Sudah dua hari berlalu sejak aku bermalam dengan pria itu, tiba-tiba saja ia mengirimiku pesan untuk ke kantor untuk membahas perkara kasusku. Namun dia bohong. Aku meremas tali tasku mengingat berkas di atas meja tadi. Aku merasa dipermainkan. Ini membuatku merasa sesak berada di dalam lift terlalu lama dan terus memikirkan banyak hal tak penting. Lagipula kenapa juga dia punya ruangan di Lantai 18.
Saat pintu lift terbuka di lantai lima, aku berjalan keluar lorong itu dengan familiar. Ada beberapa pekerja di sana melirik ke arah pekerja dengan jaket hijau membawa banyak kotak dan menyusunnya di lorong.
“Hei, ruangan Pengacara Jung, kenapa?” Tanyaku pada seseorang yang terus mengangkat beberapa kotak itu sedari tadi. Dia mengangkut semua barang itu dari ruangannya pengacaraku sebelumnya.
“Halo. Apa Nona butuh bantuan untuk kasus hukum atau mau berkonsultasi?” Tanya seseorang yang menyapaku. Dia mengenakan pakaian formal dengan blazer merah muda. Dia laki-laki.
“Ah, saya mau tanya, ini ruangan Pengacara Jung, kenapa ya?” Tanyaku.
“Tim Pengacara Jung sudah dibatalkan kerjanya. Berkas kasusnya yang belum selesai sudah diserahkan ke pengacara lain. Saya akan bantu Nona untuk cari. Namanya siapa ya?” Tanyanya lagi.
“Saya Ding Shu,” jawabku. Ia pamit sejenak masuk ke ruangan yang lain. Ia mengajakku untuk ikut bersamanya. Namun aku menolaknya dengan sopan dan mengatakan akan tetap di lorong dan menunggungnya di sini. Saat pekerja yang berjaket hijau ini keluar dengan kotak lainnya. Aku mencegatnya sejenak dan menanyakan perihal di ruangan ini.
“Nona, Pengacara Jung di pecat. Kami membersihkan ruangannya,” jawabnya.
“Dipecat?” Tanyaku lagi. Ia menganggukan kepala kemudian kembali masuk ke dalam ruangan. Jika memang dipecat, masa iya gak bisa membersihkan ruangannya sendiri?
“Nona, berkas untuk Ding Shu katanya diambil langsung oleh Asisten Pak Huang. Sepertinya kasus Nona di ambil alih oleh Ketua,”jawab pria yang mengenakan blazer merah muda sebelumnya. “Oh. Saya tak tahu apa yang terjadi dengan Pengacara Jung. Namun ia dipecat secara tidak terhormat. Jadi barang-barangnya beberapa akan di sita,” jelas pria itu lagi setelah menyadari aku menatap ruangan Pengacara Jung dengan terheran-heran.
“Kenapa bisa?” Tanyaku.
“Dia tak menyelesaikan kasus dengan benar. Pihak kepolisian akan mengambil berkasnya untuk diperiksa,” jelas pria itu lagi.
“Apa tak masalah kau menceritakan hal seperti ini pada klien?” Tanyaku.
“Klien Pengacara Jung berhak tahu apa yang terjadi. Kami sudah diminta Ketua untuk menjelaskan kondisi ini dengan semua klien yang berhubungan dengan Pengacara Jung. Dantons berlaku tegas dan tidak akan memihak mereka yang terbukti salah. Selama ini Pengacara Jung juga mendapatkan klien bukan dengan cara penyaluran dari tim manajemen pengolahan aduan. Namun mencari klien sendiri. Walaupun ini tidak di larang. Namun ada batasan setiap pengacara boleh mencari klien sendiri setiap triwulannya,” jelas pria itu panjang lebar. Aku hanya menganggukan kepala dan pamit padanya. Saat ini kepalaku dipenuhi sosok bernama Huang Jianxi itu.
Aku tak tahu apa yang terjadi dengan Pengacara Jung. Saat berada di dalam lift aku melihat ponselku dan histori obrolan dengannya. Memang benar, Pengacara Jung menjawab pesan atau panggilanku lama sekali. Namun ia akan memberikan saran untuk apa yang harus aku lakukan bila terjadi sesuatu. Sudah dua minggu ini dia menghilang lagi. Aku tak tahu kalau dia dipecat. Tapi orang-orang di lantai lima tadi sepertinya baru mendapatkan kabar itu. Jika tidak, masa iya mereka baru membersihkan ruangannya Pengacara Jung? Apa ini berkaitan dengan pria itu?
Sebuah notif pesan di Ourchat muncul di layar ponselku.
______
Tn Huang Juanxi-Pemilik Dantons :
Pertimbangkan lagi. (09.45)
Ini bukan pilihan yang buruk. (09.46)
Kau pasti sudah mengetahui tentang Pengacara Jung bukan? Dia ku pecat bukan karenamu. Dia memalsukan data dan bukti kasus miliknya, sehingga korban yang tak bersalah mendapatkan kurungan 6 tahun. Kau bisa mengecek kebenarannya di berita. Sayangnya berita ini tidak setenar Samara Gwenn terlibat pengembangan judi online. (09.46)
______
Menyebalkan sekali. Aku mengabaikan pesan itu. Saat aku keluar dari bangunan Firma Hukum Dantons ini. Aku memutuskan untuk pulang. Namun sebelum itu aku meminta tolong supir taxi untuk mampir membeli makanan cepat saji. Aku malas sekali memasak. Terlebih jarak pusat kota ini sangat jauhhh sekali dari kontrakanku. Itu memakan waktu 45 menit kalau tidak macet. Beda cerita lagi kalau jalanan dipadati kendaraan.
Aku meminta supir taxi untuk merekomendasikan tempat yang enak. Dia menunjukan tempat yang cukup ramai dan terlihat seperti restoran keluarga. Dia tidak ikut menunggu di dalam dan memilih untuk tetap tinggal di mobil saja.
Aku kasihan dengan supir taxi ini. Dia pasti juga kelaparan nanti setelah mengantarku. Jadi aku memesan dua porsi kotak bento untuknya. Di saat aku menunggu pesananku selesai. Orang gila itu kembali mengirimiku pesan.
_____
Tn. Huang Juanxi-Pemilik Dantons:
Sayang, jangan lupa makan siang ya~ (10.15)
Aku tak ingin kamu sakit~ (10.15)
_____
Dengan cepat aku membuka daftar kontak di ponselku. Di sana ada tujuh nama saja. Aku tak peduli dengan itu, mataku tertuju pada orang bernama Juan itu. Kemudian mengubah namanya menjadi Orang Gila!
Aku mengabaikan pesannya itu. Kemudian teringat tentang kasus Pengacara Jung. Kemudian aku mencari beritanya. Ternyata memang ada. Berita ini tidak terlalu besar sebab akhir-akhir ini selain kasus penipuan judi online yang tinggi, juga ada kasus anggota parlemen yang diduga korupsi.
Berita berat yang tiada habisnya. Sialnya aku juga terlibat di salah satu kasus itu. Jadi, tidak banyak orang yang memperhatikan berita tentang salah satu pengacara di Firma Hukum Dantons yang paling terkenal seantero Republik Cina ini membuat kesalahan fatal.
Saat aku membaca semua berita berkaitan dengan Pengacara Jung, aku hanya bisa menghembuskan nafas. Tak tahu harus berkomentar apa. Sedari awal dia memang terlihat tidak kompeten. Kenapa juga ya aku terlalu percaya dengan perkataannya?
Apa yang dikatakan Juanxi sebelumnya memang ada benarnya. Hal yang aku lakukan akhir-akhir ini sangat berbahaya, mencari bukti sendiri. Ini semua terjadi karena aku kasihan Pengacara Jung bekerja sendiri semenjak dua stafnya mengundurkan diri dari timnya.
Selama diperjalanan aku memikirkan banyak hal. Semua yang dikatakan Juanxi memang benar. Namun tidak masuk akal harus sampai menikah segala. Kasusku ini memang terlihat sepele, apalagi kalau aku berani menunjukan wajahku di muka publik. Namun aku tak suka keramaian dan banyak orang.
Aku memakan bekal bentoku tanpa aku sadari sudah habis. Ah… aku bahkan tidak sadar aku sudah sampai rumah….
Ponselku berdering dan ada notif manusia menyebalkan itu lagi.
______
Orang Gila!
Apa sayangku sudah sampai rumah dengan selamat? (11.24)
Ah dia membacanya. (11.24)
Senang sekali~ (11.25)
Ingat ya Shushu. Jangan bertindak gegabah. Kasusmu sudah aku ambil, dan stafku juga mencari bukti lainnya. Jangan bergerak sendirian. Kau tak pernah tahu kapan membangunkan ular yang tertidur. (11.25)
_____
Aku berniat membalas pesannya. Namun seseorang mengetuk pintu rumahku dengan gegabah dan berulang. Aku bergegas ke depan sana, dan mengintip dari lubang kecil di pintu siapa gerangan sosok di balik pintu ini. Rupanya itu tetanggaku.
“Ada apa ya Pak?” Tanyaku.
“Nak Shushu! Kiosnya Zinbei terbakar!” Pekiknya dari luar.
Tanpa pikir panjang aku langsung keluar rumah. Aku dan tetanggaku berlari ke depan perumahan. Ada banyak warga sekitar yang membantu mengambil air dan menyiramnya ke arah api yang semakin membesar. Semua orang terlihat sibuk. Aku melirik ke seluruh penjuru arah dengan hati yang gelisah dan terus melantunkan doa pada semua dewa dan nama Tuhan yang aku kenal.
Tolong selamatkan Paman Zinbei dan istrinya. Sebab kedua orang tersebut sudah aku anggap sebagai orang tua sendiri. Mereka berbaik hati menurunkan harga kontrakan untuk mendiang Ayah yang mulai tidak stabil ekonominya dulu. Bahkan setelah Ayah meninggal, mereka membiarkanku tinggal di kontrakan ini selama dua tahun tanpa membayarnya. Aku tak bisa membayangkan mereka terluka. Aku mencari sosok kedua orang tua itu, dan menemukannya.
Keduanya berada di bawah pohon yang jaraknya jauh dari kios. Penampilan mereka terlihat kacau. Aku datang ke arah mereka dengan kaki yang lemas. Ada beberapa warga lainnya yang membantu kedua orang tua ini. Aku mendengar pembicaraan mereka.
“Kenapa bisa terbakar?”
“Tadi aku ada lihat pria mencurigakan menaruh rokoknya di rak makanan kaleng dan mie instan,”
“Padahal ramai, dan tak mungkin api tersulut langsung besar. Aneh sekali,”
“Sudah, sudah. Bentar lagi pemadam kebakaran datang. Walaupun apinya besar, tapi sepertinya warga kita berhasil memadamkannya sedikit,”
“Dia berani sekali. Dia juga mengenakan sarung tangan. Tadi ada beberapa orang mengejarnya. Tapi dia seperti laba-laba dan melompat, manjat rumah dengan sangat cepat,”
“Itu namanya parkour. Sepertinya pelakunya orang yang masih muda,”
Aku langsung teringat perkataan Juanxi, aku tidak tahu kapan membangunkan ular yang sedang tidur. Aku takut kejadian ini ada kaitannya dengan kasusku. Orang-orang di sini tidak ada yang tahu aku memiliki identitas lainnya.
Aku berdiri di tengah kerumunan seorang diri. Sampai akhirnya pemandam kebaran, ambulan, dan pihak kepolisian datang. Semua warga berkumpul di sekitar petugas untuk memberikan banyak keterangan. Maklum saja orang yang tinggal di pinggiran kota seperti ini. Kebanyakan punya jiwa yang begitu tinggi dengan sekitarnya. Walaupun itu hal yang bagus, namun ada kalanya tidak juga.
Aku melihat Paman Zinbei dan istrinya, dan beberapa warga lainnya diobati oleh pihak medis. Aku melihat itu semua dari kejauhan. Aku tak punya keberanian untuk mendekat. Orang-orang di sini tidak ada yang tahu aku terlibat kasus…
“Paman Zinbei, Ibu Yanyan, kalian baik-baik saja?” Tanyaku dengan suara gemetar. Orang-orang sekitar masih sibuk dengan kejadian ini. Ada banyak dari mereka yang antusias ingin memberi keterangan pada polisi, atau ingin membantu pemadam kebakaran. Lingkungan sekitar yang ribut ini membuat hatiku yang kacau semakin porak poranda, berhamburan. Aku takut.“Ya ampun, nak! Ibu baik-baik saja. Paman juga,” ucap Bu Yanyan dengan sangat lembut. Ia menyentuh pundaku dan mengusapnya perlahan. “Bangun Shushu. Jangan di bawah tanah seperti itu. Sini, duduk di samping Ibu,” lanjutnya.Namun aku mengabaikannya. Air mataku menetes tanpa aku sadari. Entah kenapa aku merasa sangat bersalah dan kebakaran ini mungkin memang benar karena diriku juga.“Kau membuatnya nangis Yanyan?” Bisik Pak Ming Zinbei, suaminya Ibu Yanyan, marga istrinya ini dulu Yong. Namun semenjak menikah ia juga ikut dipanggil Ibu Ming. Namun aku lebih nyaman memanggil nama depannya. Sontak Ibu Yanyan ini pun langsung menepuk paha
Aku terbangun karena ponselku yang berdering. Setelahnya aku hanya mematung menatap langit-langit di ruang tengah ini. Aku memimpikan masa lalu yang membuatku tidak nyaman. Namun gara-gara ini. Aku jadi teringat bahwa Desa Juanxie sudah lama tidak ada lagi di map.Wabah Pneumonia itu menjangkit lima belas desa sekitar kabupaten yang terletak di Provinsi C. Butuh waktu tiga hari perjalanan darat untuk mengunjungi tempat itu lagi. Aku tak ada niatan ke sana sama sekali. Namun setelah memimpikan hal tersebut ada yang membuatku tak nyaman sekali, yaitu, nama desa itu mirip dengan nama orang gila yang menghantuiku.Aku bangkit dari posisi tidurku yang aneh di atas sofa ini. Lalu mengambil ponsel yang tergeletak di lantai. Orang itu lagi.______Orang Gila!Apa kau baik-baik saja? (14.23)Aku baru dengar kabarnya, ada kebakaran di dekat wilayahmu. (14.23)Apa aku perlu ke sana? (14.25)Kata tanteku yang terbakar kios pemilik kontrakanmu. Apa Paman dan Bibi baik-baik saja? (14.54)Ah, sepert
Dia datang ke rumah dengan penampilan super rapi. Dia benar-benar mendorongku ke ujung jurang. Aku menatapnya dengan penuh praduga dan menerka alasan atas setiap dugaan yang muncul di kepalaku. Apa untungnya membuatku berada di sisinya? Jika aku menguntungkan, tidak perlu sampai membuat kontrak nikah. Kenapa dia begitu keras kepala? Apa yang ia dapatkan dari menjeratku dengan pernikahan dan menyelamatkanku? Aku perlu diselamatkan? Ya. Namun itu hanya sebatas membersihkan namaku dari tuduhan palsu.Aku menatapnya terheran-heran meliriknya dari atas ke bawah. Ia masih membawa kertas terkutuk itu di tangan kirinya. Hal inilah yang menyebabkan aku terpaksa menerimanya untuk menjajakan kaki ke rumah teramanku sekarang. “Ayo masuk dulu,” ucapku sembari berdiri di samping pintu agar dia segera masuk ke dalam kontrakan ini.Namun entah setan apa yang merasuk Tante Meidong, mulutnya yang lemas itu gampangnya berkata, “Wah, sudah aku bilang kan, anak muda cantik sepertinya tinggal di rumahmu se
Ada empat poin dalam perjanjian pranikah itu. Hal yang pertama, aku dan Juanxi harus tidur bersama selama dua jam setiap hari. Tak masalah itu tidur siang, atau tidur malam. Intinya aku harus mengenggam tangannya. Sebab fokusnya ingin mengenggam tanganku. Aku menawarkan tidak harus di tempat tidur. Namun ia menolaknya dengan tegas. Aku tak tahu orang gila ini punya masalah apa dengan otak dan mentalnya. Aku tak ingin berdebat tak penting dan memilih diam saja. Poin kedua, aku harus sepakat untuk mengikuti perjamuan sosial Juanxi. Bila dalam undangan itu tertera pergi bersama pasangan. Aku rasa ini juga tak perlu. Sebab masa waktu pernikahan ini hanya dua tahun atau selama tuduhan tindak pidana atas perkaraku selesai. Sekali lagi, orang gila ini keras kepala dan tak bisa dilawan. Alasannya melakukan ini agar dirinya bisa tenang tidak dikejar-kejar keluarganya. Jadi, ketika masa kontrak berakhir, dia dan aku harus berada dalam fase bak berduka kehilangan orang yang meninggal. Kemud
Semua ini terjadi lima bulan yang lalu, saat Samara Gwenn lagi-lagi dipercayai untuk bergabung dengan tim kreatif di salah satu ‘Perusahaan Game Online’ Zhou.co. Dari kasus ini pula aku bertemu dengan Orang Gila yang baru saja aku setujui untuk menjalin nikah kontrak. Pekerjaan pertamaku dengan perusahan ini terjadi sudah lama sekali. Sekitar setahun lalu sebelumnya. Awalnya aku dihubungi salah satu perwakilannya melalui email untuk menggambar tujuh karakter dan beberapa ekspresi wajah mereka, dengan format mentah .psd dan .rtf yang dipisah per layer. Mereka menawarkan harga sebesar 14.000 RMB dengan masa pengerjaannya selama 30 hari. Kala itu aku berhasil menyelesaikan proyek komersil tersebut selama 29 hari. Sebagai illustrator yang memiliki integritas dan etos kerja yang baik. Serta nama yang besar dengan pengikut di Ourchat sebesar lima juta. Aku dikenal banyak perusahaan sebagai komikus yang memiliki persentase selesai sebelum tenggat waktu sebesar 80 persen tanpa banyak drama
Presdir Zhou.co sekarang sudah berusia 86 tahun, dan beberapa komentar menyebutkan bahwa ia gila jabatan. Bahkan sampai sekarang tidak turun-turun dari posisinya sekarang. Ini seperti drama mengambil alih tahta kerajaan. Pada akhirnya, presdir ini pun menjual nama adiknya, yang merupakan paman dari anaknya, seperti seakan-akan ia adalah orang yang jahat merebut posisi wakil presdir ini. Namun hal-hal ini aku baca dari kolom komentar. Sebab lebih seru membaca komentar para netizen dibandingkan artikel klarifikasi yang membosankan tentang sang Ayah yang takut kehilangan para pemegang saham. Aku pikir tidak ada masalah dengan perusahaan selain drama keluarga ini. Jadi aku memutuskan untuk mengambil pekerjaan gambar ini. Aku segera beralih membuka jendela email di layar desktop ini. Lalu mengetik jawaban untuk menerima tawaran pekerjaan tersebut, sekali lagi tanpa banyak bertanya. Orang bodoh mana yang menolak pekerjaan mudah yang memberikan banyak bayaran? Tanpa pikir panjang lagi ak
Semalaman ini aku terus mencoba menghubungi email perwakilan Zhou.co itu. Namun tidak ada jawaban sama sekali. Aku mencoba berpikir positif mungkin karena ini tengah malam, dan mereka telah tidur. Jadi mereka tak bisa membalas pesanku segera.Ini membuatku panik, sebab ada sebuah cuitan dari Ourchat bahwa ada yang menduga pihak kepolian akan menangkap semua yang berada di balik layar pembuatan situs judi online ini. Aku yang membaca komentar itupun dibuat panik dan panas-dingin.Selain menghubungi pihak perusahaan, aku mencari-cari firma hukum terpercaya yang bisa aku hubungi. Namun segala pesan yang aku kirimkan ke nomor mereka hanya membuahkan centang satu. Ini membuat perutku semakin mual. Pasalnya aku tahu betul besok, hari Sabtu, beberapa tempat tidak memiliki jadwal kerja. Masa iya sih, aku harus menunggu sampai hari Senin dulu?Tepat pukul jam 8 pagi, aku mendapatkan balasan dari email perwakilan Zhou.co. Tidak. Lebih tepatnya pemberitahuan dari email, bahwa akun tersebut telah
Dalam perjalanan menuju firma hukum berikutnya, aku hanya mengandalkan bantuan dari supir taxi untuk menemukan lokasinya. Sebab aku tak tahu seluruh jalanan di Kota B ini.Untungnya Bu Mei tahu posisiku saat ini sedang terdesak. Ia berbaik hati memanggilkan supir taxi andalannya. Tidak perlu waktu lama untukku menunggu beliau. Saat mobil berhenti tepat di depan kantor Bu Mei, aku langsung melanjutkan perjalanan.Sesampainya aku di sana, aku meminta Pak Dongdong, supir taxi yang mengaku usianya sudah 56 tahun itu, untuk menungguku sejenak dan aku tak lupa membayar perjalanan dari kantornya Ibu Mei, pengacara sebelumnya ke kantor lainnya ini.“Siap, Nona! Saya akan menunggu Anda walaupun badai hujan menerjang sekalipun,” ungkapnya sembari hormat padaku. Aku memberinya tip yang berlebih agar ia memenuhi permintaanku. Sikapnya langsung berlipat-lipat penuh dengan pengabdian.Ketika aku masuk ke kantor firma hukum kedua ini, resepsionisnya seakan sudah menduga kedatanganku. Aku yakin sekal
Setelah pemeriksaan singkat, Shushu menyadarinya dirinya mengalami gejala anemia dan tekanan darah rendah. Dokter meminta ners yang mendampinginya untuk memasukan Shushu sebagai daftar pasien agar bisa diberi beberapa obat untuk dikonsumsi.Pada akhirnya, ada dua pasien di dalam satu bangsal ini. Satu yang terlihat seperti akan mati kapan saja. Satu lagi yang berusaha meyakinkan semua orang dirinya tak sakit.Sebenarnya Shushu melakukan itu sebab dirinya takut disuntik dan diinfus. Dia terlihat ingin pergi dari tempat itu kapan saja. Namun Juanxi mengenggam erat pergelangan tangannya.Para perawat telah memasukan satu ranjang lagi ke ruangan rawat inap itu. Posisinya bersampingan dengan ranjang milik Juanxi.“Tidurlah dengan benar,” tegas Juanxi yang sudah mulai berbicara lancar.“Sa-sa-saya tak sakit kok,” jawab Shushu dengan formal dan tergagap. Dia terl
Tempat yang paling tak disukai Shushu terpaksa harus ia tempati selama empat hari lamanya. Sebab, kondisi suaminya yang baru ia nikahi belum seminggu itu terlihat sangat mengkhawatirkan. Suhu demamnya mencapai 40 derajat celcius.Selama dirinya di rumah sakit, bohong, jika Shushu juga tidak merasa sakit. Wajahnya pucat, makannya pun tidak karuan.Siapapun yang mengunjungi mengira Shushu sangat khawatir dengan suaminya yang terbaring tak sadarkan diri. Bahkan makan pun harus dipenuhi dengan cairan nutrisi melalui selang infus.Ada kalanya setiap Juanxi sadarkan diri untuk beberapa menit, Shushu akan membantu menyuapi air hangat atau sup hangat perlahan dengan sendok kecil. Sebab pria itu sendiri tak memiliki tenaga untuk mengangkat kepalanya.“Nak, kamu pulang saja dulu, tidak apa-apa,” tutur Sun Lili yang datang pagi sekali untuk membantu Shushu. Juanxi masih tak sadarkan diri. Namun suhu
“Kenapa kau tak cerita soal kebakaran itu padaku? Bukankah kita teman?” tanya Quo Xin. Dia benar-benar tidak tahu soal itu.Sejujurnya Quo Xin bisa menyelesaikan permasalahan dokumen yang rusak itu secepat mungkin. Hanya saja keadaannya dengan mantan mertua serta putrinya kala itu cukup rumit. Dia jarang punya waktu leluasa membuka laptopnya.Semua menjadi mudah ketika ia sudah memindahkan data putrinya di Kota B ini. Namun ini semua hanya alasan. Quo Xin merasa bersalah atas waktu yang terbuang secara cuma-cuma. Dia tak mengira masalah keterlibatan Shushu dengan situs judi online ini begitu berat. Bahkan pihak di sana berani mengancam dengan cara murahan seperti itu.“Walaupun begitu kau setuju begitu cepat untuk menikah,” ungkap Quo Xin. Kemudian ia meraih tangan Shushu dan menggenggamnya erat. “Batalkan saja kontraknya!”“Tidak bisa, kita sudah menikah. Lagipula keadaanya tidak sesimpel ini, Zhou.co itu mungkin saja tidak terlibat dengan judi online saja,” ucap Shushu. Dia menginga
Pukul enam pagi, seorang wanita paruh baya berjalan cepat menelusuri lorong rumah sakit yang panjang. Dia hanya menggunakan sandal, dan jaket untuk menutupi pakaian tidurnya. Bahkan helm pun masih bertengger setia di kepalanya.Ruang 278, tanpa ragu-ragu, dia langsung membukanya. Di dalam sana ada seorang wanita muda berdiri menganggukan kepala berulang kali atas penjelasan dokter yang bertugas.“Bagaimana?” tanya Quo Xin.“Baru saja dipindahkan dari UGD, dia demam sushu 40 derajat, sepertinya kelelahan bekerja,” tutur Shushu dengan wajah yang lelah.“Ibu juga harus istirahat yang baik untuk menjaga suami Anda. Wajah Ibu kurang baik,” ucap dokter pria itu lagi. Shushu hanya menganggukan kepalanya berulang kaliFokus Quo Xin bukan lagi cerita dibalik kenapa ia membutuhkan ambulans di pagi buta lagi. Namun, bagaimana bisa ia mendapatkan suami dalam waktu yang begitu cepat setelah ia tinggal beberapa bulan di kota lain?Setelah kepergian dokter dan perawat tersebut. Quo Xin hanya diam sa
Juanxi terus mengalami mimpi yang panjang, dan semua kejadian itu membuatnya merasa tak nyaman. Kepalanya terasa berat dan panas menerima semua informasi itu. Fakta bahwa kematian Shushu itu begitu menyedihkan membuatnya sangat terpukul.Tidak seharusnya Shushu mengalami itu semua. Dia bukan seperti apa yang digambarkan semua artikel tersebut. Wanita nakal, pemakai narkoba, penipu, dan lainnya.Hal yang membuatnya lebih terpukul ialah adegan dimana Paman Zinbei dan Ibu Yanyan datang ke kantornya untuk meminta tolong mencari kebenaran kematian Shushu.Kini Juanxi paham kenapa Shushu tadi menangis begitu lelah ketika ia tahu bahwa namanya bisa dibersihkan tidak terlibat situs judi online itu. Semua usaha Shushu menyelidiki kasusnya sendiri selama ini, agar tidak membuat dua orang tua itu sedih dan terpukul.Dalam kehidupan pertama itu, ia melihat wajah Paman Zinbei, dan Ibu Yanyan, lima kali lipat terlihat lebih tua dibandingkan kehidupannya sekarang. Mereka telah mendatangi berbagai ka
Juanxi menjadi kesal melihat ponsel milik Shushu yang terus berdering sedari tadi. Dia langsung mematikannya secara total. Lalu membawa tubuh Shushu yang tertidur karena lelah menangis ke kamarnya. Juanxi melihat keseluruhan interior ruangan yang sederhana, namun memiliki tiga pintu ruangan lainnya lagi. Dia penasaran untuk apa saja tiga ruangan di dalam kamarnya ini. Juanxi menerka salah satunya pasti toilet, dan ruang pakaian. Adapun sisanya ia tak begitu yakin. Juanxi menyadari beberapa hal dari mengenal Shushu dalam waktu yang sangat singkat ini. Dia terlalu mudah untuk percaya, namun tak ingin menaruh rasa percaya begitu dalam. Kontradiksi sekali bukan? Dua kata yang bisa dijelaskan ialah polos kebangetan. Kendati dikatakan polos, dia tahu dunia lebih baik. Apalagi soal pekerjaannya dan mengatur finansialnya. Hanya saja melihat ia menangis begitu lepas karena namanya bisa dibersihkan dari tuduhan sindikat judi online itu. Juanxi melihat sosok Shushu menjadi lebih kompleks lagi
Setelah Juanxi memakan hidangan makan malam, ia sepakat dengan satu hal penting dalam kisah cinta keduanya bahwa Juanxi lah yang pertama kali tertarik. Untungnya kesimpulan ini bisa ditarik setelah keduanya mengetahui kegemaran yang mirip dalam mengumpulkan pundi-pundi kekayaan.“Kau benar-benar yang merancang semua perhiasan itu?” tanya Juanxi masih tak percaya. Shushu hanya menganggukan kepalanya. “Aku tak menyangka kau designernya!” pekik Juanxi lagi dengan bersemangat.Tiga tahun yang lalu ia pernah dipaksa ikut adiknya, Lin Yi mengunjungi sebuah lelang perhiasan esklusif di Negara S. Tak pernah terbayang anting yang dibeli adiknya itu dengan harga 2 juta dollar. Itu sebuah karya duet antara desainer dan pengrajin yang berbeda. Anting itu termasuk salah satu barang termahal kelima yang terjual dalam lelang malam itu.“Aku masih tidak paham bagaimana kau bisa melakukan itu semua? Kebanyakan illustrator akan mengambil jalan sebagai komikus,” tanya Juanxi.“Seberapa baik kamu menggam
Shushu dan Juanxi diam di depan pintu lift yang sudah tertutup lama. Suasana yang heboh sebelumnya mendadak tenang.Juanxi sibuk dengan pikirannya, dia tak tahu harus memulai obrolan dengan membahas hal apa, ataukah basa-basi saja terlebih dahulu? Dia merasa canggung dengan keheningan ini. “Kau menangani mereka lebih baik dari dugaanku,” ujarnya.“Nenek Huang dan Ibu Lili orang yang baik, Paman Haifeng juga,” ungkap Shushu.Juanxi yang mendengar hal itu mengernyitkan keningnya. “Panggil mereka Ibu dan Ayah saja mulai dari sekarang,” timpal Juanxi.“Aku memahami kekhawatiranmu. Namun, tidak. Ini batasanku ketika tidak ada mereka. Pernikahan ini hanya berlangsung sebentar. Apa kau sudah makan?” ujar Shushu sembari mengalihkan pembicaraan.“Aku belum makan malam,” jujur Juanxi tanpa pikir panjang.“Kalau begitu makan di tempatku saja,” balas Shushu. Kemudian ia berjalan lebih dahulu untuk membuka pintu apartemennya, lalu membuka pintu lebar-lebar agar pria bertubuh tinggi dan besar itu
“Gege, bagaimana bisa kau menikah begitu cepat?” bisik Dongxi, si anak bungsu.“Ugh, tak bisakah kalian datang itu mengabari terlebih dahulu,” ucap Juanxi yang mulai kesal dengan ribuan pertanyaan yang dilontarkan anggota keluarganya.Awalnya ia senang melihat kepanikan yang muncul di wajah Shushu. Kini semua berubah semenjak, Shushu berkomunikasi dengan sangat baik dengan nenek, dan kedua orang tuanya di ruang tengah apartemennya. Padahal tadi dia benar-benar terlihat seperti tak tahu harus apa.Juanxi yang melihat itu merasa senang sebab merasakan Shushu bergantung untuk pertolongannya. Namun lihat sekarang, dia tertawa santai dengan nenek, ibu, dan ayahnya juga.“Santailah ka, aku juga penasaran kenapa kalian berdua tiba-tiba mendaftarkan pernikahan,” sanggah Lin Yi, adik perempuan Juanxi.Shushu diam saja menatap Juanxi. Dia juga ingin mendengar alasan apa yang akan dilontarkan Juanxi. Sisanya ia akan mengikuti alur dari cerita pria itu.Sedari Shushu bertemu Keluarga Huang secara