"Ada jutaan orang yang ingin ada di posisimu, Sayang," ujar Arabela dari telpon. "Tapi jutaan orang itu bukanlah aku," balas Bara. Aabella terdengar penggalan nafas. Ia memang tidak bisa melawan argumen anaknya, pun ia tahu bagaimana sulitnya dia ada di posisi Bara. Ketika mencintai harus dibatasi, ketika untuk bertahan harus menjadi orang yang tidak bebas memilih dengan perasaannya. Hidup memang tidak selalu menggunakan perasaan, tapi perasaannya tidak diperbolehkan lagi untuk hidup, ia tak memiliki opsi dalam hidup. "Kamu bisa kehilangan segalanya kalo nekat," ungkap Arabela khawatir. "Apakah selama ini aku sudah memiliki segalanya? CEO hanya gelar, segala hal yang orang lihat adalah milikku, itu masih dalam genggaman Papi." "Oke, ini... sulit.""Makanya aku nggak bisa meneruskan semua ini."Arabela langsung menyanggah, "... dan membiarkan orang lain mawaris harta itu?""Kalau itu yang diinginkan Papi, biarkan saja aku gak perduli.""Oh Sayang, serius kamu rela itu terjad
Lela memikirkan apa yang dikatakan Fani, anak itu kritis dan penuh pertimbangan, ia pintar. "Tuan sedang di Bogor sekarang," ujar Bi Tati sebelum pulang. Lela sudah pulang, bersih-bersih, setelah itu ia menemanibaby Dam. Kini ia sedang menggendong Baby Dam dan terkejut mendengar informasi itu. "Bukannya harusnya pulang lusa, kok cepet banget?" tanya Lela. "Yah lusa baru sampe sini, tapi sekarang nginep di Bogor." "Oh gitu...." "Dah, Bibi pulang dulu ya. Baik-baik sama Mama ya, Baby Dam?" salam Bi Tati sebelum pergi. "Iya Bi, hati-hati." "Oke, assalamualaikum." "Waalaikumsalam." Bi Tati pun pergi meninggalkan Lela dan Baby Dam yang tadi ada di ruang santai. Lela memang merasakan perasaan yang tidak enak, entah kenapa. Ada firasat buruk yang membuatnya ragu. Apa jangan-jangan Padahal yang terjadi pada Bara?•••"Mba Lela!" panggil seseorang dari balik pintu kamarnya kencang.Brak! Brak! Brak!Ketukan pintu itu sangat brutal membuat Lela langsung lompat dari kasurnya dan
"Dilindungi itu pasti. Masalahnya, bisa jadi Baby Dam akan menjadi pewaris berikutnya menggantikan Ayahnya, dan hidup di tangan Kakeknya. Kamu paham kan maksudku?" Lela mengangguk paham, hidup Baby Dam akan diatur oleh kakeknya sepenuhnya. Padahal Baby Dam perlu hidup dengan bebas, bebas memilih apa yang ia inginkan. "Semoga Aran baik-baik saja," ujar Arabela. "Aamiin," sahut Lela. •••Kemarin saat Bara pergi ke Bogor, ia ditemani Arabela. Arabela sangat takut jika mantan suaminya nekat melukai anaknya, ia tak ingin Bara benar-benar dilenyapkan oleh pria keras itu."Kenapa kamu ke sini malam-malam?" tanya Hendra duduk di depan Bara dan Arabela. "Dan, Bela?" Matanya menatap keduanya bergantian, Barmemang mirip dengan ibunya sehingga fisiknya seperti bule.Di sisi Hendra ada istrinya yang menemaninya, ia terlihat biasa tapi Arabela tau kalau ia juga tertekan dengan situasi itu.Kopi dan teh mengepul di depan mereka, tetapi itu tak cukup untuk mencairkan suasana. Ketegangan itu
Lela hampir tertidur di atas kursi ketika botol susu yang dipegangnya terjatuh ke lantai. Prak! Itu membuat Dika tidak tega melihatnya. Maka ia meminta Lela untuk pulang terlebih dahulu. Biar ia yang menjaga Bara, karena akan aneh kalau Lela juga libur. Jadi Dika memerintahkan Lela untuk masuk hari ini, sehingga Lela pun pulang diantar Bela. Lel juga membawa Baby Dam pulang, untuk kemudian dititipkan kepada Bi Tati. Untunglah saat di rumah sakit tadi Baby Dam tidak menangis. Setelah sampai rumah, baru ia menangis kencang minta disusui.Setelah menyusui Baby Dam, Lela pamit pada Bi Tati kalau ia akan berangkat kerja."Kamu nggak nungguin Tuan di rumah sakit?"Lela menggeleng, "Akan jadi aneh kalau aku ikut libur. Toh sudah ada Kak Dika di sana, keluarganya Lak Bara juga udah pada datang, termasuk Dena," ujar Lela yakin.Ia memang tidak bertemu langsung dengan Dena tapi, ia melihat Dena masuk rumah sakit saat ia ada di mobil Bela menuju ke Mansion. Bi Tati pun mengangguk paham, la
"Siapa kamu?!" tanya Bara kaget. Ia baru bangun dan langsung bertemu dengan Dena yang menjaganya. Dena pun shock dan langsung menoleh pada semua kerabat yang ada di sana. Sementara itu dokter sedang menuju ke ruangan itu stelah dipanggil tadi. "Aku... kamu gak inget aku?" Tak lama kemudian dokter pun datang dan langsung memeriksanya, di tengah kebingungan Dena dan keluarga Bara. Bahkan Arabela yang baru datang langsung syok ketika Bara tidak mengenalnya, ibunya sendiri.Kemudian dokter pun menyatakan bahwa Bara lupa ingatan."Mohon maaf sebelumnya, saya sudah menyampaikan kepada Pak Hendra terkait kemungkinan ini sebelumnya, dan kami harus memberitahukan bahwa Pak Bara mengalami lupa ingatan, karena benturan yang terlalu keras. Akan tetapi, untuk lupa ingatan sementara atau permanennya kami akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Sekarang kami belum bisa mengeluarkan diagnosa terkait hal itu." "Lalu kamu harus gimana dok?""... jadi keluarganya diharapkan untuk membantu meng
Deg! Lela terdiam, ia mencoba mengobrak-abrik otaknya untuk mencari jawaban yang tepat. Bara pun terlihat menunggu tanpa mendesak. Namun dalam hati Bara, ia berharap ada jawaban jujur dari gadis di depannya itu. "Saya hanya pengasuh biasa," ujar Lela. Bara terlihat tak percaya, "Lalu kenapa saya ngerass nyaman saat di dekat kamu?" "Hem..." Lela bingung, "saya tidak mengerti dengan apa yang Bapak bicarakan tapi, jika itu mengenai perasaan Bapak, saya tidak bisa menjawabnya, karena itu Bapak yang merasakan." "Tidak tidak, saya hanya sedang menceritakan perasaan saya. Saya merasa bahwa ada sesuatu di antara kita, lebih dari kontrak dan ikatan kerja," jelas Bara yakin. Lela merasa bingung harus menjawab apa, faktanya ia juga tidak yakin tentang perasaan Barat sebelumnya, karena Bara tidak pernah menyampaikan padanya. Semua hanya dugaan-dugaan lewat Bi Tati, Bi Hera, Blenda, dan Dika, itu tidak dikonfirmasi oleh Bara sendiri. "Maksud Bapak kedekatan kita ya?" tanya Lela.
Pagi hari, Lela menjalani harinya seperti biasa. Mulai menyusui Baby Dam, lalu berangkat ngantor. Bara melihatnya dan merasa aneh, Lela bertindak selayaknya seorang ibu dari anaknya. Tetapi ia merasa bahwa pantas dirinya menyukai sosok Lela yang lembut itu, ternyata Lela adalah orang yang layak menjadi ibu dari anaknya. Saat Lela keluar di parkiran, ia pun segera menyusul keluar dan mengajak Lela untuk pergi bersama."La! Ayo masuk!" ujarnya.Lela terkejut dan mendekati Bara yang sudah di dalam mobil bersama sopir."Mohon maaf, Pak, tapi saya tidak bisa berangkat bersama Bapak, karena saya bawa motor. Kalau saya bersama Bapak akan menjadi rumor yang aneh."Bara mengerti, "Oh gitu... terus kamu pake motor sini kan?" tanyanya lagi."Iya Pak.""Bapak yang memberikan pada Lela," sahut Pak Jamal."Jadi?" tanya Bara minta konfirmasi dari Lela.""Em... motor itu Anda yang memberikan pada Lela."Lela terlihat canggung dan tak enak hati, "Baiklah kalau gitu. Saya berangkat dulu, ya. Sampai
Hari pertunangan Bara dan Dena pun tiba, tiada yang merasa aneh dengan semuanya. Baik Dena dan Bara terlihat bahagia, meski di media sosial banyak spekulasi yang diberikan oleh para netizen tentang kecelakaan Bara. Baby Dam juga terlihat nyaman di gendongan Bi Tati. Acara dimulai pada jam 16.00 WIB sampai jam 23.30 WIB, rencananya. Akan tetapi karena pesta, tidak tahu sampai jam berapa. Intinya Lela belum siap karena baru pulang dari kantor. Baru setelah bersih-bersih dan memakai dresscode pembantu, Lela pun menghampiri Bi Tati yang akan pulang. Sayangnya Bi Tati tidak bisa tidak pulang, karena kini ia juga mengurus cucu yang berusia 12 tahun, jadi harus memastikan ia tidak neko-neko karena sudah remaja. "Majasih ya, Bi." "Sama-sama La, sambil makan dulu, susui dulu Baby Dam," ujarnya bisik-bisik. Lela pun langsung mengiyakan, ia naik ke lantai dua dan ke kamar Baby Dam untuk menyusuinya. Tak lupa ia mengunci pintunya agar tidak ada yang tiba-tiba masuk. Lela tadi sempat
Lela mengalihkan embicaraan agar Bara tidak fokus pada itu. "Aku ngantuk dan capek, tidur di kamar yuk! Katanya mau ngecas energi?" Ia langsung berdiri dan merentangkan tangan minta dipeluk. Bara pun tak membahas apa yang ia tanyakan tadi pada istrinya, dan segera menyambut pelukannya. Namun, sebelum itu ia meminta Bi Tati untuk memindahkan Damien ke kamarnya. Apartemen itu ada 1 kamar utama, dua kamar ukuran sedang untuk Baby Alesha juga Damien sendiri-sendiri, dan untuk pembantu satu kamar tapi dua ranjang, ukurannya juga luas. Bara dan Lela masuk kamar dengan bahagia, saking rindunya sampai melupakan anaknya. Untung mereka kaya dan ada yang bisa diperintah, kalau tidak, parah sih. ••• Paginya, Bara dan Lela ke rumah sakit untuk mengunjungi Hendra lagi. Kali ini mereka membawa serta anak-anak, karena ada Bara juga. Namun sebelum mereka masuk, mereka mendengar teriakan Eva. "Mas, padahal tinggal bilang dengan baik-baik kok, kenapa harus pake bahasa yang kasar?!" ke
Sudah dua pekan Lela di Bandung, tiba-tiba Bara menelpon di jam kerjanya. Biasnaya ia akan mengambil waktu istirahat untuk telpon. "Kenapa sih?" tanya Lela pada suaminya di video call. Namun sepertinya Bara sedang di Mansion, terlihat backgrounnya kamar Damien. "Nih, Damien nangis pingin ketemu Mama katanya," ujar Bara. Kamera pun disorot ke Damien yang sedang menangis, ia terlihat sangat sedih. Lela jadi ketularan sedih dan langsung menghela napas. "Ya Allah Sayangku, kenapa nangis?" tanyanya lembut. "Pingin ikuuuuut," jawab Damien dengan isak tangisnya. Sementata itu Baby Alesha menyembul di balik hijab Lela, ia baru selesai menyusu dan melihat ke arah kamera. "Nih, diliatin Dedek Alesha. Masa Abang gak malu?" ujar Lela. Damien pun mengusap air matanya, ia memang anak yang cukup gengsian. Apalagi sejak Alesha lahir, Damien berperan menjadi kakak jagoan yang selalu melindungi adiknya. Bahkan setiap teman-teman Bara atau Lela datang menbawa anak-anak mereka, Damien
Lela tersenyum masuk ruangan rawat inap Hendra bersama suaminya. Bahkan sedari tadi, Bara terus merangkulnya sampai susah masuk di pintu masuk karena Bara yang besar. "Assalamualaikum, Papi, Mama!" sapa Lela pada mertuanya. Eva pun tersenyum dan langsung berdiri. Lihatlah, ia anggun sekali seperti Ratu Inggris yang penuh etiket. Pakaiannya juga sangat sopan meski tidak berhijab, ia sangat rapih dan berkelas. "Waalaikumsalam, Sayang." "Gimana kabarnya, Papi sekarang?" tanya Bara. "Loh katanya Bara mau balik ke Jakarta?" tanya Eva setelah menyalami dan memeluk Lela. "Iya, ini abis dari sini langsung balik ke Jakarta." Eva mengangguk-angguk, "Papi kamu udah mulai membaik, tinggal pemulihan. Tapi Mama mau Papi kamu dirawat dulu sampai bisa jalan," ujarnya. "Takut banget kalo ada apa-apa nanti, masalahnya kan Nyonya Yun... eh Mami lagi sakit juga, abis tenggelam di kolam waktu di Bali." Lela terkejut, "Loh terus gimana sekarang?" "Udah baik katanya. Dia kayaknya mau
Hendra terkena stroke dan dirawat di rumah sakit di Bandung. Maka, dalam keadaan itu Bara datang mengunjungi ayahnya dan melihat ayahnya tidak bisa bicara dengan baik. Sayangnya, Bara tidak bisa menjaga ayahnya karena harus bekerja. Kakak-kakaknya juga tak bisa datang karena sudah sibuk dengan pekerjaan dan keluarga mereka di luar negeri. Melihat situasi itu, Lela minta izin pada Bara untuk ikut merawat Ayah mertuanya dan tinggal di sekitar rumah sakit. Awalnya Bara tidak mengizinkannya karena ia khawatir pada Lela yang masih harus bersama dengan Baby Alesha. Akan tetapi, Lela berhasil meyakinkan suaminya dan meyakinkannya bahwa itu adalah baktinya yang harus ia sampaikan kepada mertuanya. Ia berkata pada Bara. "Mas, selama ini aku nggak 100% nyalahin sikap Papi sama aku. Sikapnya itu sangat wajar, karena dia hanyalah orang tua. Umumnya orang tua ya selalu ingin yang terbaik untuk anaknya dan aku mungkin gak masuk pada kriteria dia waktu itu. Wajar buat dia untuk berkomentar
Hal yang Lela khawatirkan adalah fakta bahwa ayahnya sudah keluar dari penjara saat ia pulang ke Jakarta. "Kenapa, Sayang?" tanya Bara lembut. "Aku pingin kamu lakuin satu hal." "Apa itu?" tanya Bara khawatir dengan sorot mata istrinya yang penuh ketakutan. "Itu..." Lela berat mengatakannya. "Lindungi Ibu dan adik-adikku. Tolong ya..." Bara berpikir sejenak, "Itu pasti, tapi kenapa?" "Bapakku udah keluar dari penjara, setidaknya tepat kita sampai di Jakarta." Bara terkejut, itu benar. Ayah mertuanya yang kriminal itu harusnya akan keluar dalam hitungan hari. "Aku akan kirim orang untuk melindungi mereka, kamu jangan khawatir. Kalo bisa, aku akan pindahkan mereka. Oke?" "Atau... Biarin ibu dan adik-adik tinggal sebentar di mansion, sebelum kita pindahkan mereka ke tempat lain." Bara pun merasa itu ide yang bagus. "Boleh. Akan aku urus semuanya." "Makasih, Mas." "Apapun buat kamu, Sayang." Lela pun lega mendengarnya, bagaimanapun ayahnya belum tentu jera sete
Bara selesai menggarap urusan di Jepang lebih cepat dari biasanya, ia sudah menyerahkan kasus yang ia alami kemarin pada teman-temannya yang lain. Tentu saja itu dengan bayaran yang sepadan. Namun sebelum Bara dan timnya benar-benar menangkap Dinda, Dinda sendiri sudah menyerah duluan. Mudah untuk ditebak sih, karena Dinda memang tidak punya backing yang kuat. Ia melakukan drama itu dengan model nekat, tanpa berpikir panjang. Dan yang lebih parahnya lagi, muncul berita bahwa Dinda keguguran gara-gara stress. Blenda sendiri yang memberitahu Bara dan teman-temannya. Itu karena Dinda pergi ke kliniknya dan diurus di sana, tempat yang dulu juga tempat kerja Dinda. Di situlah Dinda seolah menerima karmanya lebih cepat dari yang orang kira. Pada akhirnya, Dinda harus menerima semua bantuan yang dilakukan oleh Blenda padanya. Padahal Blenda hanya brrsikap profesional sebagai seorang dokter. Sementara netizen yang heboh pun langsung kecewa, karena ternyata dramanya tidak seru.
Awalnya Bara dan teman-temannya memang ingin diam saja, ketika Dinda membuat drama di media sosial dan viral. Namun, itu berubah ketika Dena memberitahu mereka kalau sebenarnya Dinda juga menyewa buzzer untuk terus membuat opini bahwa semua kejadian itu mengarah pada Greg, yang terzolimi oleh Bara dan Lela.Sementara itu, fans garis keras dari Greg mulai mengopinikan dan mendukung pernyataan-pernyataan yang mengarah pada Bara dan Lela itu. Bahkan sampai ada yang memberikan statement bahwa Bara adalah mafia yang melatarbelakangi semua terjadinya kasus lain yang sebenarnya tidak ada hubungannya dengan Bara. Hal itu juga menjadi semakin parah dan mempengaruhi bisnis Bara. Sehingga Hendra ikut nimbrung dengan mengomeli anaknya karena kasus ini, membuat bisnis mereka menurun.Maka Bara pun tidak bisa berdiam diri. Ia kemudian memberikan keterangan di media sosialnya beruba video yang sangat tegas pada siapapun yang membuat konten drama itu. "Selamat Pagi, semuanya! Saya sedang berada d
"Aku udah bilang sama Blenda, tapi aku gak nyngka kalo sejauh itu pemikiran dia." "Gimana?" tanya Lela. Bara menghela napas, "Dia malah dukung aku buat cerita ke yang lain." Lela terkejut, "Hah, serius?!" Bara mengangguk, lalu berkata kalau ia akan melakukan janji temu dengan teman-temannya. Ia tak ingin kesalahpahaman ini terus berlanjut, bahkan memperngaruhi bisnisnya. Ia pun membuat janji dengan teman-temannya karena perbedaan tempat dan banyak yang harus mereka kerjakan jadi sulit untuk menemukan waktu yang tepat. Alhasil, mereka memutuskan untuk video call. Namun mereka juga sudah dibriefing oleh Bara untuk tidak merecord semua yang mereka bicarakan hari itu. Bara percaya pada teman-temannya bahwa mereka bukan tipe teman-teman yang suka Cepu, apalagi ini tentang Greg yang menjadi alasan mereka video call malam ini. "Jadi, gue cuma mau bilang. Gue harap kalian jaga rahasia kita. Kemarin kalian nyalahin gue tentang Greg, tapi gak ada yang bener-bener tahu apa yang seb
"Hallo, Nda." "Hallo, Bar. Kenapa?" "Gue mau minta pendapat lo, tentang temen-temen gue sama Greg. Masalahnya, gue sekarang jadi dimusuhin sama circle gue gegara kasus suami lo. Gimana nih?" "Mau lo apa?" tanya Blenda santai. "Ya gue mau cerita ke mereka." "Cerita aja," jawab Blenda santai. "Loh?" "Iya, cerita aja biar lo gak disalahin sama mereka." "Lo gak papa?" tanya Bara memastikan. "Ya nggak papa, emang gue kenapa? Gue kan sengaja bioin dia sengsara sekalian karena udah mengkhianati kepercayaan gue. Gue udah bilang sama lu kan, kalau gua juga pengen dia ngerasain hancur, sehancur-hancurnya. Terus apa masalahnya?" "Gue kira lu gak terima kalo gue cerita ke mereka." "Serius, gue gak masalah." "Gue justru terbantu dengan itu. Lo cerita ke mereka, sehingga temen-temen lo pada berpihak ke lo. Setelah itu Greg bener-bener ditinggal sama semua teman-temannya, terus enggak ada tempat bersandar, endingnya? Dia bakal balik ke gue, mohon-mohon dan itu tujuan gue." B