Deg! Lela terdiam, ia mencoba mengobrak-abrik otaknya untuk mencari jawaban yang tepat. Bara pun terlihat menunggu tanpa mendesak. Namun dalam hati Bara, ia berharap ada jawaban jujur dari gadis di depannya itu. "Saya hanya pengasuh biasa," ujar Lela. Bara terlihat tak percaya, "Lalu kenapa saya ngerass nyaman saat di dekat kamu?" "Hem..." Lela bingung, "saya tidak mengerti dengan apa yang Bapak bicarakan tapi, jika itu mengenai perasaan Bapak, saya tidak bisa menjawabnya, karena itu Bapak yang merasakan." "Tidak tidak, saya hanya sedang menceritakan perasaan saya. Saya merasa bahwa ada sesuatu di antara kita, lebih dari kontrak dan ikatan kerja," jelas Bara yakin. Lela merasa bingung harus menjawab apa, faktanya ia juga tidak yakin tentang perasaan Barat sebelumnya, karena Bara tidak pernah menyampaikan padanya. Semua hanya dugaan-dugaan lewat Bi Tati, Bi Hera, Blenda, dan Dika, itu tidak dikonfirmasi oleh Bara sendiri. "Maksud Bapak kedekatan kita ya?" tanya Lela.
Pagi hari, Lela menjalani harinya seperti biasa. Mulai menyusui Baby Dam, lalu berangkat ngantor. Bara melihatnya dan merasa aneh, Lela bertindak selayaknya seorang ibu dari anaknya. Tetapi ia merasa bahwa pantas dirinya menyukai sosok Lela yang lembut itu, ternyata Lela adalah orang yang layak menjadi ibu dari anaknya. Saat Lela keluar di parkiran, ia pun segera menyusul keluar dan mengajak Lela untuk pergi bersama."La! Ayo masuk!" ujarnya.Lela terkejut dan mendekati Bara yang sudah di dalam mobil bersama sopir."Mohon maaf, Pak, tapi saya tidak bisa berangkat bersama Bapak, karena saya bawa motor. Kalau saya bersama Bapak akan menjadi rumor yang aneh."Bara mengerti, "Oh gitu... terus kamu pake motor sini kan?" tanyanya lagi."Iya Pak.""Bapak yang memberikan pada Lela," sahut Pak Jamal."Jadi?" tanya Bara minta konfirmasi dari Lela.""Em... motor itu Anda yang memberikan pada Lela."Lela terlihat canggung dan tak enak hati, "Baiklah kalau gitu. Saya berangkat dulu, ya. Sampai
Hari pertunangan Bara dan Dena pun tiba, tiada yang merasa aneh dengan semuanya. Baik Dena dan Bara terlihat bahagia, meski di media sosial banyak spekulasi yang diberikan oleh para netizen tentang kecelakaan Bara. Baby Dam juga terlihat nyaman di gendongan Bi Tati. Acara dimulai pada jam 16.00 WIB sampai jam 23.30 WIB, rencananya. Akan tetapi karena pesta, tidak tahu sampai jam berapa. Intinya Lela belum siap karena baru pulang dari kantor. Baru setelah bersih-bersih dan memakai dresscode pembantu, Lela pun menghampiri Bi Tati yang akan pulang. Sayangnya Bi Tati tidak bisa tidak pulang, karena kini ia juga mengurus cucu yang berusia 12 tahun, jadi harus memastikan ia tidak neko-neko karena sudah remaja. "Majasih ya, Bi." "Sama-sama La, sambil makan dulu, susui dulu Baby Dam," ujarnya bisik-bisik. Lela pun langsung mengiyakan, ia naik ke lantai dua dan ke kamar Baby Dam untuk menyusuinya. Tak lupa ia mengunci pintunya agar tidak ada yang tiba-tiba masuk. Lela tadi sempat
Bara merasakan perasaan aneh saat bangun tidur, lebih bugar dari biasanya. Cahaya masuk dari sela-sela gorden yang terbuka, dan ia mulai mencoba menyadarkan dirinya. Ia melenguh sebelum akhirnya duduk dan mengusir kantuknya. Namun, ia melihat jam di atas nakas menunjukkan pukul 11.00 WIB. Tidak aneh kalau ia bangun jam segitu karena ia libur hari ini. Akan tetapi ia merasa badannya lengket dan ia baru sadar, kenapa ia merasa seperti.... Ia langsung menoleh ke samping dan mendapati seorang perempuan sedang tidur membelakanginya, bagian atasnya terbuka. "Apa-apaan ini?" gumamnya. Melihat itu ia segera membuka selimutnya dan terkejut karena keduanya tidak berbusana. Ia mengenali tubuh itu, "Dena!" Lalu ia mengguncang tubuh wanita yang ia panggil Dena itu, tetapi benar saja, itu Dena. "Enghhh!" keluh Dena mengucek matanya yang mengantuk. "Dena, apa-apaan ini?!" bentak Bara akhirnya. Setelah terkejut tanpa hisa berkata-kata, ia segera berdiri dan memakai celana kolorny
Bara keluar kamar untuk menantarkan Dena pulang. Akan tetapi sebelum itu, ia mendengar suara tangisan Baby Dam. "Ada apa, Bi?" tanya Bara pada Bi Tati. "Gak tau, Tuan. Padahal sebelum berangkat Lela udah nyetok susu dan udah disusuin," ujar Bi Tati sambil menenangkan Baby Dam. "Lela suruh pulang!" ujar Bara. "Dia..." Bi Tati terlihat ragu membuat Bara bingung, "Kenapa?" Dena ikut menunggu jawaban Bi Tati, dan tiba-tiba telpon dari Dika pun terdengar di ponsel Bara. "Siang Pak, apakah Bapak sudah menemukan Lela?" tanya Dika to the point. "Apa maksudmu, ketemu gimana? Emang dia lagi di mana? Saya baru bangun, terus kamu nelpon dengan pertanyaan itu, maksudnya apa?" tanya Bara masih santai. "Loh, Pak! Bapak nggak tahu kalau Lela nggak bisa dihubungi dan nggak ke kantor?" "Gak ada di kantor? Dia gak mungkin bolos kan?" "Itu dia, dia gak bisa dihubungi dan ponselnya ada di kamarnya." Bara langsung berlari ke kamar Lela dan menemukan ponsel itu di atas kasur. "Tim
Lela pulang ke mansion pada malam harinya, lalu ke kamarnya untuk bersih-bersih sebelum menemui Baby Dam. Ia dengar dari Bara kalau Baby Dam sempat tantrum saat ia dinyatakan hilang. Ia menyesal tapi, andai ia tidak bisa ditemukan ia akan pergi sejauh mungkin.Melihat baby Dam tidur membuat Lela menyesali dirinya sendiri, ia terlanjur membuat batita itu jatuh cinta padanya, tetapi ia juga yang meninggalkannya. Atau jika Baby Dam besar nanti, ia akan menganggap bahwa ibu asinya adalah seorang penjahat yang tak bisa di sisinya selamanya. Lela ingin sekali bisa menjadi bagian dari perjalanan kehidupan Baby Dam, tetapi itu hanyalah angan-angan Lela saja. Baby Dam akan memiliki kehidupannya di masa depan, hidupnya akan terjamin dengan kehadiran keluarga kaya yang memberikan segala hal terbaik untuknya. Namun Lela lupa, kalau pendidikan anak bukan hanya materi tapi bagaimana kedua orang tuanya bisa menjadi sample yang baik untuk anak-anaknya. "La!" panggilan dari pintu kamar Baby Dam me
"Sudah Dok, saya memang sudah ngide dari dulu, tapi baru saya bicarakan tadi malam sama Pak Bara." Blenda seolah merasa sedih, "Aku gak bisa maksain kamu untuk tetep stay di sini, terlepas perasaan kalian berdua yang terhalsng kasta. Aku ngerasa takut kalau nanti Baby Dam gak bisa hidup dengan baik tanpamu." "Itu gak mungkin, Dok. Aku yakin semuanya baik-baik aja." "Mungkin aja. Pengasuhan itu ilmu jiwa, yang bahkan dokter anak sepertiku belum tentu bisa menandingi sabarmu." Lela tak tahu harus merespon apa, itu terlalu berlebihan baginya. Ia tidak sesabar itu, ia hanya berpikir bahwa Baby Dam adalah makhluk suci yang tidak memiliki dosa. Ia tidak bersalah atas semua yang terjadi di sekelilingnya, tentang masalah yang ada di antara orang-orang yang bersangkutan dengannya. Sesederhana itu pikirannya untuk menyayangi seorang anak. Namun, seperti halnya apa yang dibicarakan oleh Blenda, tidak semua orang memiliki pemikiran sesederhana itu untuk mencintai anak kecil. Kebanyaka
"Sayang, kamu mau kan nemenin aku ke party sahabat aku?" tanya Dena sambil melendot pada Bara. Bara hanya mengangguk saja, sambil terus membaca dokumen di tabletnya. Mereka habis makan siang bersama. Usai mereka bertunangan, saat Dena tidak ada kerjaan ia selalu menyempatkan waktu untuk ke kantor Bara, dan mengajaknya makan siang. Melihat Bara yang fokus pada tabletnya membuat Dena sedikit kecewa. "Aku dengar-dengar kemarin *Baby kita nangis gara-gara udah nggak nyusu lagi sama ibu asinya ya?" tanya Dena. "Ya begitulah," jawab Bara tidak berminat. Sikap dingin Bara tidak masalah bagi Dena, yang ia perdulikan hanyalah sekarang Bara mulai terbuka padanya. "Pokoknya besok hari Minggu kita bakal jalan-jalan sama Baby kita, ya. Pasti seru!" ujarnya antusias. Mengingat hal itu, Bara pun menghentikan kesibukannya membaca dokumen dan mulai menatap Dena dengan serius. Hal itu membuat Dena bahagian, ia kira Bara mulai berubah. "Aku tahu kamu melakukan semua itu demi citra di
Lela mengalihkan embicaraan agar Bara tidak fokus pada itu. "Aku ngantuk dan capek, tidur di kamar yuk! Katanya mau ngecas energi?" Ia langsung berdiri dan merentangkan tangan minta dipeluk. Bara pun tak membahas apa yang ia tanyakan tadi pada istrinya, dan segera menyambut pelukannya. Namun, sebelum itu ia meminta Bi Tati untuk memindahkan Damien ke kamarnya. Apartemen itu ada 1 kamar utama, dua kamar ukuran sedang untuk Baby Alesha juga Damien sendiri-sendiri, dan untuk pembantu satu kamar tapi dua ranjang, ukurannya juga luas. Bara dan Lela masuk kamar dengan bahagia, saking rindunya sampai melupakan anaknya. Untung mereka kaya dan ada yang bisa diperintah, kalau tidak, parah sih. ••• Paginya, Bara dan Lela ke rumah sakit untuk mengunjungi Hendra lagi. Kali ini mereka membawa serta anak-anak, karena ada Bara juga. Namun sebelum mereka masuk, mereka mendengar teriakan Eva. "Mas, padahal tinggal bilang dengan baik-baik kok, kenapa harus pake bahasa yang kasar?!" ke
Sudah dua pekan Lela di Bandung, tiba-tiba Bara menelpon di jam kerjanya. Biasnaya ia akan mengambil waktu istirahat untuk telpon. "Kenapa sih?" tanya Lela pada suaminya di video call. Namun sepertinya Bara sedang di Mansion, terlihat backgrounnya kamar Damien. "Nih, Damien nangis pingin ketemu Mama katanya," ujar Bara. Kamera pun disorot ke Damien yang sedang menangis, ia terlihat sangat sedih. Lela jadi ketularan sedih dan langsung menghela napas. "Ya Allah Sayangku, kenapa nangis?" tanyanya lembut. "Pingin ikuuuuut," jawab Damien dengan isak tangisnya. Sementata itu Baby Alesha menyembul di balik hijab Lela, ia baru selesai menyusu dan melihat ke arah kamera. "Nih, diliatin Dedek Alesha. Masa Abang gak malu?" ujar Lela. Damien pun mengusap air matanya, ia memang anak yang cukup gengsian. Apalagi sejak Alesha lahir, Damien berperan menjadi kakak jagoan yang selalu melindungi adiknya. Bahkan setiap teman-teman Bara atau Lela datang menbawa anak-anak mereka, Damien
Lela tersenyum masuk ruangan rawat inap Hendra bersama suaminya. Bahkan sedari tadi, Bara terus merangkulnya sampai susah masuk di pintu masuk karena Bara yang besar. "Assalamualaikum, Papi, Mama!" sapa Lela pada mertuanya. Eva pun tersenyum dan langsung berdiri. Lihatlah, ia anggun sekali seperti Ratu Inggris yang penuh etiket. Pakaiannya juga sangat sopan meski tidak berhijab, ia sangat rapih dan berkelas. "Waalaikumsalam, Sayang." "Gimana kabarnya, Papi sekarang?" tanya Bara. "Loh katanya Bara mau balik ke Jakarta?" tanya Eva setelah menyalami dan memeluk Lela. "Iya, ini abis dari sini langsung balik ke Jakarta." Eva mengangguk-angguk, "Papi kamu udah mulai membaik, tinggal pemulihan. Tapi Mama mau Papi kamu dirawat dulu sampai bisa jalan," ujarnya. "Takut banget kalo ada apa-apa nanti, masalahnya kan Nyonya Yun... eh Mami lagi sakit juga, abis tenggelam di kolam waktu di Bali." Lela terkejut, "Loh terus gimana sekarang?" "Udah baik katanya. Dia kayaknya mau
Hendra terkena stroke dan dirawat di rumah sakit di Bandung. Maka, dalam keadaan itu Bara datang mengunjungi ayahnya dan melihat ayahnya tidak bisa bicara dengan baik. Sayangnya, Bara tidak bisa menjaga ayahnya karena harus bekerja. Kakak-kakaknya juga tak bisa datang karena sudah sibuk dengan pekerjaan dan keluarga mereka di luar negeri. Melihat situasi itu, Lela minta izin pada Bara untuk ikut merawat Ayah mertuanya dan tinggal di sekitar rumah sakit. Awalnya Bara tidak mengizinkannya karena ia khawatir pada Lela yang masih harus bersama dengan Baby Alesha. Akan tetapi, Lela berhasil meyakinkan suaminya dan meyakinkannya bahwa itu adalah baktinya yang harus ia sampaikan kepada mertuanya. Ia berkata pada Bara. "Mas, selama ini aku nggak 100% nyalahin sikap Papi sama aku. Sikapnya itu sangat wajar, karena dia hanyalah orang tua. Umumnya orang tua ya selalu ingin yang terbaik untuk anaknya dan aku mungkin gak masuk pada kriteria dia waktu itu. Wajar buat dia untuk berkomentar
Hal yang Lela khawatirkan adalah fakta bahwa ayahnya sudah keluar dari penjara saat ia pulang ke Jakarta. "Kenapa, Sayang?" tanya Bara lembut. "Aku pingin kamu lakuin satu hal." "Apa itu?" tanya Bara khawatir dengan sorot mata istrinya yang penuh ketakutan. "Itu..." Lela berat mengatakannya. "Lindungi Ibu dan adik-adikku. Tolong ya..." Bara berpikir sejenak, "Itu pasti, tapi kenapa?" "Bapakku udah keluar dari penjara, setidaknya tepat kita sampai di Jakarta." Bara terkejut, itu benar. Ayah mertuanya yang kriminal itu harusnya akan keluar dalam hitungan hari. "Aku akan kirim orang untuk melindungi mereka, kamu jangan khawatir. Kalo bisa, aku akan pindahkan mereka. Oke?" "Atau... Biarin ibu dan adik-adik tinggal sebentar di mansion, sebelum kita pindahkan mereka ke tempat lain." Bara pun merasa itu ide yang bagus. "Boleh. Akan aku urus semuanya." "Makasih, Mas." "Apapun buat kamu, Sayang." Lela pun lega mendengarnya, bagaimanapun ayahnya belum tentu jera sete
Bara selesai menggarap urusan di Jepang lebih cepat dari biasanya, ia sudah menyerahkan kasus yang ia alami kemarin pada teman-temannya yang lain. Tentu saja itu dengan bayaran yang sepadan. Namun sebelum Bara dan timnya benar-benar menangkap Dinda, Dinda sendiri sudah menyerah duluan. Mudah untuk ditebak sih, karena Dinda memang tidak punya backing yang kuat. Ia melakukan drama itu dengan model nekat, tanpa berpikir panjang. Dan yang lebih parahnya lagi, muncul berita bahwa Dinda keguguran gara-gara stress. Blenda sendiri yang memberitahu Bara dan teman-temannya. Itu karena Dinda pergi ke kliniknya dan diurus di sana, tempat yang dulu juga tempat kerja Dinda. Di situlah Dinda seolah menerima karmanya lebih cepat dari yang orang kira. Pada akhirnya, Dinda harus menerima semua bantuan yang dilakukan oleh Blenda padanya. Padahal Blenda hanya brrsikap profesional sebagai seorang dokter. Sementara netizen yang heboh pun langsung kecewa, karena ternyata dramanya tidak seru.
Awalnya Bara dan teman-temannya memang ingin diam saja, ketika Dinda membuat drama di media sosial dan viral. Namun, itu berubah ketika Dena memberitahu mereka kalau sebenarnya Dinda juga menyewa buzzer untuk terus membuat opini bahwa semua kejadian itu mengarah pada Greg, yang terzolimi oleh Bara dan Lela.Sementara itu, fans garis keras dari Greg mulai mengopinikan dan mendukung pernyataan-pernyataan yang mengarah pada Bara dan Lela itu. Bahkan sampai ada yang memberikan statement bahwa Bara adalah mafia yang melatarbelakangi semua terjadinya kasus lain yang sebenarnya tidak ada hubungannya dengan Bara. Hal itu juga menjadi semakin parah dan mempengaruhi bisnis Bara. Sehingga Hendra ikut nimbrung dengan mengomeli anaknya karena kasus ini, membuat bisnis mereka menurun.Maka Bara pun tidak bisa berdiam diri. Ia kemudian memberikan keterangan di media sosialnya beruba video yang sangat tegas pada siapapun yang membuat konten drama itu. "Selamat Pagi, semuanya! Saya sedang berada d
"Aku udah bilang sama Blenda, tapi aku gak nyngka kalo sejauh itu pemikiran dia." "Gimana?" tanya Lela. Bara menghela napas, "Dia malah dukung aku buat cerita ke yang lain." Lela terkejut, "Hah, serius?!" Bara mengangguk, lalu berkata kalau ia akan melakukan janji temu dengan teman-temannya. Ia tak ingin kesalahpahaman ini terus berlanjut, bahkan memperngaruhi bisnisnya. Ia pun membuat janji dengan teman-temannya karena perbedaan tempat dan banyak yang harus mereka kerjakan jadi sulit untuk menemukan waktu yang tepat. Alhasil, mereka memutuskan untuk video call. Namun mereka juga sudah dibriefing oleh Bara untuk tidak merecord semua yang mereka bicarakan hari itu. Bara percaya pada teman-temannya bahwa mereka bukan tipe teman-teman yang suka Cepu, apalagi ini tentang Greg yang menjadi alasan mereka video call malam ini. "Jadi, gue cuma mau bilang. Gue harap kalian jaga rahasia kita. Kemarin kalian nyalahin gue tentang Greg, tapi gak ada yang bener-bener tahu apa yang seb
"Hallo, Nda." "Hallo, Bar. Kenapa?" "Gue mau minta pendapat lo, tentang temen-temen gue sama Greg. Masalahnya, gue sekarang jadi dimusuhin sama circle gue gegara kasus suami lo. Gimana nih?" "Mau lo apa?" tanya Blenda santai. "Ya gue mau cerita ke mereka." "Cerita aja," jawab Blenda santai. "Loh?" "Iya, cerita aja biar lo gak disalahin sama mereka." "Lo gak papa?" tanya Bara memastikan. "Ya nggak papa, emang gue kenapa? Gue kan sengaja bioin dia sengsara sekalian karena udah mengkhianati kepercayaan gue. Gue udah bilang sama lu kan, kalau gua juga pengen dia ngerasain hancur, sehancur-hancurnya. Terus apa masalahnya?" "Gue kira lu gak terima kalo gue cerita ke mereka." "Serius, gue gak masalah." "Gue justru terbantu dengan itu. Lo cerita ke mereka, sehingga temen-temen lo pada berpihak ke lo. Setelah itu Greg bener-bener ditinggal sama semua teman-temannya, terus enggak ada tempat bersandar, endingnya? Dia bakal balik ke gue, mohon-mohon dan itu tujuan gue." B