All Chapters of Ibu Susu Anak Dosenku: Chapter 71 - Chapter 80

138 Chapters

71. Hendra dan Lela

Lela dan Hendra ada di kantin kantor, ditemani oleh Sekretaris Hendra. Bagaimana itu terjadi? Sebelumnya saat Hendra keluar dari ruangan Bara, ia langsung mengajak Lela untuk pergi bersamanya. Lela kira Hendra ingin memintanya untuk melakukan sesuatu sebagai karyawan di sana, tetapi tidak. Hendra malah mengajaknya untuk makan di kantin. Ini agak aneh untuk Lela, Hendra bahkan tidak memesan apapun kecuali air putih kemasan. Namun melihat dari kondisi fisiknya yang sepertinya memiliki penyakit dalam, Lela pun mengerti. Mungkin Hendra harus menjaga pola makannya dan tidak makan di luar. Mereka terdiam sejenak setelah basa-basi sebelumnya. Kemudian Hendra pun berkata."Sebenarnya, saya mengajak kamu makan karena ingin menyampaikan suatu hal.""Baik Pak, silahkan.""Ya... sebelum itu saya ingin bertanya agar saya bisa menyampaikan ini untuk selanjutnya.""Baik, Pak." "Saya mengerti kamu hanyalah karyawan dari anak saya, tapi mendengar dari orang-orang di Mansion kamu memang orang y
Read more

72. Cari Istri, Pak

Lela pulang dalam keadaan lesu. Hari pertama terasa melelahkan sekali baginya, ia ada di lingkungan baru. Rasanya seperti agak dicuekin, tetapi ia memahami bahwa semua orang punya pekerjaannya masing-masing. Ketika ia bertanya hanya dijawab singkat, padat, tetapi tidak jelas, dan ia akan dimarahi kalau salah. Ia pun mengerti bahwa itu konsekuensinya, tetapi masih saja membebani hatinya. Itu manusiawi kan? Setelah bersih-bersih, ia menyusui baby Dam. Saat ia pulang, bayi itu masih saja terbangun dan bermain membuat Bi Tati tidak bisa pulang cepat. Syukurlah, kini anak bungsu Bi Tati sudah SMP dan mulai mandiri sehingga tidak perlu dipantau secara intens. Namun, Bara tetap memberi keringanan bahwa Bi Tati bisa datang jam 8 pagi. Kata Bi Tati, Baby Dam sekarang sudah tidak bisa tidur cepat karena menunggu Ibu asinya pulang. Hal itu membuat Lela semakin merasa bersalah. Apakah tindakan itu sudah tepat? Apa harusnya ia tidak bekerja saja? Tapi Bara bahkan mengizinkannya untuk
Read more

73. Gosip Murahan

Bukannya menjawab, Bara malah hanya tertawa dan pergi sambil membawa barangnya. "Apaan sih gak jelas," gumam Lela kesal. ••• Pagi harinya seperti biasa, Lela menyusui Baby Dam terlebih dahulu dan segera menitipkan Baby Dam pada Bi Hera sebelum Bi Tati datang. "Baby sama Bi Hera dulu ya Sayang," ujar Lela. "Iya Mama!" Bukan Baby Dam atau Bi Hera, tapi suara Bara yang entah datang dari mana tiba-tiba mendekati mereka dan menggendong Baby Dam. Awalnya Lela akan menyerahkan Baby Dam pada Bi Tati, tetapi malah diambil Bara terlebih dahulu. Bara pun menciumi pipi Baby Dam, membuat batita itu tertawa karena kegelian. Lela selalu terpesona melihat bagaimana hubungan keduanya sangat harmonis, sungguh ia ingin melihat pemandangan itu setiap hari selamanya.Namun, ia pun sadar dirinya siapa di sana? Ia hanyalah ibu Asi yang hanya dibutuhkan sampai Batita itu berusia 2 tahun.Setelah Bara selesai bersenang-senang dengan Baby Dam, ia pun mengajak Lela untuk berangkat bareng."Ay
Read more

74. Debat Kusir

Bara menghela napas melihat kedatangan sang ayah, entah kenapa ayahnya masih di Jakarta dan mengganggu pekerjaannya. "Apa yang membuat Pak Hendra ke sini dan memotong meeting kami?" tanyanya menekan kata 'Pak Hendra' padanya. Hendra pun mendekat dengan tongkatnya, ia berjalan dengan anggun selayaknya orang yang berkuasa. "Saya hanya ingin mengonfirmasi apa yang disampaikan Pak Budi, bahwa itu benar." "Pak, maksudnya apa?" tanya Bara mulai curiga dengan persekongkolan itu. "Semua itu terjadi karena ada sebab akibat, kalau bisa memanfaatkan kedekatan kamu sama Dena yang memiliki banyak fans, kenapa tidak? Lagipula kamu tahu kan bagaimana psikologisnya orang yang sudah sangat ngefans dengan seseorang? Mereka akan menganggap semua yang dilakukan oleh idolanya adalah benar, jadi kamu tahu kan apa yang akan terjadi?"Bara menahan diri untuk tidak emosi pada saat itu juga, ia membiarkan ayahnya mengoceh sampai batas tertentu."Apa yang dikonsumsi idolanya, yang berhubungan dengan i
Read more

75. Senior Rese

Kaca ruang rapat langsung diubah menjadi buram tatkala semua karyawan pemasaran keluar tadi, sehingga para karyawan tidak tahu apa yang terjadi di dalam sana. "Njirlah, keknya Pak Bos sama Bokapnya jadi berantem deh." "Ini semua gegara ide Pak Maneger gak sih?" "Ya kan emang ide itu mantul juga, semua tim juga setuju termasuk Pak Direktur." "Iya sih, tapi kenapa situasinya gak ngenakin gini." "Agak ruwet sih karena sepertinya Pak Bos masih di bawahnya Pak Hendra." "Betul, feeling gue sih bakal ikut idenya Pak Hendra." "Sejauh ini, beliau masih di atas." "Dan mungkin betul kenapa Pak Direktur sama Pak Manager seyakin itu, karena ada backing Pak Hendra. Setelah Pak Hendra masuk, Pak Bara langsung gak ngungkit ini ke mereka berdua kan?" "Jelas kalo itu mah..." "Pak Manager dan Pak Direktur kan bawahan setianya Pak Hendra, jadi taulah arahnya kemana." "Terus kenapa sih Pak Bos punya prinsip gak mau kena skandal bahkan sama calon tunangannya sendiri?" "Ada gosip yang
Read more

76. Ke Kebun Binatang

Tok Tok Tok!Lela mengetuk pintu ruang kerja Bara yang ada di rumah."Pak!" panggil Lela. Ia baru saja mendengar kalau Bara sedang di rumah hari Minggu itu, dan ada di ruang kerjanya yang sekaligus menjadi perpustakaan pribadi."Ya, masuk aja, La!" ujar Bara mempersilahkan Lela. Kemudian Bara duduk di sofa santai dan mempersilahkan Lela untuk duduk di seberangnya. Tanpa kata, Lela pun duduk dengan canggung. Ia baru pertama kali ke ruangan itu, padahal Ia sudah hampir 2 tahun di Mansion itu."Ada apa, La?" tanya Bara.Lela agak ragu, tetapi ia berusaha menenangkan diri dan berkata, "Anu... itu Pak, jadi ... kemarin setelah Bapak dan Pak Hendra keluar dari ruang rapat, teman-teman di divisi saya tanya tentang hubungan kita."Bara terkejut, agak PD tapi ia berusaha rasional apa yang ingin lela bahas."Maksudnya, waktu itu ada yang melihat saya dan Pak Hendra bicara secara pribadi di kantin. Jadi ada yang curiga kalau saya punya hubungan khusus dengan Pak Bara. Saya berpikir untuk menj
Read more

77. Bos Terbaik

"Jangan-jangan Buaya!" tekan Bara pelan. "Paaaak!" teriak Lela takut. Ia spontan memeluk Bara, sementara itu Bahy Dam malah memanggil-manggilnya. "Mama!" "Pak gimana ini? Saya gak mau dimakan Buaya!" Lela sampai terlihat hampir menangis, ia tak bisa membayangkan kalau ia dimakan Buaya. Apalagi baru-baru ini ia membaca berita ada seorang wanita yang hampir dimakan Buaya dan mengalami patah tulang dengan kulit yang terkoyak. "Huuuuu Paaak, gimana ini?!" rengek Lela mencengkeram pinggang Bara. Sementara itu Bara merasa sesak saking kencangnya Lela memeluknya, untung Baby Dam ia angkat agar Lela tidak memeluknya juga, kalau tidak bisa kegencet. "Tenang, La...." "Tenang... tenang gimana?! Kita mau mati!" potong Lela saking khawatirnya. Hal itu membuat Bara tak bisa menahan lagi dan, "Bwahahahaha!" Tiba-tiba Bara tertawa di tengah ketegangan Lela, ia kemudian melihat dua Bapak yang bertugas hanya terkikik. Lela pun mendongak, melihat Bara malah tertawa. Ia baru sad
Read more

78. Mulut Kereta

"Haha! Mana ada Bos sebaik itu kalo emang gak suka sama lo, La? Lo polos jangan dipelihara, gue jadi kesian ama lo!" jawab Hani di telpon. Ia kembali ke Kabupaten tempat ia lahir, lalu bekerja di sana sambil mengurus ibunya yang sakit. Jujur saja, Lela selalu kagum pada gadis bermulut kereta itu. Meski blak-blakan, ia adalah gadis yang lembut hatinya. "Ya kan gue juga gak masuk ke tipenya dia. Orang-orang di deket dia aja udah kayak turun dari kayangan, beda kasta," cerita Lela sambil melipat pakaian. "Masa sih?" "Iya..." "Eh tapi nyambung sih, CEO perusahaan gede." "Hem." "Btw, lo belum ngasih tau gue nama perusahaannya apa," ujar Hani tiba-tiba. "Em... belum siap." "Gue kepoin ah!" "Terserah," ujar Lela. Sayangnya Lela lupa kalau Hani ini semacam intel yang mudah tau segalanya. Tepat saat Lela istirahat, Hani menelpon dan menyapamya dengan heboh. "La! Lo serius mau boongin gue sejauh ini? Tega banget lo, masa lo nyembunyiin hal kaya gini ke gue. Mau sampe
Read more

79. Ngancem

Hani benar-benar menelpon Lela di malam harinya."La!" sapanya heboh."Iya iya! Lo mau nagih gue kan tentang tadi siang.""Tuh tau, cepetan cerita!" Lela pun menceritakan dari awal sampai akhir dan terkejut kalau secara tidak langsung Lela sudah bekerja dengan Bara sejak sebelum lulus.Namun Lela tidak menceritakan tentang Ibu Asi, ia hanya menceritakan kalau ia jadi pengasuh anaknya. Selain karena kontrak tentang Ibu Asi sangat rahasia, Lela juga tak bisa membayangkan apa yang akan dilakukan Hani klau tau kebenarannya. Hani bisa marah dan menuntut Bara, setidaknya ia akan beli tiket ke Jakarta dan menghampiri Bara. Sebenarnya Lela merasa beruntung mendapatkan sahabat sebaik Hani, hanya saja terkadang merepotkan saat tidak terkendali."Anjay! Jadi beneran lu yang selama ini digosipin! Gue jadi merasa gagal jadi intel tau, gegara gak ngenalin temen gue sendiri," gerutu Hani setelah mendengar ceritanya."Haha, berarti kali ini gue menang dalam penyamaran kan?""Haha! Iya, ih!"Mereka
Read more

80. Mesra dengan Dena

Tidak sulit bagi Bara untuk akting di depan semua orang untuk menjadi tunangan Dena, tetapi ia tak bisa menafikkan kalau ia merasa bersalah pada perasaannya sendiri. Ia memang tak yakin apakah Lela memiliki perasaan yang sama dengannya atau tidak, tapi Lela pasti taunya ia sudah bertunangan dengan Dena. Jika Lela memiliki perasaan yang sama, Lela akan mundur perlahan. Bahkan Lela terlihat senyum-senyum saja ketika teman-temannya bergosip tentang hubungan Bara dengan Dena. Kenapa ia tau? Itu karena Bara sempat singgah di devisi marketing dan menunggu Manager selesai merevisi data penjualan. Ia mendengarkannya dan duduk bilik yang kosong di samping para penggosip. "Mereka cocok sih, no debat!" ujar salah satu dari mereka memperlihatkan gosip di i*******m. "Iya njir! Iri banget sama Dena, gak kebanting sama cowok-cowok idaman." "Ya jelaslah, dia juga cewek bervalue kali." "Menurut lo gimana, La?" tanya salah satu dari mereka tiba-tiba. Lela bingung, tetapi lewat singgungan it
Read more
PREV
1
...
678910
...
14
DMCA.com Protection Status