Semua Bab Letnan Jendral, Rebut Kembali Hati Mantan Istrimu: Bab 61 - Bab 70

92 Bab

BAB 61. MAAF

"Kenapa Papah ngelakuin itu? Apa salah aku!" Serly menatap tidak percaya pada ayahnya yang sudah tua. Pria tua itu menghukum untuk mengurungnya di rumah selama tiga bulan di tambah memberhentikan dia dari rumah sakit tempatnya bekerja."Cukup, Serly, kamu itu terllau banyak menimbulkan masalah buat Papah!" Seorang pria setengah baya yang berdiri di belakang pria tua itu maju dan membuka suara.Serly menoleh pada kakaknya dengan tatapan benci. "Di mana aku menimbulkan masalah? Soal aku yang ngajar di sekolah itu? Memangnya apa salah aku? Aku cuma ngajarin sama siswa dan siswi kalau mereka enggak boleh jadi manusia yang enggak berguna!""Terlalu banyak keluhan yang datang ke Papah. Kamu pergi ke kamar, keputusan Papah udah bulat!" Ayah Serly juga sebenarnya enggan menghukum sang anak, tapi tadi pagi Bagas datang dan mempertanyakan yang Serly lakukan dan dampaknya pada putra Bagas, Bagas bahkan secara sengaja atau tidak sengaja menegurnya, seolah bertanya apakah dia mendidik Serly dengan
Baca selengkapnya

BAB 62. MEMIJAT

Ketika usia kehamilan Gina sudah menginjak bulan ke empat, Bagas mengajukan cuti pada akhirnya. Jika tidak ada urusan yang mendesak, dia akan menemani Gina di rumah beserta anak-anaknya."Mah, Binar pengen dedek bayinya cewek, nanti, kan, bisa Binar ajak main boneka kalau cewek!" Anak itu duduk di pangkuan ayahnya, berkata pada Gina.Gina tersenyum, meletakan sepiring buah yang baru saja dia potong di atas meja kaca. "Cowok juga bisa kok, kak, di ajak main boneka," ujar Gina."Enggak bisa! Kak Ghazi sama Kak Gavin main bola terus, bukan boneka!" Binar menggeleng-gelengkan kepalanya, menolak dengan tegas.Bagas yang sedari tadi mendengarkan percakapan ibu dan anak itu tersenyum melihat interaksi keduanya. Dia mengelus surai lembut putrinya dan berkata, "Kalau gitu Binar banyak-banyak cium adek bayinya di perut Mamah!""Emang kalau gitu bisa jadi cewek, Pah?" tanya Binar.Bagas mengangguk saja meskipun dia hanya asal bicara. Setelah itu Bagas mendapatkan pukulan dari Gina. Bagas sontak
Baca selengkapnya

BAB 63. SO SWEET

Gina tersenyum, menikmati pijatan Bagas. Dua bulan kemudian, bengkak pada Kaki Gina menjadi semakin sering, Gina juga menjadi sangat sering bolak-balik kamar mandi untuk buang air kecil, dia sering kali terbangun di tengah malam ketika merasakan tidak nyaman di kakinya dan untuk buang air kecil."Kenapa, Sayang?" tanya Bagas yang juga terbangun oleh gerakan sang istri."Aku pengen kencing, Mas. Kamu tidur lagi aja," jawab Gina.Bagas mengusap matanya, melihat wanita itu yang dengan susah payah berusaha membawa perut besarnya turun dari tempat tidur. Bagas bangun, menguap dan membantu Gina pergi ke kamar mandi."Aku bisa sendiri, Mas!" kata Gina dengan tidak berdaya."Aku pengen bantu, aku takut nanti kamu ke pleset di sana!""Enggak akan, aku hati-hati, kok," ujar Gina, akan tetapi dia tidak menolak ketika Bagas membantunya berjalan.Setelah menyelesaikan buang air kecilnya, Bagas kembali membantu Gina untuk berbaring du atas tempat tidur. Pria itu memijat sebentar kaki istrinya, mena
Baca selengkapnya

BAB 64. TERTABRAK

"Tadi kalian ngomongin apa?" tanya Bagas, walaupun dia berdiri di samping Gina dan mendengarkan pembicaraannya dengan Lia, namun Bagas sama sekali tidak mengerti apa yang ke dua wanita itu bicarakan.Gina menunjukan senyum nakal. "Apasih! Mau tau aja urusan perempuan!" Wanita itu lalu tertawa.Bagas tersenyum, tidak kesal atau marah karena Gina tidak menjawabnya. Sebaliknya, Bagas mencubit pelan pipi tembam Gina dengan gemas, menciumnya dengan sangat rakus."Mas!" protes Gina tidak senang. Pipinya memerah, dia malu dan takut seseorang memperhatikan mereka."Soalnya kamu gemes banget! Gemoy!" Bagas meremas dagu Gina."Gendut maksud kamu?" tanya Gina dengan mata memicing."Bukan, Sayang. Gemes, bukan gendut!" Bagas meralat ucapan Gina. Jangan sampai pembicaraan mereka berujung kekesalan Gina."Halah, bilang aja gendut!" Gina mendengus, mempercepat langkah kakinya."Jangan cepet-cepet jalannya, Gin. Nanti kamu jatoh!" Bagas memperingatkan, dia mengikuti istrinya dari belakang."Enggak ak
Baca selengkapnya

BAB 65. PUKULAN

Bagas pergi ke kantor polisi, dia berterimakasih pada tetangga yang membantunya membawa sopir itu. Para polisi di ruangan segera menyapa Bagas dengan sopan, semua orang tahu bahwa Bagas mempunyai jabatan tinggi di ketentaraan."Pelaku sudah berada di dalam, pak!" Salah satu petugas polisi membawa Bagas bertemu dengan pelaku.Sopir yang menabrak Gina berada di sebuah ruangan tertutup yang mana hanya ada dia sendiri di sana. Bagas tampa ragu membuka pintu, melihat pelaku itu menyusut dan gemetar ketakutan ketika melihat Bagas masuk.Wajah Bagas terlihat bengis karena amarah yang melonjak dalam dadanya. Dia melangkah maju, menarik rambut pria parubaya itu dan menghajarnya.Setelah di selidiki, pria itu bernama Saikam, seorang sopir taksi yang tinggal jauh dari perumahan Gina dan Bagas. Tapi entah mengapa Saikam ada di sana hari ini, bahkan masuk ke dalam perumahan. Tentu saja Bagas menyadari bahwa hal itu sepertinya bukan kebetulan. Di pagi hari, berkendara dengan kecepatan tinggi padaha
Baca selengkapnya

BAB 66. BAYI JELEK

Xavier tampak hanya diam mengabaikan perkataan Lia. Lia mendengus, bangkit dari duduknya."Mau ke mana?" tanya Xavier saat melihat kepergian wanita itu."Tidur, saya udah ngantuk banget," jawab Lia sambil menguap.Kepala Xavier naik turun, mengangguk dengan pelan. Lia pergi ke kamarnya yang berada di lantai dua. Benar, meskipun statusnya adalah ART, akan tetapi Lia tidak tidur di kamar ART. Xavier memberikannya sebuah kamar di sebelah kamar pria itu, alasannya karena itu akan memudahkan Lia dalam 'melayani' setiap kebutuhan Xavier.Lia, sih, tidak merasa ada yang salah. Dia senang bisa tidur di kamar yang indah dan kasur empuk. Lima tahun bekerja di rumah Xavier, Lia bahkan pernah mengira Xavier menyukainya. Akan tetapi dia langsung menghilangkan dugaan itu saat ingat bahwa pria itu suka bermain dengan berbagai wanita.Masuk ke dalam kamar, sudah ada Binar yang berbaring di atas tempat tidur. Lia mengusap kening anak itu, merasa kasihan dalam hatinya. Dia ikut berbaring, memejamkan ma
Baca selengkapnya

BAB 67. SIUMAN

"Binar enggak mau pulang! Mau sama Papah aja! Mau sama mamah juga! Huaaa!" tangis histeris Binar terdengar di koridor rumah sakit. Anak itu menolak ketika Bagas mengatakan bahwa dia akan menitipkan mereka kembali di rumah Xavier."Binar, nanti besok Papah jemput lagi, sekarang Binar sama tante Lia dulu, yah." Bagas membujuk anak itu dengan tidak berdaya.Penampilan Bagas bisa di bilang kuyu sekarang. Berat badannya berkurang sejak Gina dilarikan ke rumah sakit, wajahnya kusam, dagunya dipenuhi dengan janggut yang lebat. Bagas terlihat sepuluh tahun lebih tua dari sebelumnya. Dia benar-benar tidak mempunyai tenaga untuk membujuk Binar dengan benar saat ini."Huhu, enggak mau, Pah! Binar mau di sini aja!" Binar menggeleng, air mata memenuhi pipinya."Kalau di sini nanti kamu enggak bisa tidur, tidurnya di kursi, Binar mau?" tanya Bagas, mencoba menakut-nakuti anak itu.Siapa yang tahu bahwa Binar akan mengangguk dengan wajah cemberut. "Mau sama Papah aja!"Bagas menghela nafas, tidak tah
Baca selengkapnya

BAB 68. KELUARGA UTUH

"MAMAH!" Anak-anak Gina berseru secara bersamaan ketika melihat Gina yang sudah lepas dari berbagai alat rumah sakit, tampak sedang bercakap-cakap dengan seorang dokter.Gina tersenyum lembut melihat kedatangan ke tiga anaknya. Ketika mereka memeluk dirinya, Gina tidak bisa membendung air mata yang kini menetes. Hatinya lega melihat anak-anak sekarang."Ghazi kangen sama Mamah!" ujar anak itu sambil terisak."Binar juga kangen banget sama Mamah! Binar enggak mau dedek bayi yang jelek, maunya Mamah aja!"Lengan Gina terulur, mengelus satu persatu pucuk kepala mereka. "Maafin Mamah, yah. Mamah juga kangen sama kalian." Gina tidak bisa membayangkan jika dia tidak bangun dan meninggalkan ke tiga anaknya."Jangan neken kaya gitu, Mamah batu bangun," peringat Bagas.Ghazi serta Gavin langsung melepaskan pelukan mereka pada Gina."Mamah enggak sakit lagi, kan?" tanya Ghazi."Enggak, kok," jawab Gina sambil tersenyum.Hati Bagas menghangat melihat Gina dan ke tiga anak merek. Dia bisa bernafas
Baca selengkapnya

BAB 69. AINA

"Pokoknya malem ini kita harus jadi, kalau enggak gue ngambek!" seru seorang remaja perempuan berusia enam belas tahun yang duduk di bangku kelas dua belas SMA. Remaja itu bernama Julia yang duduk di antara tiga remaja laki-laki lainnya."Gavin, nih, enggak jadi mulu. Kemaren padahal udah fiks mau pergi," sahut Mario, remaja lainnya."Adek gue nangis pengen ikut, gimana bisa gue ajak dia ke club malem?" tanya Gavin dengan acuh.Gavin, remaja yang dulu tinggal di pedesaan dan jauh dari hal-hal berbau negatif kini semakin bisa menyatu dengan kehidupannya yang sekarang. Bergaul dengan para remaja-remaja kaya yang suka menghamburkan uang dan berbuat hal yang seharusnya tidak dilakukan seorang anak di bawah umur, sudah menjadi hal yang tidak aneh bagi Gavin. Merokok, alkohol dan bahkan meniduri seorang perempuan. Tentu saja tidak semua Gavin lakukan, dia masih takut pada hukuman ayahnya jika mengetahui apa yang dia lakukan di luar."Kebetulan, bokap gue baru aja beliin mobil baru, gimana k
Baca selengkapnya

BAB 70. IMPULSIF

"Kenapa lo di sini?" Bukannya menjawab, Gavin malah balik bertanya pada Aina.Aina melengos, berjalan pergi meninggalkan Gavin yang terus menatap tubuhnya."Woi! Tunggu! Lo kenapa di sini? Kenapa pake baju kaya gitu?" Gavin mengejar Aina, melontarkan pertanyaan terus-menerus.Aina tiba-tiba menghentikan langkahnya, berbalik menatap Gavin. "Aku kerja, masa gitu aja enggak bisa liat?""Hah? Masih enam belas tahun, kenapa lo kerja di tempat kaya gini?" Gavin menatap Aina dengan tatapan tidak percaya.Bahkan jika ada pekerjaan yang merekrut anak di bawah umur, yang pasti bukan pekerjaan seperti itu, kan? Bagaimana bisa gadis itu tidak merasa ada yang salah dengan apa yang dia lakukan."Kamu juga baru enam belas tahun, tapi masuk ke tempat kaya gini," balas Aina.Gavin tiba-tiba tidak tahu bagaimana harus berkata. "Ah-itu, gue cuma di ajak!"Aina mendengus, berbalik pergi dan kali ini tidak menoleh ke belakang. Gavin sendiri hanya diam terpaku, menatap punggung gadis itu yang semakin jauh
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status