas. Kamu ingin aku mati? Bagaimana dengan putrimu?"Matanya diwarnai semburat merah, melotot penuh kebencian, sedikit menakutkan. "Harimau saja nggak akan makan anaknya sendiri. Tapi kamu ingin membunuh putrimu sendiri!"Lalu dia menghempas Melanie ke tanah."Uhuk, uhuk ...." Melanie terbatuk-batuk sambil terengah-engah.Dia tahu bahwa Nando tidak dapat bergerak sedikit pun di sini tanpa dokumen identitas. Apalagi dibebani putrinya, semakin tidak mungkin dia bisa pergi dari sini.Dia mengira mereka sudah lama mati.Putrinya?Itu bukan putrinya, tetapi noda dalam hidupnya. Kesalahan terburuk yang tidak seharusnya dia lakukan.Namun ternyata, Nando tidak berp
Read more
PREV
1
...
4041424344
...
58
DMCA.com Protection Status