Beranda / Lain / Ifat / Bab 41 - Bab 50

Semua Bab Ifat: Bab 41 - Bab 50

232 Bab

Bab 41: Protect Your Self !

Bab 41: Protect Your Self ! Doaku terkabul!Orang yang bernama Aldo ini memang tidak sekekar Ade Rai. Posturnya, berat badan, tinggi badan, termasuk jangkauan tangan dan kaki, kutaksir semuanya seimbang denganku.Jika aku perhatikan dari satu sudut, sungguh, wajah Aldo mirip sekali dengan Adven Bangun.Nah, karena sejak kecil aku mengidolakan Barry Prima—pemeran pendekar golongan putih yang dimusuhi Adven Bangun—maka secara otomatis dan naluriah, aku segera menganggapnya sebagai musuh.Film Indonesia memang kadang-kadang bisa membuat orang menjadi aneh.Aku sudah cukup banyak menonton film laga kolosal Indonesia waktu kecil dulu. Maka dari itu aku sangat hafal, jika ada Barry Prima, maka sudah pasti dia jadi pendekar protagonis. Dan jika ada Adven Bangun sudah pasti dia menjadi penjahat.Yang menjengkelkan lagi, jika Adven Bangun ini menodai tokoh wanita di dalam film, maka Barry Prima-lah yang kemudian menye
Baca selengkapnya

Bab 42: Film Indonesia

Bab 42: Film Indonesia Satu tendangan berhasil aku hindari. Tendangan berikutnya berhasil kutahan dengan dua tangan.Ya Tuhan, kuat sekali power Aldo! Daya ledaknya membuatku terjajar tujuh langkah ke samping.Belum sempat aku menarik nafas, beberapa pukulan segera menghujaniku.Aneh sekali! Bentuk tangan Aldo ketika memukul tidak mengepal, tapi menyerupai cakar, dan ia memukul seperti tidak menggunakan power. Gerakannya seperti mencomot kue di atas piring saja.  Sepertinya, sepertinya.., aku pernah melihat warna gerakan serupa Aldo!Tapi di mana??Ah, mungkin hanya sepertinya. Aliran silat di Indonesia jumlahnya ratusan, maka sudah pasti jurus yang digunakan Aldo salah satunya.Oh tidak.., Aldo menerjangku!Tumit Aldo melesat dua inci dari perutku. Setelah itu ia melompat, lututnya mengarah ke wajahku. Tak mungkin kupapak, cepat aku menghindar.Namun ternyata, i
Baca selengkapnya

Bab 43: Dari Film Lama

Bab 43: Dari Film Lama Aku jadi merasa tak enak hati. Dokter pribadi Josep mengatakan bahwa akibat tendangan beruntunku di pertandinganntadi membuat Aldo mengalami gegar otak ringan.Ia sedang istirahat sekarang, di salah satu kamar rumah Josep.“Bagaimana Fat, kamu baik?” Tanya Josep menghampiri aku di beranda samping.Aku mengangguk.“Semangat, pantang menyerah, gigih dan kontrol diri. Itulah yang membuat dirimu istimewa,” sambungnya tersenyum.“Aku puas, Fat. Sungguh, aku tidak akan kecewa.”Josep memberiku amplop coklat berisi segepok uang. Dia bilang itu untuk reward dan biaya perobatanku.“Nah, sekarang, aku minta kamu bersiap untuk pertarungan,” Josep berhenti. Sepertinya ia salah bicara.“Mmm.. maaf, maksudku tes selanjutnya.”Kutatap Josep. “Kapan itu, Bos?”“Jos, bukan bos.”“Iya, kapan i
Baca selengkapnya

Bab 44: Bungo Rampai

Bab 44: Bungo Rampai “Kalau begitu, kamu pernah nonton film Sengsara Membawa Nikmat?”“Ya, lalu?”“Kalau begitu, kamu tentu ingat di salah satu adegannya, si Midun tokoh utama berkelahi dengan si Kacak.”Aku ingat! Inilah jawaban dari pertanyaanku tadi! Di film itulah aku pernah melihat gerakan jurus serupa yang dimainkan Aldo tadi. Aku antusias.“Nah, itu adalah rangkaian jurus Bumi Dipijak Langit Dijunjung.”Aku mengangguk-angguk.“Itu jurus langka, Fat. Setahuku, di dunia ini hanya lima orang saja yang menguasainya. Empat orang pertama telah tiada, dan akulah orang kelima itu. Namun sayang, aku tak bisa menguasainya secara utuh. Bahkan, perguruan yang melahirkan jurus itu sekarang hanya tinggal nama.”“Perguruan apa itu?”“Perguruan Bungo Rampai.” Aldo bercerita banyak seputar silat
Baca selengkapnya

Bab 45: Kecewa

Bab 45: Kecewa   “Jujur aku katakan ke kamu, Fat. Anakku sedang sakit, dan aku sedang membutuhkan biaya. Itulah sebabnya aku memenuhi panggilan Josep." "Dia memberiku dua juta rupiah untuk bertanding dengan kamu, dan dua kali lipatnya jika aku bisa mengalahkan kamu.” “Aku tidak sedang mengarang cerita, Fat. Aku ceritakan ini semua karena beberapa menit yang lalu kamu telah menjadi saudaraku. Aku tahu kamu orang baik, dan aku tidak rela orang baik seperti kamu dijadikan ayam aduan di ajang itu.” “Tetapi, setelah ini, semuanya terserah padamu. Aku hanya ingin menjelaskan semuanya secara jujur. Kamulah yang menentukan hidupmu. Pilihan takdirmu ada di tanganmu sendiri. Bijaklah.” Aku memejamkan mata. Dengan semua keterangan Aldo itu, aku membayangkan suatu gedung yang dipenuhi penonton. Mereka bertaruh untuk dua petarung di dalam sebuah ring. Sorak-sorai, kupon taruhan, darah bersimbah. Mengerikan, aku takut sekali. “T
Baca selengkapnya

Bab 46: Hei, Pencuri!

Bab 46: Hei, Pencuri! Tuit, tuit, tiiiitt!Benar, ponselku berdering di dalam kamar. Suaranya terdengar hingga sampai beranda. Panggilan masuk yang terdengar bising di malam hari pukul satu begini.Khawatir mengganggu tidur Joni dan Johan aku pun bergegas masuk. Kuraih ponsel di atas lemari bersamaan dengan berakhirnya panggilan itu.Aku menatap layar ponsel, melihat daftar panggilan tak terjawab, menemukan sebuah nomor asing yang tidak tersimpan di memori ponselku.“Siapa pula yang menelepon malam-malam begini?” Batinku.Jika bukan karena urusan yang genting, tentulah si penelepon ini termasuk golongan orang-orang yang tak tahu adat. Beberapa menit kemudian aku terus menunggu panggilan berikutnya.Ternyata, tidak ada panggilan lagi.Aku turunkan tubuh untuk mengambil posisi tidur di kasur lipatku, hampir bersamaan dengan ibu jariku memencet tombol power untuk mematikan ponsel, tepat ketika ada sebuah
Baca selengkapnya

Bab 47: Catatan Hati Para Pecinta – part 1

Bab 47: Catatan Hati Para Pecinta – part 1 Ditulis oleh: ALTAMIRA.Kota Bertuah, Bandar Baru, Februari 2008.= Terima kasih, Superman. Terima kasih telah menyelamatkan aku malam itu.= Seberapa banyak pun aku membayar, tetap saja itu tidak akan bisa untuk membalasnya.= Sekarang sudah abad 21, dan kamu bilang belum pernah punya pacar? Kamu bohong!= Ngomong-ngomong, ternyata kamu norak juga ya? Cuma netesin obat ke bibirku saja tangan kamu gemetar.= Aku sudah berusaha mendapatkan pekerjaan untuk kamu, cuma cleaning service, tapi itu adalah yang terbaik yang dapat aku usahakan saat ini. Mudah-mudahan kamu betah ya, dan mudah-mudahan ini bisa menjadi batu lompatan untuk kamu mencari kehidupan yang lebih baik lagi. Kota Bertuah, Bandar Baru, Maret-Mei 2008.= Besok, aku mau ke rumah kamu. Tidak ada apa-apa kok, cuma ingin melihat keadaanmu saja.= Aku jadi curiga, jangan-jangan kamu
Baca selengkapnya

Bab 48: Catatan Hati Para Pecinta – part 2

Bab 48:  Catatan Hati Para Pecinta – part 2 Ditulis oleh: LEONY DWI ANDINI.Bandar Senapelan, Bandar Baru, Februari 2008.= Siapa itu? Orang baru ya? Kok Bu Rose tidak memperkenalkan ke kita-kita semua?= Oh, cuma CS.= Huh, Mustika Bumi ini cuma sepuluh lantai, Masbro. Kamu ngelihatnya seperti ngelihat menara Eiffel saja.= Apa lihat-lihat?? Kalau mau lewat, lewat saja! Bandar Senapelan, Bandar Baru, Maret-Mei 2008.= Siapa sih nama orang baru itu?= Ifat? IFAT..?? Seperti nama cewek saja. Cocoklah dengan mukanya yang culun itu.= Mau salaman saja seperti takut hantu. Kalau bicara itu, lihat wajah si lawan bicara dong!= Apa lihat-lihat?? Aku lagi PMS nih! Aku terkam kamu nanti! Bandar Senapelan, Bandar Baru, Juni 2008.= Oh, begitu? Tapi kok, aku tidak pernah dengar soal itu. Memangnya dia itu lulusan sekolah pariwisata atau perhotelan?
Baca selengkapnya

Bab 49: Catatan Hati Para Pecinta – part 3

Bab 49: Catatan Hati Para Pecinta – part 3 Bandar Senapelan, Bandar Baru, Maret 2009.= Aku minta shif pertama pada Destika. Dia yang menjaga meja resepsionis. Aku sengaja mau menunggu kamu di jam makan siang.= Begitu kamu masuk ke kantin, terus ke belakang, duduk di meja dekat kompor Ibu Kantin itu, aku langsung menyusul kamu.= Aku memang sengaja kok. Aku ambil semua menu terbaik yang dimasak Ibu Kantin. Aku letak di depanmu. Aku juga sengaja, mengambil nasi untukku sendiri, dan makan bersama kamu.= Kok, bengong? Ya, sudah, teruskan saja makannya.= Ih, kok lucu? Mulut kamu mengatup, tiba-tiba berhenti mengunyah, melihat padaku, melihat pada menu yang aku hidang di meja, terus melihatku lagi.= Jujur, aku suka melihat wajahmu yang terperangah begitu.= Oh, iya. Mungkin kamu malu sama aku, mungkin kamu sungkan. Kalau begitu, aku boleh minta sambal ikan teri bekalmu itu? Semua yang aku hidang, ambillah, ma
Baca selengkapnya

Bab 50: Catatan Hati Para Pecinta – part 4

Bab 50: Catatan Hati Para Pecinta – part 4 Ditulis oleh: ANGGUN AULIA RASYID.Payung Sekaki, Bandar Baru, April 2010.= Aku minta maaf, Leony. Sungguh, maafkan aku. Aku tidak bermaksud menyakiti hatimu.= Leony, I am so sorry.. Dia itu.., ternyata dialah penyihir itu! Dialah lelaki yang telah menyihir aku.= Seperti kisah Nabi Yusuf yang kamu bilang, dialah yang membuat aku tidak sadar melukai tanganku sendiri.= Momen sepersekian detik sebelum senyumnya benar-benar mengembang itu, yang kamu bilang seperti sakit gigi itu, aku melihatnya tidak seperti itu.=  Aku justru melihat momen itu seakan-akan ia sedang menyembunyikan kesedihannya. Itulah yang mungkin membuat senyumnya kelihatan menarik. Betul, senyumnya indah.= Kamu benar Leony, dengan semua yang kamu bilang. Tiba-tiba saja cinta datang, tahu-tahu aku sudah meriang memikirkan dia.= Aku nyaris tidak percaya, di zaman sekarang ini
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
24
DMCA.com Protection Status