Bab 2: Hare Gene Gak Punya PacarMobil sedan berwarna silver meluncur tenang, menyusuri jalan Sudirman, Pattimura, Diponegoro dan terus menuju bagian timur kota Bandar Baru.Dari dalamnya aku menikmati indahnya lampu-lampu, kelap-kelip sepanjang jalan dan di taman-taman kota.Jantungku masih berdegup kencang, sisa dari kengerian yang aku alami setelah menyelamatkan seorang wanita korban perampokan tadi.”Terima kasih, terima kasih ya, mmmm, siapa nama Abang tadi?” tanya Mira, demikian nama wanita yang berhasil aku tolong tadi dari balik kemudinya.Ia masih tampak shock akibat kejadian satu jam yang lalu itu. Tadi, beberapa kali ia menghentikan mobil, menekan dada dengan sebelah tangan, dan menarik nafas dalam-dalam.Sisa air minum milikku, yang kusodorkan padanya langsung ia minum sampai tandas. Padahal, aku sendiri masih sangat kehausan.”Fatih,” jawabku pendek, tanpa mengalihkan pandangan dari seantero jalan yang baru kali ini aku lewati.”Fatih.., nama lengkapnya?””Muhammad Fatih.
Read more