Semua Bab Letnan Jendral, Rebut Kembali Hati Mantan Istrimu: Bab 41 - Bab 50

92 Bab

BAB 41. JADI KITA RUJUK?

"Mbak gina enggak tau, bahkan kalau pun Mbak Gina tahu, Mbak enggak akan bisa membantu apa pun. Beda sama saya, saya dokter, saya bisa membantu mas Bagas kapan pun dia terluka." Serly menarik sudut bibirnya, akhirnya dia kembali mendapatkan kepercayaan dirinya.Hati Gina tidak nyaman ketika lagi dan lagi Serly membahas hal seperti itu, yang membuatnya benar-benar terlihat tidak mengenal Bagas. Serly tiba-tiba mengulurkan tangan, menjejalkan dengan paksa cek itu ke tangan Gina."Jangan dulu nolak, Mbak. Kalau Mbak Gina berubah pikiran, Mbak bisa langsung isi nominalnya dan kasih ke aku." Setelah mengatakan itu Serly berbalik pergi meninggalkan rumah kontrakan.Gina menatap punggung sang dokter lalu beralih pada cek di tangannya. Gina menghirup nafas panjang, menutup pintu rumah dan meletakkan cek itu di meja dapur.***"Mamah! Kita pulang!" Seruan dari Binar terdengar pada saat Gina sedang melipat pakaian di ruang tengah. Melihat satu-persatu anak-anaknya masuk, Gina tersenyum pada me
Baca selengkapnya

BAB 42. DOAIN RUJUK

"Harusnya enggak usah di iming-imingi kaya gitu, nanti kebiasaan," ujar Gina pada Bagas."Enggak pa-pa, itung-itung buat semangatin mereka belajar."Giba mendelik, pria itu sama sekali tidak mau mendengarkannya. "Terus kenapa ngomong sama Binar kalau mau ajak dia jalan hari minggu?""Emangnya kenapa? Aku pengen ajak kalian jalan, kamu enggak mau?" tanya Bagas sambil mengerucutkan bibir.Pria yang memiliki badan besar itu mencoba membuat raut wajah imut membuat bulu kuduk Gina merinding. Apalagi wajah garang Bagas yang membuatnya terlihat semakin tidak cocok.Karena hari sudah mulai gelap, Bagas keluar dari rumah kontrakan yang Gina tempati. Di depan rumah, Bagas tidak sengaja berpapasan dengan seorang pria yang tidak lain adalah suami dari Sari. Ke dua pria itu saling menatap, lalu mengangguk secara bersamaan sebelum akhirnya kembali melanjutkan aktivitas mereka masing-masing.***Hari minggu pun tiba. Hari yang sangat di tunggu oleh anak-anak Gina dan Bagas. Pagi-pagi sekali, Binar d
Baca selengkapnya

BAB 43. RUMAH KITA

Masuk ke dalam restoran, mereka di bawa berjalan melewati berbagai meja pelanggan di lantai bawah. Melewati tangga, berjalan menuju lorong yang di penuhi berbagai lukisan antik, Jes berhenti di sebuah pintu dan membukanya."Silahkan, masuk!" pinta Jes, lalu tatapannya jatuh pada tiga anak yang sedari tadi mengekori ayah mereka. "Ayo amsuk bocah-bocah kecil."Ghazi dan Binar langsung berlari masuk, sedangkan Gavin cemberut karena di samakan dengan adik-adiknya. Dia sudah remaja, enggan di panggil dengan panggilan 'bocah'.Bagas tersenyum melihat kebahagiaan anak-anaknya. Bagas membawa mereka duduk di kursi masing-masing. Gina melihat ke sekeliling, ruang vip itu terlihat sangat mewah sekaligus antik dengan bahan utama bangunan yang terbuat kayu jati. Berbagai lukisan juga di gantung pada dinding yang berwarna coklat. Tatapan Gina lalu jatuh pada Bagas yang tampak sedang berbincang dengan pria bernama Jes itu."Binar, Ghazi, jangan berisik!" peringat Gina mereka.Setelah Bagas berbincan
Baca selengkapnya

BAB 44. KAMU CANTIK

Rumah didominasi oleh warna putih, hitam dan coklat. Gina terperangah, dia tidak pernah membayangkan akan bisa masuk ke dalam rumah besar ini."Kita tidur di mana, Pah?" tanya Gavin masih bingung rumah siapa yang mereka masuki."Ayo Papah antar!" Menggendong Binar, Bagas mengantar ke dua putranya naik ke lantak atas. Dia lalu berhenti di dua buah pintu yang bersebelahan, menunjuk pada Gavin dan Ghazi. "Ini kamar Gavin, yang ini kamar Ghazi."Ke dua anak itu mengangguk, masuk ke dalam kamar mereka masing-masing dengan senang hati. Setelah itu Bagas membawa Binar ke kamar lainnya. Ketika pintu kamar itu terbuka, ruangan di penuhi dengan warna serba pink. Lemari, tempat tidur, hingga karpet dan boneka-boneka berwarna pink. Bagas meletakan Binar di atas tempat tidur besar, menarik selimut lalu mengecup kening anak itu dengan lembut.Setelah itu, Bagas kembali ke lantai bawah, menemui Gina yang saat ini tengah menatapnya dengan serius."Ada apa?" tanya Bagas dengan heran. Dia berjalan mende
Baca selengkapnya

BAB 45. SETUJU?

Satu jam menatap layar tv yang menayangkan sinetron, perut Gina berbunyi, rasa lapar menghampirinya. Dia meletakan remote tv, bangkit berdiri dan pergi ke dapur. Karena baru pertama kali ke sini, Gina kebingungan saat mencari dapur. Dia menghabiskan waktu sepuluh menit hingga akhirnya berhasil menemukan dapur.Sebuah dapur yang terlihat sangat elegan dengan perpaduan warna hitam dan cokelat. Terdapat meja makan yang berada satu ruangan dengan dapur. Gina berjalan ke arahnya, melihat sebuah kulkas besar. Wanita itu membuka kulkas dan tidak menemukan apa pun di dalamnya.Gina menghela nafas, rasa laparnya tidak lagi bisa di tunda. Wanita itu naik ke lantai dua, masuk ke dalam kamar utama. Di sana, Bagas masih tertidur, Gina hendak membangunkannya saat melihat tas Bagas yang tergeletak di meja. Dia melirik Bagas sekilas, lalu mengambil dompet yang terdapat di dalam tas.Saat Gina membukanya, sebuah foto menarik perhatiannya. Di foto itu, seorang wanita muda berambut panjang tengah tersen
Baca selengkapnya

BAB 46. MENIKAH KEMBALI

"Rumah kita," jawab Bagas sambil menyuapkan makanan ke mulutnya."BENERAN PAH?!" Ghazi berseru dengan semangat, dia bahkan meletakan kembali sendok berisikan nasi ke piring."Ghazi," tegur Gina.Anak itu tersenyum lebar hingga deretan gigi putihnya terlihat. "Tapi kita bakalan tinggal di sini, Mah? Sama Mamah juga?"Gina melirik Bagas yang mesem-mesem sendiri, mengangguk pada Ghazi. Sedangkan Gavin yang sudah cukup mengerti melirik ke dua orang tuanya, lalu melanjutkan makan yang tertunda. Gina tahu bahwa mungkin Gavin ingin mengajukan pertanyaan padanya, tapi tampaknya anak itu menahan diri.Selesai sarapan, Bagas berinisiatif mencuci piring, sedangkan Gina menyuruh ke tiga anaknya untuk mandi. Gina duduk di kursi ruang keluarga, baru saja akan menyalakan tv saat Gavin yang sudah berpakaian rapih menghampirinya."Mamah," panggil anak itu. Dia mendudukkan bokongnya di samping Gina."Kenapa, Sayang?" tanya Gina sambil mengelus surai lembut Gavin."Mamah mau tinggal di sini?" tanya Gavi
Baca selengkapnya

BAB 47. PINDAH

Di mulai dari pengajuan surat-surat hingga pada akhirnya Gina dan Bagas berhasil menikah kembali, setidaknya membutuhkan waktu tiga tiga bulan untuk Gina dan Bagas. Hari ini adalah hari di mana keduanya sah menjadi sepasang suami-istri lagi setelah empat tahun berpisah."Mah, sepatu Ghazi yang ini bawa, yah?" Ghazi menunjukan sepasang sepatu miliknya pada Gina."Jangan bawa semuanya, Zi. Kemaren, kan, kamu udah beli yang baru!"Ghazi cemberut. "Tapi sayang, Mah, kalau enggak di bawa. Masa di buang," keluh anak itu."Nanti kasih aja ke temen kamu, di bawa juga cuma menuhin tempat doang," ujar Gina.Anak itu mengangguk, memasukan sepatu bekas miliknya ke kantung tempat barang-barangnya yang tidak akan dia bawa ke rumah baru mereka. Gavin juga sama, dia memilih beberapa pakaian yang memang sering dia gunakan dan meletakan yang jarang dia gunakan pada kantung yang berbeda dengan Ghazi.Gina tengah membantu Binar memilih pakaian serta mainan. Rencananya, mereka tidak akan membawa barang ap
Baca selengkapnya

Bab 48. MUAL

Pada akhirnya mereka tiba di rumah baru yang akan di tempati. Rumah itu masih sama seperti terakhir kali Gina datang, mewah dan bersih. mereka masuk ke dalam rumah, Ghazi langsung berlari ke dalam kamarnya di lantai dua tanpa membawa barang-barangnya."Anak itu!" tegur Gina menatap putra keduanya."Enggak pa-pa, nanti biar aku beresin. Kamu mendingan tidur, tadi di mobil perut kamu, kan, enggak enak." Pria itu menaruh barang bawaan mereka di atas lantai marmer.Gina mengangguk, sama sekali tidak menolak. Dia membawa Binar, anak itu juga kelelahan dan ingin segera beristirahat. Gina terlebih dahulu mengantarkan Binar ke kamarnya, ketika merek masuk, Binar dengan bersemangat naik ke atas tempat tidur pink miliknya."Kamu di sini, jangan nangis kaya waktu itu. Kalau mau apa-apa panggil kakak di sebelah. Oke?"Binar mengangguk mengerti. "Iya, Mah!"Menghela nafas lega, Gina pergi ke kamar utama yang sudah di kenalnya. Seprai di kamar itu sudah di ganti, tampak seperti baru saja di bersihk
Baca selengkapnya

BAB 49. HAMIL?

"Eh, udah denger belum. Katanya ada anak jendral bintang tiga yang pindah ke sini.""Oh, udah tau kita. Di sekolah ini cuma ada satu, kan anak perwira polisi itu, si Agis. Ada saingan sekarang dia, bintang tiga lagi. Kalah deh bapaknya."Bisikin-bisikan itu keluar dari mulut para siswa, menyebar dengan cepat ke SMP internasional school di mana para siswanya adalah anak-anak dari para orang kaya atau pejabat negara.Gavin, yang berusia empat belas tahun menjadi siswa pindahan yang di bicarakan semua orang. Anak dari jendral bintang tiga, siapa yang tidak kagum. Sedangkan di negara ini bintang tiga di ketentaraan hanya di miliki oleh segelintir orang.Langkah kaki Gavin bergema di sepanjang lorong sekolah. Para gadis yang berpapasan dengannya di jalan menjerit dalam hati, mengagumi ketampanan dan tubuh tinggi remaja itu. Tapi Gavin tidak peduli sama sekali.Kepala sekolah turun langsung untuk menyambut Gavin dan mengantarnya ke ruang kelas. Kepala sekolah merasa bahwa Gavin adalah anak
Baca selengkapnya

BAB 50. SEPI

"Tetangga baru, ya, Mbak? Nempatin rumah yang mana?" tanya seorang wanita pada Gina.Gina dan lima orang lainnya sedang memilih sayur di sebuah mobil uang memang menjajakan sayuran setiap pagi di perumahan."Iya, Mbak. Baru dua minggu lalu pindah. Itu, rumah yang di sebelah sana," jawan Gina, menunjuk arah rumahnya."Oh, yang itu. Pantesan katanya itu rumah udah di beli, tapi dulu masih kosong. Rupanya baru pindah, toh." Dia mengangguk-anggukkan kepalanya.Gina tersenyum, kebanyakan yang berkumpul di tukang sayur adalah para ART gang bekerja untuk orang-orang kaya di perumahan ini. Gina mengobrol dan tidak butuh waktu lama hingga akhirnya mereka menjadi akrab.Dari Lima orang itu, satu orang yang aktif mengajak Gina berbicara adalah seorang wanita muda yang kira-kira umurnya baru dua puluhan. Gina tahu bahwa namanya adalah Lia. Lia bekerja di salah satu rumah sebagai ART."Bos saya itu, pelitnya minta ampun!" Lia berbisik pada Gina. "Udah umur hampir empat puluh, tapi belum nikah-nika
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status