Bab 55: Terperangkap** Tadi pagi, sebelum aku berangkat ke hotel, pegawai rumah sakit mengingatkan biaya yang harus segera dibayar. Jumlahnya,“Dua belas juta rupiah, Pak,” kata sang pegawai itu. Dua belas juta, itu uang semua, tak boleh bercampur daun akasia, selembar pun. Mendengar itu Johan tertunduk, dan aku hanya bisa menelan ludah. Pahit, pahit sekali.Di dalam oplet menuju hotel, Josep kembali meneleponku. Sebelum ia sampai kepada kalimat ancaman, segera kusembur dia dengan makianku. Serentak saja penumpang seisi oplet memandang ke arahku.Kepalaku hampir meledak rasanya saat kulangkahkan kaki memasuki areal hotel. Dengan suasana hati yang kisruh itu pula aku bekerja.Kacau, pekerjaanku tidak ada yang beres. Ditambah dengan tanganku yang masih nyeri dan ngilu, bahkan ketika aku memaksakan diri untuk mengangkat seember air, malah terjatuh dan tumpah. Pada jam istirahat, kulangkahkan
Read more