Home / Romansa / Shushu Dikejar Deadline / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Shushu Dikejar Deadline: Chapter 1 - Chapter 10

83 Chapters

Chapter 1

“Aku tampan, kaya, dan berada di sisiku adalah tempat yang terbaik. Sebelum komplotan orang judi online mulai menyerang sekitarmu, menikah denganku bukanlah hal yang buruk,” tawarnya dengan angkuh dan tersenyum singkat. Matanya melirik ke arah berkas di atas meja, dan aku pun melirik ke arah yang sama. Kertas terkutuk. “Tanteku kan sudah bilang, posisimu yang terlibat dengan pengembangan judi online membuat rekan kerjanya merasa aneh kalau kamu harus berada di Rumah Aman. Bahkan polisi sekalipun tak bisa menjamin keselamatanmu,” rayunya lagi. Aku kembali menatap kesal wajah pria dengan garis rahang yang kuat, bibir yang cukup tebal, tulang hidung yang tinggi dengan sorot mata yang tajam menatapku. Aku heran kenapa aku sempat beberapa kali salah tingkah ketika bertemu dengannya saat kami masih belum saling mengenal. Namun setelah keempat kalinya kami bertemu hari ini. Kini aku sadar dia ini orang mesum. Tak bisakah dia mengerti bahwa dua malam yang lalu, atau ketiga kalinya kami bert
Read more

Chapter 2

Sudah dua hari berlalu sejak aku bermalam dengan pria itu, tiba-tiba saja ia mengirimiku pesan untuk ke kantor untuk membahas perkara kasusku. Namun dia bohong. Aku meremas tali tasku mengingat berkas di atas meja tadi. Aku merasa dipermainkan. Ini membuatku merasa sesak berada di dalam lift terlalu lama dan terus memikirkan banyak hal tak penting. Lagipula kenapa juga dia punya ruangan di Lantai 18.Saat pintu lift terbuka di lantai lima, aku berjalan keluar lorong itu dengan familiar. Ada beberapa pekerja di sana melirik ke arah pekerja dengan jaket hijau membawa banyak kotak dan menyusunnya di lorong.“Hei, ruangan Pengacara Jung, kenapa?” Tanyaku pada seseorang yang terus mengangkat beberapa kotak itu sedari tadi. Dia mengangkut semua barang itu dari ruangannya pengacaraku sebelumnya.“Halo. Apa Nona butuh bantuan untuk kasus hukum atau mau berkonsultasi?” Tanya seseorang yang menyapaku. Dia mengenakan pakaian formal dengan blazer merah muda. Dia laki-laki.“Ah, saya mau tanya, in
Read more

Chapter 3

“Paman Zinbei, Ibu Yanyan, kalian baik-baik saja?” Tanyaku dengan suara gemetar. Orang-orang sekitar masih sibuk dengan kejadian ini. Ada banyak dari mereka yang antusias ingin memberi keterangan pada polisi, atau ingin membantu pemadam kebakaran. Lingkungan sekitar yang ribut ini membuat hatiku yang kacau semakin porak poranda, berhamburan. Aku takut.“Ya ampun, nak! Ibu baik-baik saja. Paman juga,” ucap Bu Yanyan dengan sangat lembut. Ia menyentuh pundaku dan mengusapnya perlahan. “Bangun Shushu. Jangan di bawah tanah seperti itu. Sini, duduk di samping Ibu,” lanjutnya.Namun aku mengabaikannya. Air mataku menetes tanpa aku sadari. Entah kenapa aku merasa sangat bersalah dan kebakaran ini mungkin memang benar karena diriku juga.“Kau membuatnya nangis Yanyan?” Bisik Pak Ming Zinbei, suaminya Ibu Yanyan, marga istrinya ini dulu Yong. Namun semenjak menikah ia juga ikut dipanggil Ibu Ming. Namun aku lebih nyaman memanggil nama depannya. Sontak Ibu Yanyan ini pun langsung menepuk paha
Read more

Chapter 4

Aku terbangun karena ponselku yang berdering. Setelahnya aku hanya mematung menatap langit-langit di ruang tengah ini. Aku memimpikan masa lalu yang membuatku tidak nyaman. Namun gara-gara ini. Aku jadi teringat bahwa Desa Juanxie sudah lama tidak ada lagi di map.Wabah Pneumonia itu menjangkit lima belas desa sekitar kabupaten yang terletak di Provinsi C. Butuh waktu tiga hari perjalanan darat untuk mengunjungi tempat itu lagi. Aku tak ada niatan ke sana sama sekali. Namun setelah memimpikan hal tersebut ada yang membuatku tak nyaman sekali, yaitu, nama desa itu mirip dengan nama orang gila yang menghantuiku.Aku bangkit dari posisi tidurku yang aneh di atas sofa ini. Lalu mengambil ponsel yang tergeletak di lantai. Orang itu lagi.______Orang Gila!Apa kau baik-baik saja? (14.23)Aku baru dengar kabarnya, ada kebakaran di dekat wilayahmu. (14.23)Apa aku perlu ke sana? (14.25)Kata tanteku yang terbakar kios pemilik kontrakanmu. Apa Paman dan Bibi baik-baik saja? (14.54)Ah, sepert
Read more

Chapter 5

Dia datang ke rumah dengan penampilan super rapi. Dia benar-benar mendorongku ke ujung jurang. Aku menatapnya dengan penuh praduga dan menerka alasan atas setiap dugaan yang muncul di kepalaku. Apa untungnya membuatku berada di sisinya? Jika aku menguntungkan, tidak perlu sampai membuat kontrak nikah. Kenapa dia begitu keras kepala? Apa yang ia dapatkan dari menjeratku dengan pernikahan dan menyelamatkanku? Aku perlu diselamatkan? Ya. Namun itu hanya sebatas membersihkan namaku dari tuduhan palsu.Aku menatapnya terheran-heran meliriknya dari atas ke bawah. Ia masih membawa kertas terkutuk itu di tangan kirinya. Hal inilah yang menyebabkan aku terpaksa menerimanya untuk menjajakan kaki ke rumah teramanku sekarang. “Ayo masuk dulu,” ucapku sembari berdiri di samping pintu agar dia segera masuk ke dalam kontrakan ini.Namun entah setan apa yang merasuk Tante Meidong, mulutnya yang lemas itu gampangnya berkata, “Wah, sudah aku bilang kan, anak muda cantik sepertinya tinggal di rumahmu se
Read more

Chapter 6

Ada empat poin dalam perjanjian pranikah itu. Hal yang pertama, aku dan Juanxi harus tidur bersama selama dua jam setiap hari. Tak masalah itu tidur siang, atau tidur malam. Intinya aku harus mengenggam tangannya. Sebab fokusnya ingin mengenggam tanganku. Aku menawarkan tidak harus di tempat tidur. Namun ia menolaknya dengan tegas. Aku tak tahu orang gila ini punya masalah apa dengan otak dan mentalnya. Aku tak ingin berdebat tak penting dan memilih diam saja. Poin kedua, aku harus sepakat untuk mengikuti perjamuan sosial Juanxi. Bila dalam undangan itu tertera pergi bersama pasangan. Aku rasa ini juga tak perlu. Sebab masa waktu pernikahan ini hanya dua tahun atau selama tuduhan tindak pidana atas perkaraku selesai. Sekali lagi, orang gila ini keras kepala dan tak bisa dilawan. Alasannya melakukan ini agar dirinya bisa tenang tidak dikejar-kejar keluarganya. Jadi, ketika masa kontrak berakhir, dia dan aku harus berada dalam fase bak berduka kehilangan orang yang meninggal. Kemud
Read more

Chapter 7

Semua ini terjadi lima bulan yang lalu, saat Samara Gwenn lagi-lagi dipercayai untuk bergabung dengan tim kreatif di salah satu ‘Perusahaan Game Online’ Zhou.co. Dari kasus ini pula aku bertemu dengan Orang Gila yang baru saja aku setujui untuk menjalin nikah kontrak. Pekerjaan pertamaku dengan perusahan ini terjadi sudah lama sekali. Sekitar setahun lalu sebelumnya. Awalnya aku dihubungi salah satu perwakilannya melalui email untuk menggambar tujuh karakter dan beberapa ekspresi wajah mereka, dengan format mentah .psd dan .rtf yang dipisah per layer. Mereka menawarkan harga sebesar 14.000 RMB dengan masa pengerjaannya selama 30 hari. Kala itu aku berhasil menyelesaikan proyek komersil tersebut selama 29 hari. Sebagai illustrator yang memiliki integritas dan etos kerja yang baik. Serta nama yang besar dengan pengikut di Ourchat sebesar lima juta. Aku dikenal banyak perusahaan sebagai komikus yang memiliki persentase selesai sebelum tenggat waktu sebesar 80 persen tanpa banyak drama
Read more

Chapter 8

Presdir Zhou.co sekarang sudah berusia 86 tahun, dan beberapa komentar menyebutkan bahwa ia gila jabatan. Bahkan sampai sekarang tidak turun-turun dari posisinya sekarang. Ini seperti drama mengambil alih tahta kerajaan. Pada akhirnya, presdir ini pun menjual nama adiknya, yang merupakan paman dari anaknya, seperti seakan-akan ia adalah orang yang jahat merebut posisi wakil presdir ini. Namun hal-hal ini aku baca dari kolom komentar. Sebab lebih seru membaca komentar para netizen dibandingkan artikel klarifikasi yang membosankan tentang sang Ayah yang takut kehilangan para pemegang saham. Aku pikir tidak ada masalah dengan perusahaan selain drama keluarga ini. Jadi aku memutuskan untuk mengambil pekerjaan gambar ini. Aku segera beralih membuka jendela email di layar desktop ini. Lalu mengetik jawaban untuk menerima tawaran pekerjaan tersebut, sekali lagi tanpa banyak bertanya. Orang bodoh mana yang menolak pekerjaan mudah yang memberikan banyak bayaran? Tanpa pikir panjang lagi ak
Read more

Chapter 9

Semalaman ini aku terus mencoba menghubungi email perwakilan Zhou.co itu. Namun tidak ada jawaban sama sekali. Aku mencoba berpikir positif mungkin karena ini tengah malam, dan mereka telah tidur. Jadi mereka tak bisa membalas pesanku segera.Ini membuatku panik, sebab ada sebuah cuitan dari Ourchat bahwa ada yang menduga pihak kepolian akan menangkap semua yang berada di balik layar pembuatan situs judi online ini. Aku yang membaca komentar itupun dibuat panik dan panas-dingin.Selain menghubungi pihak perusahaan, aku mencari-cari firma hukum terpercaya yang bisa aku hubungi. Namun segala pesan yang aku kirimkan ke nomor mereka hanya membuahkan centang satu. Ini membuat perutku semakin mual. Pasalnya aku tahu betul besok, hari Sabtu, beberapa tempat tidak memiliki jadwal kerja. Masa iya sih, aku harus menunggu sampai hari Senin dulu?Tepat pukul jam 8 pagi, aku mendapatkan balasan dari email perwakilan Zhou.co. Tidak. Lebih tepatnya pemberitahuan dari email, bahwa akun tersebut telah
Read more

Chapter 10

Dalam perjalanan menuju firma hukum berikutnya, aku hanya mengandalkan bantuan dari supir taxi untuk menemukan lokasinya. Sebab aku tak tahu seluruh jalanan di Kota B ini.Untungnya Bu Mei tahu posisiku saat ini sedang terdesak. Ia berbaik hati memanggilkan supir taxi andalannya. Tidak perlu waktu lama untukku menunggu beliau. Saat mobil berhenti tepat di depan kantor Bu Mei, aku langsung melanjutkan perjalanan.Sesampainya aku di sana, aku meminta Pak Dongdong, supir taxi yang mengaku usianya sudah 56 tahun itu, untuk menungguku sejenak dan aku tak lupa membayar perjalanan dari kantornya Ibu Mei, pengacara sebelumnya ke kantor lainnya ini.“Siap, Nona! Saya akan menunggu Anda walaupun badai hujan menerjang sekalipun,” ungkapnya sembari hormat padaku. Aku memberinya tip yang berlebih agar ia memenuhi permintaanku. Sikapnya langsung berlipat-lipat penuh dengan pengabdian.Ketika aku masuk ke kantor firma hukum kedua ini, resepsionisnya seakan sudah menduga kedatanganku. Aku yakin sekal
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status