Share

94. Terjadi

Penulis: Blue Rose
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Bara merasakan perasaan aneh saat bangun tidur, lebih bugar dari biasanya. Cahaya masuk dari sela-sela gorden yang terbuka, dan ia mulai mencoba menyadarkan dirinya.

Ia melenguh sebelum akhirnya duduk dan mengusir kantuknya. Namun, ia melihat jam di atas nakas menunjukkan pukul 11.00 WIB. Tidak aneh kalau ia bangun jam segitu karena ia libur hari ini.

Akan tetapi ia merasa badannya lengket dan ia baru sadar, kenapa ia merasa seperti....

Ia langsung menoleh ke samping dan mendapati seorang perempuan sedang tidur membelakanginya, bagian atasnya terbuka.

"Apa-apaan ini?" gumamnya.

Melihat itu ia segera membuka selimutnya dan terkejut karena keduanya tidak berbusana.

Ia mengenali tubuh itu, "Dena!"

Lalu ia mengguncang tubuh wanita yang ia panggil Dena itu, tetapi benar saja, itu Dena.

"Enghhh!" keluh Dena mengucek matanya yang mengantuk.

"Dena, apa-apaan ini?!" bentak Bara akhirnya.

Setelah terkejut tanpa hisa berkata-kata, ia segera berdiri dan memakai celana kolorny
Blue Rose

See u next part Btw, Bara belum keluar karena masih bersama sang tunangan hehe

| 15
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Owoh Lee Lea
duh ,,,kesian nya lela
goodnovel comment avatar
ALi Nda
dpt ke bara ingt ....sedih nya Lela
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Ibu Susu Anak Dosenku   95. Giliran Bara yang Panik

    Bara keluar kamar untuk menantarkan Dena pulang. Akan tetapi sebelum itu, ia mendengar suara tangisan Baby Dam. "Ada apa, Bi?" tanya Bara pada Bi Tati. "Gak tau, Tuan. Padahal sebelum berangkat Lela udah nyetok susu dan udah disusuin," ujar Bi Tati sambil menenangkan Baby Dam. "Lela suruh pulang!" ujar Bara. "Dia..." Bi Tati terlihat ragu membuat Bara bingung, "Kenapa?" Dena ikut menunggu jawaban Bi Tati, dan tiba-tiba telpon dari Dika pun terdengar di ponsel Bara. "Siang Pak, apakah Bapak sudah menemukan Lela?" tanya Dika to the point. "Apa maksudmu, ketemu gimana? Emang dia lagi di mana? Saya baru bangun, terus kamu nelpon dengan pertanyaan itu, maksudnya apa?" tanya Bara masih santai. "Loh, Pak! Bapak nggak tahu kalau Lela nggak bisa dihubungi dan nggak ke kantor?" "Gak ada di kantor? Dia gak mungkin bolos kan?" "Itu dia, dia gak bisa dihubungi dan ponselnya ada di kamarnya." Bara langsung berlari ke kamar Lela dan menemukan ponsel itu di atas kasur. "Tim

  • Ibu Susu Anak Dosenku   96. Mengakhiri Kontrak

    Lela pulang ke mansion pada malam harinya, lalu ke kamarnya untuk bersih-bersih sebelum menemui Baby Dam. Ia dengar dari Bara kalau Baby Dam sempat tantrum saat ia dinyatakan hilang. Ia menyesal tapi, andai ia tidak bisa ditemukan ia akan pergi sejauh mungkin.Melihat baby Dam tidur membuat Lela menyesali dirinya sendiri, ia terlanjur membuat batita itu jatuh cinta padanya, tetapi ia juga yang meninggalkannya. Atau jika Baby Dam besar nanti, ia akan menganggap bahwa ibu asinya adalah seorang penjahat yang tak bisa di sisinya selamanya. Lela ingin sekali bisa menjadi bagian dari perjalanan kehidupan Baby Dam, tetapi itu hanyalah angan-angan Lela saja. Baby Dam akan memiliki kehidupannya di masa depan, hidupnya akan terjamin dengan kehadiran keluarga kaya yang memberikan segala hal terbaik untuknya. Namun Lela lupa, kalau pendidikan anak bukan hanya materi tapi bagaimana kedua orang tuanya bisa menjadi sample yang baik untuk anak-anaknya. "La!" panggilan dari pintu kamar Baby Dam me

  • Ibu Susu Anak Dosenku   97. Keputusan Bulat

    "Sudah Dok, saya memang sudah ngide dari dulu, tapi baru saya bicarakan tadi malam sama Pak Bara." Blenda seolah merasa sedih, "Aku gak bisa maksain kamu untuk tetep stay di sini, terlepas perasaan kalian berdua yang terhalsng kasta. Aku ngerasa takut kalau nanti Baby Dam gak bisa hidup dengan baik tanpamu." "Itu gak mungkin, Dok. Aku yakin semuanya baik-baik aja." "Mungkin aja. Pengasuhan itu ilmu jiwa, yang bahkan dokter anak sepertiku belum tentu bisa menandingi sabarmu." Lela tak tahu harus merespon apa, itu terlalu berlebihan baginya. Ia tidak sesabar itu, ia hanya berpikir bahwa Baby Dam adalah makhluk suci yang tidak memiliki dosa. Ia tidak bersalah atas semua yang terjadi di sekelilingnya, tentang masalah yang ada di antara orang-orang yang bersangkutan dengannya. Sesederhana itu pikirannya untuk menyayangi seorang anak. Namun, seperti halnya apa yang dibicarakan oleh Blenda, tidak semua orang memiliki pemikiran sesederhana itu untuk mencintai anak kecil. Kebanyaka

  • Ibu Susu Anak Dosenku   98. Pria Mesum

    "Sayang, kamu mau kan nemenin aku ke party sahabat aku?" tanya Dena sambil melendot pada Bara. Bara hanya mengangguk saja, sambil terus membaca dokumen di tabletnya. Mereka habis makan siang bersama. Usai mereka bertunangan, saat Dena tidak ada kerjaan ia selalu menyempatkan waktu untuk ke kantor Bara, dan mengajaknya makan siang. Melihat Bara yang fokus pada tabletnya membuat Dena sedikit kecewa. "Aku dengar-dengar kemarin *Baby kita nangis gara-gara udah nggak nyusu lagi sama ibu asinya ya?" tanya Dena. "Ya begitulah," jawab Bara tidak berminat. Sikap dingin Bara tidak masalah bagi Dena, yang ia perdulikan hanyalah sekarang Bara mulai terbuka padanya. "Pokoknya besok hari Minggu kita bakal jalan-jalan sama Baby kita, ya. Pasti seru!" ujarnya antusias. Mengingat hal itu, Bara pun menghentikan kesibukannya membaca dokumen dan mulai menatap Dena dengan serius. Hal itu membuat Dena bahagian, ia kira Bara mulai berubah. "Aku tahu kamu melakukan semua itu demi citra di

  • Ibu Susu Anak Dosenku   99. Spekulasi Sesat

    Pak Bagus langsung melepaskan Lela, karena spontan sampai Lela terjatuh. Bara yang masuk ke ruangan itu bersama Direktur Keuangan pun terkejut dengan adegan itu. Mereka menatap keduanya dengan tatapan penuh tanya, curiga dan menuduh. "Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Pak Dava--Direktur Keuangan. "Bisa menjelaskannya, Pak Bagus?" Lebih gawatnya lagi, semua yang ada di devisi keuangan ribut dan melihat ke arah ruangan di mana ruangan itu sudah tidak tertutup gorden. Lela sendiri masih memungut file yang jatuh, kemudian memasukannya ke dalam map sebelum berdiri lagi dengan baik. Kamera dari ponsel masing-masing pun menyorot dengan jelas, hal itu membuat Lela takut dan merasa pusing. "Dia merayu saya, Pak!" ujar Pak Bagus lantang sambil menunjuk Lela. Lela langsung menggeleng, ia meletakkan map yang ada di tangannya di atas sofa. "Tidak Pak, itu tidak benar. Pak Bagus yang mengganggu saya, dia melecehkan saya!" jelas Lela berusaha membela diri. "Heh, gak usah playing

  • Ibu Susu Anak Dosenku   100. Dipecundangi Dunia

    "Baik, dimulai dari Lela, apa pembelsanmu terhadap tuduhan Pak Bagus kalau kaku merayunya?" tanya Bara memulai sidang dadakan itu. Lela dengan yakin langsung menjawab, "Saya ditugaskan oleh Senior saya di devisi marketing untuk mengantarkan file pada Pak Bagus sebagai Manager Keuangan, tetapi beliau malah mengganggu saya. Ini bukan pertama kalinya bagi saya, saya sering mengalami pelecehan baik verbal maupun non verbal. Saya berusaha menghindari kemungkinan untuk bertemu dengan Pak Bagus, tapi keadaan memaksa saya. Anda bisa mengecek CCTV untuk mengonfirmasi hal itu." "Bagaimana Anda akan membela diri, Pak?" tanya Bara kemudian. Pak Bagus terlihat gugup sejenak, tetapi sebuah ketukan pintu membuat senyumnya merekah. "Permisi!" sapanya. Dika pun segera membuka pintu dan melihat ada salah satu anak devisi sistem. Entah siapa yang memanggiknya, tetapi ia sudah datang di sana. "Hallo, Pak! Perkenalkan saya Aji, saya di sini karena ada kesalahpahaman kata beberapa karyawan devi

  • Ibu Susu Anak Dosenku   101. Momen Perpisahan

    Hari Minggu seperti yang dijanjikan, Bara dan Dena sudah siap akan membawa Baby Dam piknik. Lela juga sudah mempersiapkan segala keperluan Baby Dam, termasuk makanan yang bisa dimakan oleh batita 2 tahun itu. "Udah siap semuanya?" tanya Dena pada Lela. "Sudah Non, sudah saya kemas keperluan Baby Dam." "Oke, bawain ke mobil ya, biar Baby Dam sama aku!" ujar Dena semangat. Ia membuka tangannya untuk menggendong Baby Dam, tapi spontan anak itu menolak. "Ma!" panggil Baby Dam meringkuk pada Lela. Lela pun merasa bingung, Baby Dam sangat sensitif pada orang yang tidak ia kehendaki. Ia pun berusaha membujug Baby Dam selama setengah jam sampai Bara kesal. Bara dan dirinya tidak bicara setelah kejadian itu, hal itu membuat Lela merasa terluka tetapi dirinya memang tak berdaya. "Baby sayang, nanti Papa mau ajak liat Gajah sama Harimau loh." "Jajah? Halmo?" "Iya Sayang, makanya ikut Papa ya...." "Engg!" ia pun mengangguk. Alhasil Bara yang turun tangan menggendong Baby

  • Ibu Susu Anak Dosenku   102. Ternyata Ada yang Percaya

    "Papa!" panggil Baby Dam. Ia berusaha turun dari kursi makannya, membuat Lela pun bergegas membantunya. "Papa Papa!" panggil Baby Dam dengan tak sabaran. Ia berjalan dengan kakinya yang sebenarnya belum terlalu kencang, hal itu membuatnya tampak lebih menggemaskan. Ia dengan semangat menghampiri ayahnya yang tersenyum dan membuka tangan padanya. Bara langsung menggendongnya dan menciumi pipi anaknya dengan penuh kasih sayang. "Hem, bau buah! Udah makan ya anak Papa?" tanyanya dengan lembut. "Udah Papa, Papa matan juda (makan juga), yuk!" "Papa udah makan, masih kenyang. Beslk kita sarapan bareng ya?" Pemandangan itu adalah pemandanga yang sebenarnya ingin selalu Lela nikmati setiap hari. Akan tetapi apapun itu, asalkan Baby Dam bahagia, tidak apa-apa kalau ia harus pergi dan tidak bisa melihatnya setiap hari. Setelah memeluk anaknya dengan erat, ia pun menatap Lela yang hanya berdiri sambil tersenyum. "Saya mau bicara sama kamu," ujarnya dengan suara yang dingi

Bab terbaru

  • Ibu Susu Anak Dosenku   185. Berkumpul Lagi

    Jujur saja Lela agak skeptis dengan Bi Tati yang berubah itu. Akan tetapi, sebelum pergi ia menawarkan Bi Tatk dulu agar tidak ada gesekan ke depannya."Bi Tati yakin nggak mau ikut?" tanya Lela.Sebelumnya Lela juga sudah menawarkan pada Bi Tati, tetapi Bi Tati tidak mau dan menjawabnya dengan ketus.Lagi-lagi, Lela tidak mempermasalahkan nada bicara yang makin hari makin lebih berani. Kalau diurutkan sebagai Majikan dan Bawahan, Bi Tati tidak memenuhi standar dasar bawahan.Lela juga terlalu lembek padanya. Itu dilatarbelakangi oleh fakta masa lalu mereka. Lela menghormatinya sebagai orang yang dipercaya oleh suaminya, dan orang yang lebih tua darinya. Bahkan Bi Tatilah yang membuat Lela bertahan di rumah itu, dari saat ia belum menjadi istri Bara. Kali ini Bi Tati hanya menggeleng.Lela mengerti, "Oke deh. Baik-baik ya kalian semua!" ujarnya pada Bi Tati dan yang lainnya."Iya, semoga kalian selamat sampai tujuan," ujar Bi Tati sebagai formalitas.Lela tersenyum lebih lebar, mer

  • Ibu Susu Anak Dosenku   184. Pria Ter-hot

    "Haha! Kau pasti bercanda!" balas Bara kemudian menyesap kopinya. Melihat reaksi itu Juri terkekeh, "Hehe... aku serius." Bara sampai susah menelan kopinya, tetapi ia harus tetap santai. "Tapi kamu pacar sahabatku," ujar Bara mengingatkan. "I know, tapi cinta tak memandang siapa orangnya kan?" Bara menyeringai, "Lalu kenapa kau tidak naksir saja pada Kevin, kalau kau bilang cinta tak memandang siapa orangnya?" Kevin adalah teman Bara juga ia berpostur gemuk dan hobi makan berat. Kalau sekarang mungkin seperti mukbang, ia makan apapun dengan jumlah yang sangat banyak. Orang-orang seperti Juri menurut Bara menyebalkan. Jujurlah kalau cinta juga tentang persepsi. Kalau Juri bilang ia jatuh cinta padanya tanpa memandang siapa orangnya, harusnya ia bisa menyukai yang lain. Itu kata-kata yang dangkal. Jika benar Juri tak memandang siapa orangnya, maka Kevin tidak masalah baginya. Namun, Juri terus membully Kevin di masa lalu. Itu yang membuat Bara makin sebal padanya. "K

  • Ibu Susu Anak Dosenku   183. Masa Lalu

    "Minder kenapa? Lagian kan ada Papa sama Mama yang bisa ngatur semuanya." "Ya udah sih orang udah lewat." "Bisa aja kan kalo Bara mau, kenapa kalian gak ninggalin pasangan masing-masing?" "Mom! Please, Bara udah bahagia sama pasangannya," kecam Blenda. "Maksudnya si perempuan kampungan itu?" Blenda menghela napas, ia tak suka dengan sikap ibunya yang suka merendahkan orang itu. Maklum, ia anak orang kaya dari lahir dan menikah dengan ayahnya yang merupakan salah satu penguasa di negeri ini. "Gak usah marahlah, Mami kan cuma mau kamu menyelesaikan semuanya dengan jelas. Ceraikan saja Greg yang tidak tahu diri itu." Blenda menghela napas, "Akan aku pikirkan." ••• Bara baru selesai dengan pekerjaannya siang itu, kemudian memilih untuk istirahat. Ia sudah melewatkan satu jam waktu istirahat.Rasanya sangat lelah sekali karena harus membereskan semua kekacauan itu dan memulai dari awal. Ia benar-benar kelhilangan banyak pekerja, kepercayaan klien dan semua yang terkait de

  • Ibu Susu Anak Dosenku   182. Tak Menyangka

    "Seperti yang kamu denger kemarin, sedang diproses." Lela pun terkejut, "Apa gak ada keringanan?" Bara menoleh pada istrinya sambil mengancingkan jasnya. "Kita bicarain setelah aku balik dari Amerika ya." Setelah itu Bara menyeret kopernya, menciun dan memeluk istrinya sejenak sebelum benar-benar pergi. Kemudian, Lela menidurkan Baby Alesha sebelum akhirnya menyusul suaminya ke lantai dasar untuk mengantarnya pergi. "Kamu buru-buru banget ya," ujar Lela menahan tangan Bara yang akan masuk ke mobil. Bara pun berbalik dan menoleh melihat istrinya yang terlihat sedang tidak ingin ditinggal. Wajahnya cemberut dengan tatapan sedih, sepertinya ia masih kepikiran apa yang menimpanya. "Sayangku, aku harus cepet sampai di sana karena ini darurat banget. Aku usahain untuk selesain secepatnya ya." Lela mengangguk dan melepaskan pegangan tangannya pada lengan sama suami. Melihat itu, Bara pun menarik Lela ke dalam pelukannya lagi dan mencium kepalanya. "Udah ya, Sayang. Aku

  • Ibu Susu Anak Dosenku   181. Lela OVT-in Anak

    Lela menghela nafas melihat bagaimana media membicarakan tentangnya dan Bara. Terutama membahas soal dirinya yang pernah melakukan induksi laktasi. Banyak yang mengkritik mereka karena melakukan tindakam ilegal dan melanggar norma. Akan tetapi lewat perjanjian itu pula banyak pakar hukum yang bilang kalau itu tidak melanggar hukum. Ia sekarang pun sedang menyusui putrinya, dan teringat saat dulu menyusui Demian yang sekarang sudah mulai belajar dengan guru yang diundang ke Mansion. Terkait Damien, sebenarnya Bara sempat berpikir untuk tidak membiarkan Demian sekolah di sekolah biasa. Bara ingin Demian homeschooling saja. Lela jelas tidak setuju, karena jika itu terjadi, bisa saja Demien tidak bahagia. Artinya Lela akan setuju untuk membiarkan Demien homeschooling jika Demien yang menginginkannya, tidak ada paksaan dari mereka berdua sebagai orang tua. Lalu syaratnya, harus homeschooling yang tetap keluar rumah. Lela tidak ingin Demien tumbuh menjadi Tuan Muda yang tidak berbaur

  • Ibu Susu Anak Dosenku   180. Konferensi Pers 2

    Semua orang pun langsung terkejut dan mulai riuh dengan banyak obrolan di dalam sana. Sorotan cahaya kamera semakin menggila membuat Lela sampai harus memejamkan mata karena tidak kuat dengan silaunya yang dihasilkan dari kamera-kamera itu. Lalu Bara segera memberinya kacamata hitam untuk melindunginya. Ia benar-benar suami yang act of service. Lela dan Bara melakukan konferensi tidak membawa anak-anak, karena posisi itu tidak aman sehingga anak-anak harus dititipkan di rumah. Setelah itu, Bara pun bersuara lagi memecah keributan yang ada di sana. "Oke kita balik lagi! Sebenarnya agak aneh kalau kalian terkejut dengan fakta ini, karena sudah diungkapkan, dan sudah ada bukti. Rasanya apa yang kalian ragukan dari bukti itu karena tidak berasal dari saya langsung kan? Maka saya konfirmasi bahwa itu benar." Bara terus memberikan menarik ulur penjelasannya agar para wartawan berpikir kritis dan tidak asal menulis berita dan bertanya lagi. Namun, tentu saja itulah pekerjaan mer

  • Ibu Susu Anak Dosenku   179. Konferensi Pers 1

    "Untuk apa kalian tau?" tanya Bara balik. Sebenarnya ia main-main saja, tapi Bara akan menjelaskannya seperti kesepakatannya dengan sang istri sebelumnya. Orang yang ditanya malah bingung, sehingga Bara terkekeh melihatnya. Sebelum bicara lagi, Bara menatap mata para wartawan di sana. "Ya kalau kalian bingung menjawabnya, saya gak mau jawab. Kenapa?" Ia menjeda lagi, melihat istrinya yang duduk tenang dan terus bermain-main dengan pikiran mereka. "Ya harusnya kalian juga berpikir dong, kenapa kalian harus tahu, lalu apa sih yang membuat kalian harus tahu? Kenapa kami harus memberitahu kalian tentang apa yang tidak kami beritahu kepada kalian?" Diam lagi. Semua diam tanpa berani menjawab. "Nah hal seperti itu harusnya kalian dalami dulu sebelum bertanya. Pertanyaan kalian harus ada basisnya. Kalian tuh harus jelas membutuhkan informasi itu. Kalo cuma fomo atau viral, itu jadi hoax karena informasinya gak guna buat kalian. Lah iya, kenapa kalian harus tau? Kalau hanya ka

  • Ibu Susu Anak Dosenku   178. Bujugin Istri

    "Sayang...." panggil Bara dengan manja. Lela terus memunggunginya di tempat tidur karena masih kesal dengan betapa jahatnya Greg dan betapa pasifnya Bara merespon hal itu. Padahal ia selalu melihat Bara yang galak pada karyawannya dan selalu tegas, tapi terhadap sahabat-sahabatnya ia bisa bersikap lemah lembut. "Say, kok masih marah sama aku sih? Aku udah minta maaf dan aku akan coba untuk beri dia sanksi, biar nggak kebiasaan," bujug Bara. "Itu kan yang kamu omongin, tapi faktanya kamu nggak ngelakuin itu. Kamu terlalu lembek sama Dokter Greg hanya karena persahabatan yang baik. Tapi kan kamu biasanya selalu ngikutin prinsip. Masa kamu gak tega sama dia?" Bara menghela napas, istrinya mulai melakukan konfrontasi. "Masalahnya aku juga terbatas sama keinginan dari Blenda. Dia nggak pengen aku ngungkapin permasalahan dalam rumah tangga mereka." "Ya tapi kamu dirugikan. Ini bukan hanya tentang Blenda, tapi kan kamu juga butuh keadilan. Kontrak yang harusnya dia tanda tangani seb

  • Ibu Susu Anak Dosenku   177. Ngedrop

    "Maaf... aku udah janji sama Blenda, kalau aku nggak akan membongkar hal itu." Lela merasa tidak adil, tapi bagaimana lagi semuanya sudah terjadi dan Blenda meminta agar mereka tidak buka mulut. Saat memikirkan itu, tiba-tiba. Bruk! Bara tergeletak di atas soda dengan lemas. "Mas!" Lela langsung berusaha menaikkan Bara ke atas kasur. Bara masih setengah sadar sehingga Lela tidak benar-benar mengangkat Bara sepenuunya. Ia kemudian menghubungi dokter keluarga Raniero yang lain. Sembari menunggu dokter datang, Lela pun mencoba untuk mengompres Bara dan memijit pelan-pelan badannya, agar ia lebih rileks. Namun, Bara masih mendengar suara Lela yang terus mengoceh karena sangat mengkhawatirkan suaminya. "Aku cuma butuh istirahat, Sayang. kamu nggak usah khawatir." Lela mendelik menatap suaminya, tidak setuju. "Hanya butuh istirahat apanya?! Kamu udah ngedrop banget! Kamu udah kecapean dari kemarin-kemarin. Kenapa sih, kamu susah banget kalau diajak istirahat? Kamu selalu p

DMCA.com Protection Status