All Chapters of Ibu Susu Anak Dosenku: Chapter 81 - Chapter 90

138 Chapters

81. Kepalsuan

Lela diseret keluar oleh Dika dengan terburu-buru. Sampai di meja Dika dan Bella, ia malah memberikan Lela es boba. "Makasih, Kak. Aku pamit ke ruangan ya, mau solat juga." "Oh ya, em... bentar 10 menit." Kebetulan Bella sedang makan siang jadi tidak ada orang selain mereka di sana. "Saya tau kamu sakit hati liat mereka kan? Maaf yah nyeret kamu sampe segitunya, takut kamu semakin sedih." Lela terkekeh, "Enggak kok, gak papa. Emang saya yang gak peka, makasih udah menyelamatkan saya." "Apa dah!" "Hehe... soalnya saya shock aja, setau saya Pak Bara suka judes sama Mbak Dena. Tapi ternyata dia berbalik suka," ujar Lela senang. Dika jadi bingung, ia kira Lela akan sedih. "Btw, kamu gak sakit hati liat mereka." "Sakit hati gimana?" Dika terkejut, "Mereka mau bertunangan, dan...." Lela segera menghentikan Dika dengan tangannya, ia jadi inhat dengan kata-kata beberapa orang sebelumnya. "Maksud Kak Dika aku cemburu?" "Enggak ya?" Sebelum menjawab Lela menghela
Read more

82. Hubungan Palsu

"Pertimbangannya ya karena sulit untuk dapat pengganti kamu yang cocok sama Damien." Lela memikirkan jawaban itu dan mengangguk-angguk. "Semakin hari semakin banyak berita tentang pengasuh yang gak bertanggung jawab, malah bikin bayi yang diasuh celaka. Saya tentu nggak mau kayak gitu, meskipun ada Bi Tati, saya benar-benar ingin orang seperti kamu untuk menjaga Damien dengan tulus. Kamu mikirin Damien sampai segitunya, nggak semua pengasuh memiliki hati yang sama kayak kamu." Lela tidak menyangka Bara mendengarkan semua yang ia katakan dengan seksama, ungkapannya tentang kekhawatirannya pada Baby Dam saat ia pergi kerja dan menyisakan sedikit tenaga untuk bayi kecil itu. "Saya ingin dia tumbuh dengan kasih sayang, meskipun bukan dari ibu kandungnya. Lalu Bi Tati juga awalnya kan bukan pengasuh sebelum ada Damien, dia pembantu biasa kaya Bi Hera. Dia jadi pengasuh karena saya memang belum bisa mempercayai orang lain selain pekerja yang sudah lama bekerja untuk keluarga saya."
Read more

83. Denial

Bara pergi dari sana, diikuti Greg yang merasa canggung. "Oh maaf La, aku gak bermaksud mendesak," ujar Blenda menggenggam tangan Lela. Lela menggeleng, "Gak papa, Dok. Yang salah ngira kalau aku suka sama Pak Bara gak cuma Dokter, saya pikir, masuk akal. Mungkin sikap saya seperti orang yang menyukai Pak Bara." Mereka pun menyelesaikan pembicaraan mereka di sana, Blenda pun pamit pergi. Kepergian Blenda meninggalkan pertanyaan bagi Lela, pertanyaan yang ditujukan untuk dirinya sendiri. "Apakah aku emang suka sama Pak Bara sebagai pasangan, bukan idola?" gumamnya menatap gelas di tangannya yang sudah kosong. ••• "Baby Dam sayang, Mama pergi kerja dulu ya. Baik-baiklah sama Bi Tati, oke?" pamit Lela dengan lembut. Akan tetapi pagi itu Baby Dam terlihat tak bisa diam, menangis, berhenti, menangis, berhenti. Begitu seterusnya, sampai Lela berangkat mepet waktu. Bara sudah berangkat ke luar negeri pagi-pagi sekali, jadi ia tak tau tentang anaknya yang rewel kecuali jika n
Read more

84. Trauma

Lela menghela napas saat Baby Dam tertidur lagi, ia merasa resah dengan situasi tadi. Padahal tadinya ia ingin memberi saran untuk Bara, karena sudah mau bertunangan dengan Dena, harusnya Dena mulai belajar mendekati Baby Dam. Kalau Dena dekat dengan Baby Dam, ia akan merasa lega melepas pekerjaan itu karena sudah ada ibu yang bisa menggantikannya di sisi Baby Dam. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Jika pada akhirnya ia memperpanjang kontrak itu, ia harus terlibat dengan Bara dan segala dinamikanya, termasuk Dena. Apalagi orang-orang menganggap kalau ia menyukai Bara, pasti ia akan menjadi antagonis dalam hidup mereka. ••• Di malam hari ketika Lela sudah berhasil menidurkan Baby Dam, tiba-tiba ia merasa ingin memakan sesuatu. Kebetulan ia mendengar ada suara Tukang Bakso yang lewat, jadi dia langsung turun ke lantai dasar dan minta izin ke Bodyguard untuk keluar sebentar membeli bakso. "Biar saya aja Mbak yang beli," ujar salah satu bodyguard." "Enggak usah, aku mau k
Read more

85. Hukuman

"Kami akan dihukum habis-habisan, Mbak," ujar Arif. "Hah?! Dihukum gimana?" tanya Lela lagi kaget dan bingung. "Sebelum kami jadi bawahan Tuan Bara, kami sudah dipahamkan bahwa tugas kami adalah melindungi artinya kami harus kuat. Nah dengan moto itu pula, kamiakan dihukum secara fisik juga." "Yang menghukum Tuan Bara sendiri." "Btw, Tuan Bara itu kuat banget. Dia punya badan sebagus itu bukan hanya karena rajin ngegym dan joging, tapi karena dia juga punya kemampuan bela diri tinggi. Silat, Taekwondo, dan Karate. Katanya sempat ikut K****u tapi dulu keburu jadwalnya padat, jadi gak bisa menyelesaikan pelatihannya, hanya di dasar aja yang dipelajari." "What?!" Lela tambah shock mendengarnya, ia tak tau kalau mereka harus menerima hukuman fisik kalau sampai melakukan kesalahan. "Berarti ini termasuk kalau karyawan di sini terluka atau diculik, kalian akan membelanya dan kalau gagal dihukum?" tanya Lela. Ketua Bodyguard pun mengajak Lela ke dalam dulu, jadi ia akan menjelaskan s
Read more

86. Bara itu Lemah

"Ada jutaan orang yang ingin ada di posisimu, Sayang," ujar Arabela dari telpon. "Tapi jutaan orang itu bukanlah aku," balas Bara. Aabella terdengar penggalan nafas. Ia memang tidak bisa melawan argumen anaknya, pun ia tahu bagaimana sulitnya dia ada di posisi Bara. Ketika mencintai harus dibatasi, ketika untuk bertahan harus menjadi orang yang tidak bebas memilih dengan perasaannya. Hidup memang tidak selalu menggunakan perasaan, tapi perasaannya tidak diperbolehkan lagi untuk hidup, ia tak memiliki opsi dalam hidup. "Kamu bisa kehilangan segalanya kalo nekat," ungkap Arabela khawatir. "Apakah selama ini aku sudah memiliki segalanya? CEO hanya gelar, segala hal yang orang lihat adalah milikku, itu masih dalam genggaman Papi." "Oke, ini... sulit.""Makanya aku nggak bisa meneruskan semua ini."Arabela langsung menyanggah, "... dan membiarkan orang lain mawaris harta itu?""Kalau itu yang diinginkan Papi, biarkan saja aku gak perduli.""Oh Sayang, serius kamu rela itu terjad
Read more

87. Akibat

Lela memikirkan apa yang dikatakan Fani, anak itu kritis dan penuh pertimbangan, ia pintar. "Tuan sedang di Bogor sekarang," ujar Bi Tati sebelum pulang. Lela sudah pulang, bersih-bersih, setelah itu ia menemanibaby Dam. Kini ia sedang menggendong Baby Dam dan terkejut mendengar informasi itu. "Bukannya harusnya pulang lusa, kok cepet banget?" tanya Lela. "Yah lusa baru sampe sini, tapi sekarang nginep di Bogor." "Oh gitu...." "Dah, Bibi pulang dulu ya. Baik-baik sama Mama ya, Baby Dam?" salam Bi Tati sebelum pergi. "Iya Bi, hati-hati." "Oke, assalamualaikum." "Waalaikumsalam." Bi Tati pun pergi meninggalkan Lela dan Baby Dam yang tadi ada di ruang santai. Lela memang merasakan perasaan yang tidak enak, entah kenapa. Ada firasat buruk yang membuatnya ragu. Apa jangan-jangan Padahal yang terjadi pada Bara?•••"Mba Lela!" panggil seseorang dari balik pintu kamarnya kencang.Brak! Brak! Brak!Ketukan pintu itu sangat brutal membuat Lela langsung lompat dari kasurnya dan
Read more

88. Kepastian Tanpa Jaminan

"Dilindungi itu pasti. Masalahnya, bisa jadi Baby Dam akan menjadi pewaris berikutnya menggantikan Ayahnya, dan hidup di tangan Kakeknya. Kamu paham kan maksudku?" Lela mengangguk paham, hidup Baby Dam akan diatur oleh kakeknya sepenuhnya. Padahal Baby Dam perlu hidup dengan bebas, bebas memilih apa yang ia inginkan. "Semoga Aran baik-baik saja," ujar Arabela. "Aamiin," sahut Lela. •••Kemarin saat Bara pergi ke Bogor, ia ditemani Arabela. Arabela sangat takut jika mantan suaminya nekat melukai anaknya, ia tak ingin Bara benar-benar dilenyapkan oleh pria keras itu."Kenapa kamu ke sini malam-malam?" tanya Hendra duduk di depan Bara dan Arabela. "Dan, Bela?" Matanya menatap keduanya bergantian, Barmemang mirip dengan ibunya sehingga fisiknya seperti bule.Di sisi Hendra ada istrinya yang menemaninya, ia terlihat biasa tapi Arabela tau kalau ia juga tertekan dengan situasi itu.Kopi dan teh mengepul di depan mereka, tetapi itu tak cukup untuk mencairkan suasana. Ketegangan itu
Read more

89. Tidak Beres

Lela hampir tertidur di atas kursi ketika botol susu yang dipegangnya terjatuh ke lantai. Prak! Itu membuat Dika tidak tega melihatnya. Maka ia meminta Lela untuk pulang terlebih dahulu. Biar ia yang menjaga Bara, karena akan aneh kalau Lela juga libur. Jadi Dika memerintahkan Lela untuk masuk hari ini, sehingga Lela pun pulang diantar Bela. Lel juga membawa Baby Dam pulang, untuk kemudian dititipkan kepada Bi Tati. Untunglah saat di rumah sakit tadi Baby Dam tidak menangis. Setelah sampai rumah, baru ia menangis kencang minta disusui.Setelah menyusui Baby Dam, Lela pamit pada Bi Tati kalau ia akan berangkat kerja."Kamu nggak nungguin Tuan di rumah sakit?"Lela menggeleng, "Akan jadi aneh kalau aku ikut libur. Toh sudah ada Kak Dika di sana, keluarganya Lak Bara juga udah pada datang, termasuk Dena," ujar Lela yakin.Ia memang tidak bertemu langsung dengan Dena tapi, ia melihat Dena masuk rumah sakit saat ia ada di mobil Bela menuju ke Mansion. Bi Tati pun mengangguk paham, la
Read more

90. Gak Kenal

"Siapa kamu?!" tanya Bara kaget. Ia baru bangun dan langsung bertemu dengan Dena yang menjaganya. Dena pun shock dan langsung menoleh pada semua kerabat yang ada di sana. Sementara itu dokter sedang menuju ke ruangan itu stelah dipanggil tadi. "Aku... kamu gak inget aku?" Tak lama kemudian dokter pun datang dan langsung memeriksanya, di tengah kebingungan Dena dan keluarga Bara. Bahkan Arabela yang baru datang langsung syok ketika Bara tidak mengenalnya, ibunya sendiri.Kemudian dokter pun menyatakan bahwa Bara lupa ingatan."Mohon maaf sebelumnya, saya sudah menyampaikan kepada Pak Hendra terkait kemungkinan ini sebelumnya, dan kami harus memberitahukan bahwa Pak Bara mengalami lupa ingatan, karena benturan yang terlalu keras. Akan tetapi, untuk lupa ingatan sementara atau permanennya kami akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Sekarang kami belum bisa mengeluarkan diagnosa terkait hal itu." "Lalu kamu harus gimana dok?""... jadi keluarganya diharapkan untuk membantu meng
Read more
PREV
1
...
7891011
...
14
DMCA.com Protection Status