“Aku tampan, kaya, dan berada di sisiku adalah tempat yang terbaik. Sebelum komplotan orang judi online mulai menyerang sekitarmu, menikah denganku bukanlah hal yang buruk,” tawarnya dengan angkuh dan tersenyum singkat. Matanya melirik ke arah berkas di atas meja, dan aku pun melirik ke arah yang sama. Kertas terkutuk.
“Tanteku kan sudah bilang, posisimu yang terlibat dengan pengembangan judi online membuat rekan kerjanya merasa aneh kalau kamu harus berada di Rumah Aman. Bahkan polisi sekalipun tak bisa menjamin keselamatanmu,” rayunya lagi.
Aku kembali menatap kesal wajah pria dengan garis rahang yang kuat, bibir yang cukup tebal, tulang hidung yang tinggi dengan sorot mata yang tajam menatapku. Aku heran kenapa aku sempat beberapa kali salah tingkah ketika bertemu dengannya saat kami masih belum saling mengenal.
Namun setelah keempat kalinya kami bertemu hari ini. Kini aku sadar dia ini orang mesum. Tak bisakah dia mengerti bahwa dua malam yang lalu, atau ketiga kalinya kami bertemu secara tidak sengaja, tidak ada yang terjadi di antara kita berdua?
Aku tak terlalu ingat apa saja yang sudah terjadi malam itu. Tahu-tahu saja aku bangun di kamar hotel bersama Juanxi yang tidur di sampingku. Sumpah! Kami berdua masih mengenakan pakaian lengkap. Tidak ada yang tersingkap. Percaya deh!
Kejadian luar biasa itu membuatku cukup panik. Jadi aku langsung kabur tanpa menunggunya bangun. Sungguh. Aku yakin sekali dengan fisikku tidak ada yang terjadi malam itu.
“Ya kali harus sampai nikah!” pecahku.
Orang ini benar-benar gak waras. Walaupun memang benar selama lima bulan terakhir ini namaku terus muncul di jagat raya internet karena dugaan terlibat kasus pengembangan judi online. Tapi, apa yang ia tawarkan sekarang sangatlah tidak nyambung dan di luar konteks perkara. Bukti bahwa aku tidak terlibat dalam game judi online itulah yang harus diselesaikan. Padahal uang haram yang masuk ke rekeningku juga tidak bisa dilacak pengirimnya.
Tapi sekarang dia malah menawarkan untuk nikah kontrak?
“Tapi kita sudah bermalam bersama,” cibirnya. Aku melihat gerak-gerik tangannya yang mengenggam erat satu sama lain. “Kita bahkan berpegangan tangan, begitu erat seperti ini, selama semalam suntuk!”
“Ugh, kepalaku pusing,” ucapku lelah sembari memijat keningku. Untung saja ia mengucapkan hal itu di ruangan tertutup. Tapi ini membuatku juga merasa aneh dan merinding, bagaimana bisa pemilik Firma Hukum Dantons berlagak seperti orang dengan masalah mental.
“Sayangku, apa kau ingin aku memijat kepalamu? Aku jago sekali memijat,” balasnya dengan cepat dan amat sangat antusias. Ia bermaksud untuk bangkit dari sofa hitam perorangan yang megah itu. Dengan cepat aku menunjuknya tanpa berbicara, mengisyaratkan dia untuk kembali duduk di tempat.
“Setidaknya baca saja dulu berkas pranikah ini,” lanjutnya sembari mendorong berkas di atas meja kaca untuk mendekat ke arahku. Kemudian kembali duduk ke posisi semulanya.
Mau apa lagi selain menghembuskan nafas panjang dan mengambil berkas itu. Kemudian menyibakan lembaran pertama yang hanya tertulis Perjanjian Pra Nikah. Ya, judul itu tercetak tebal. Aku menatapnya ragu, kemudian melihat isi dari tinta hitam yang tertuang di atas putih di halaman berikutnya.
______
Pihak A : Huang Juanxi
Pihak B : Ding Shu
Dengan bertandatangan di bawah ini Pihak A dan Pihak B sepakat untuk menjadi sepasang suami-istri selama paling lama dua tahun atau selesainya kasus yang menjerat Pihak B. Kedua belah pihak setuju bahwa pernikahan ini untuk menjamin keselamatan Pihak B. Adapun syarat yang berlaku selama masa hubungan pernikahan terjalin, diantaranya:
1. Pihak B sepakat untuk tidur bersama Pihak A selama—
_______
“Fix. Cari orang lain saja kalau mau main rumah-rumahan,” tegasku yang baru membaca poin pertamanya, dan tak berminat sama sekali meneruskannya. Aku melempar berkas itu ke atas meja kaca kembali.
“Kau bahkan belum membaca semuanya!” Tegas Juanxi. Ia langsung mengambil berkas yang terlempar itu dan membacakan dengan lantang isinya tanpa rasa malu.
Inti poin pertama yang tak masuk akal itu, tidur bersama tanpa hubungan seks minimal 2 jam sehari, sembari berpegangan tangan. Aku tak ingin tahu apa tujuan dari poin pertama itu. Namun! Satu hal yang bisa kusimpulkan dari Pengacara Tersohor yang ahli menangani kasus Perselisihan Kontrak Internasional ini, yaitu: Orang Gila.
Aku beranjak dari sofa tamu yang panjang ini. Dari sudut pandangan mataku, aku melihat tangannya ingin meraih tanganku. Dengan cepat aku menarik tangan kananku ke atas, melindunginya di depan dadaku.”Apa?” Sinisku.
“Setidaknya …. Berjabat tangan?” ujarnya tanpa tahu malu. Aku menatapnya dengan jijik.
“Kau tidak terlihat seperti akan berjabat tangan,” balasku. Kemudian melihatnya bangkit dari posisi duduknya. Leherku sakit harus menengadah menatapnya.Tinggi pria ini 192 cm, dengan pundak lebar dan dada yang bidang sedikit berbulu. Aku bisa melihatnya sedikit dari celah kancing baju yang memaksa merekat bersama. Ini membuatku salah tingkah, dan aku bergegas pergi dari sana sembari berceloteh.
“Aku tak sepakat kau menjadi pengacaraku. Walaupun kau pemilik firma hukum ini. Tapi pengacara awalku itu… Jung....”
“Jung Wonxie,” bantunya.
“Ya!” setujuku.
“Bahkan kau tak mengingat nama pengacaramu. Ini kasus yang berat sudah seharusnya senior sepertiku yang mengambil kasusmu,” katanya. Aku mencibir dalam hati padahal usia mereka berdua sama, 32 tahun. Sok senior.
“Setiap pengacara ada keahliannya. Pengacara Jung terbiasa dengan kasus pembersihan atas pencemaran nama baik,” sanggahku, sok tahu. Padahal aku juga baru mengetahui hal ini saat mencari firma hukum yang dapat membantuku. Aku terus berjalan menuju satu-satunya pintu keluar-masuk ruangan kerja nan mewah ini.
Namun belum sempat aku menarik ganggang pintunya. Dari kedua sisi kanan dan kiriku ada dua tangan yang menutup cepat pintunya. Aku sama sekali tak berani membalikan badanku. Suara nafasnya terdengar di atas kepalaku.
“Shushu, kau tak paham. Kau terjerat kasus yang terlihat sepele namun sangat berbahaya. Bahkan kau ikut mencari bukti sendiri tanpa kenal takut. Tidakkah kau sadar, dua malam yang lalu, kalau kau tak bertemu denganku, kau bisa menghilang kapan saja? Bukankah kau sudah menyerahkan penyelidikan kepada tanteku? Terlebih, Pengacara Jung tak bisa diharapkan sampai kau harus turun tangan?” ucapnya panjang lebar.
Aku yang mendengar ini menjadi kesal. “Pengacara Jung itu anak buahmu. Jika dia tak kompeten, maka kamu yang mempekerjakannya juga demikian,” ucapku sembari menghindari dari jeratannya dengan membungkukan tubuhku sedikit untuk melewati tangannya. Kemudian berdiri tepat di samping pintu. “Gak usah didorong gitu pintunya. Lebay, minggir, aku mau keluar,” sinisku dengan kesal.
Entah karena Juanxi melihat amarahku yang memuncak atau sengaja mengalah. Pastinya ia membantu membukakan pintu itu dan memberikan gerakan untuk mempersilahkan aku melewatinya. “Bukankah setidaknya kita bersalaman?” Tawarnya lagi sembari menyodorkan tangan kanannya saat aku hendak melewatinya.
Aku memberinya tatapan jijik. Lalu dengan bantuan tasku, aku menepis tangannya tersebut.
Saat aku berjalan beberapa langkah di lorong setelah keluar dari ruangannya. Juanxi berteriak dengan kencang, “Kau pasti akan menyetujuinya dalam waktu dekat!”
Untungnya di lorong ini hanya ada lima staf pribadinya, dan seorang asisten yang mejanya dekat dengan ruangan Juanxi. Jika ada banyak tim lainnya di sini, aku sudah pasti akan menutup wajahku dengan tas dan bergegas masuk ke dalam lift. Namun saat ini aku tak ada niatan melakukan hal demikian.
Aku juga yakin Pengacara Jung akan ada kabarnya. Aku sudah menyerahkan banyak data dan bukti pada orang itu. Aku tahu Pengacara Jung terlihat tidak kompeten. Namun sejauh ini, berkat sarannya yang ngaco, aku mengenal beberapa orang baru dalam hidupku selama ini tenang bak danau.
Sebenarnya terjerat kasus yang merepotkan seperti ini memang melelahkan batin, mental, dan fisikku. Mungkin karena aku sudah delapan tahun berhibernasi, rasanya menyenangkan juga melalui ini semua. Walaupun begitu aku tak boleh terlena. Jika aku tak bisa membebaskan namaku dari tuduhan aku bisa dipenjara kapan saja.
Terlebih karena aku bekerja dengan nama samaran lainnya. Aku juga bisa terjerat pasal pemalsuan identitas yang akan berakibat panjangnya masa tahananku.
Selama berada di dalam lift aku terus berpikir, kenapa bisa Juanxi tiba-tiba kepikiran untuk mengajukan nikah kontrak? Saat aku masuk ke ruangannya beberapa menit yang lalu. Aku cukup terkejut melihat berkas dengan judul Perjanjian Pra Nikah.
Aku kira itu milik klien lain. Teledor sekali Juanxi menaruh hal seperti itu sembarangan. Rupanya berkas itu ditujukan untukku. Satu-satunya hal yang membuatku teringat sampai ia menawarkan hal tersebut adalah malam yang kami lalui bersama. Aku berusaha mencari beberapa informasi tambahan untuk membantu penyelidikan. Aku bisa menyerahkan hasilnya pada penyidik atau Pengacara Jung. Namun siapa sangka aku mabuk terlalu cepat di bar itu!
Sudah dua hari berlalu sejak aku bermalam dengan pria itu, tiba-tiba saja ia mengirimiku pesan untuk ke kantor untuk membahas perkara kasusku. Namun dia bohong. Aku meremas tali tasku mengingat berkas di atas meja tadi. Aku merasa dipermainkan. Ini membuatku merasa sesak berada di dalam lift terlalu lama dan terus memikirkan banyak hal tak penting. Lagipula kenapa juga dia punya ruangan di Lantai 18.Saat pintu lift terbuka di lantai lima, aku berjalan keluar lorong itu dengan familiar. Ada beberapa pekerja di sana melirik ke arah pekerja dengan jaket hijau membawa banyak kotak dan menyusunnya di lorong.“Hei, ruangan Pengacara Jung, kenapa?” Tanyaku pada seseorang yang terus mengangkat beberapa kotak itu sedari tadi. Dia mengangkut semua barang itu dari ruangannya pengacaraku sebelumnya.“Halo. Apa Nona butuh bantuan untuk kasus hukum atau mau berkonsultasi?” Tanya seseorang yang menyapaku. Dia mengenakan pakaian formal dengan blazer merah muda. Dia laki-laki.“Ah, saya mau tanya, in
“Paman Zinbei, Ibu Yanyan, kalian baik-baik saja?” Tanyaku dengan suara gemetar. Orang-orang sekitar masih sibuk dengan kejadian ini. Ada banyak dari mereka yang antusias ingin memberi keterangan pada polisi, atau ingin membantu pemadam kebakaran. Lingkungan sekitar yang ribut ini membuat hatiku yang kacau semakin porak poranda, berhamburan. Aku takut.“Ya ampun, nak! Ibu baik-baik saja. Paman juga,” ucap Bu Yanyan dengan sangat lembut. Ia menyentuh pundaku dan mengusapnya perlahan. “Bangun Shushu. Jangan di bawah tanah seperti itu. Sini, duduk di samping Ibu,” lanjutnya.Namun aku mengabaikannya. Air mataku menetes tanpa aku sadari. Entah kenapa aku merasa sangat bersalah dan kebakaran ini mungkin memang benar karena diriku juga.“Kau membuatnya nangis Yanyan?” Bisik Pak Ming Zinbei, suaminya Ibu Yanyan, marga istrinya ini dulu Yong. Namun semenjak menikah ia juga ikut dipanggil Ibu Ming. Namun aku lebih nyaman memanggil nama depannya. Sontak Ibu Yanyan ini pun langsung menepuk paha
Aku terbangun karena ponselku yang berdering. Setelahnya aku hanya mematung menatap langit-langit di ruang tengah ini. Aku memimpikan masa lalu yang membuatku tidak nyaman. Namun gara-gara ini. Aku jadi teringat bahwa Desa Juanxie sudah lama tidak ada lagi di map.Wabah Pneumonia itu menjangkit lima belas desa sekitar kabupaten yang terletak di Provinsi C. Butuh waktu tiga hari perjalanan darat untuk mengunjungi tempat itu lagi. Aku tak ada niatan ke sana sama sekali. Namun setelah memimpikan hal tersebut ada yang membuatku tak nyaman sekali, yaitu, nama desa itu mirip dengan nama orang gila yang menghantuiku.Aku bangkit dari posisi tidurku yang aneh di atas sofa ini. Lalu mengambil ponsel yang tergeletak di lantai. Orang itu lagi.______Orang Gila!Apa kau baik-baik saja? (14.23)Aku baru dengar kabarnya, ada kebakaran di dekat wilayahmu. (14.23)Apa aku perlu ke sana? (14.25)Kata tanteku yang terbakar kios pemilik kontrakanmu. Apa Paman dan Bibi baik-baik saja? (14.54)Ah, sepert
Dia datang ke rumah dengan penampilan super rapi. Dia benar-benar mendorongku ke ujung jurang. Aku menatapnya dengan penuh praduga dan menerka alasan atas setiap dugaan yang muncul di kepalaku. Apa untungnya membuatku berada di sisinya? Jika aku menguntungkan, tidak perlu sampai membuat kontrak nikah. Kenapa dia begitu keras kepala? Apa yang ia dapatkan dari menjeratku dengan pernikahan dan menyelamatkanku? Aku perlu diselamatkan? Ya. Namun itu hanya sebatas membersihkan namaku dari tuduhan palsu.Aku menatapnya terheran-heran meliriknya dari atas ke bawah. Ia masih membawa kertas terkutuk itu di tangan kirinya. Hal inilah yang menyebabkan aku terpaksa menerimanya untuk menjajakan kaki ke rumah teramanku sekarang. “Ayo masuk dulu,” ucapku sembari berdiri di samping pintu agar dia segera masuk ke dalam kontrakan ini.Namun entah setan apa yang merasuk Tante Meidong, mulutnya yang lemas itu gampangnya berkata, “Wah, sudah aku bilang kan, anak muda cantik sepertinya tinggal di rumahmu se
Ada empat poin dalam perjanjian pranikah itu. Hal yang pertama, aku dan Juanxi harus tidur bersama selama dua jam setiap hari. Tak masalah itu tidur siang, atau tidur malam. Intinya aku harus mengenggam tangannya. Sebab fokusnya ingin mengenggam tanganku. Aku menawarkan tidak harus di tempat tidur. Namun ia menolaknya dengan tegas. Aku tak tahu orang gila ini punya masalah apa dengan otak dan mentalnya. Aku tak ingin berdebat tak penting dan memilih diam saja. Poin kedua, aku harus sepakat untuk mengikuti perjamuan sosial Juanxi. Bila dalam undangan itu tertera pergi bersama pasangan. Aku rasa ini juga tak perlu. Sebab masa waktu pernikahan ini hanya dua tahun atau selama tuduhan tindak pidana atas perkaraku selesai. Sekali lagi, orang gila ini keras kepala dan tak bisa dilawan. Alasannya melakukan ini agar dirinya bisa tenang tidak dikejar-kejar keluarganya. Jadi, ketika masa kontrak berakhir, dia dan aku harus berada dalam fase bak berduka kehilangan orang yang meninggal. Kemud
Semua ini terjadi lima bulan yang lalu, saat Samara Gwenn lagi-lagi dipercayai untuk bergabung dengan tim kreatif di salah satu ‘Perusahaan Game Online’ Zhou.co. Dari kasus ini pula aku bertemu dengan Orang Gila yang baru saja aku setujui untuk menjalin nikah kontrak. Pekerjaan pertamaku dengan perusahan ini terjadi sudah lama sekali. Sekitar setahun lalu sebelumnya. Awalnya aku dihubungi salah satu perwakilannya melalui email untuk menggambar tujuh karakter dan beberapa ekspresi wajah mereka, dengan format mentah .psd dan .rtf yang dipisah per layer. Mereka menawarkan harga sebesar 14.000 RMB dengan masa pengerjaannya selama 30 hari. Kala itu aku berhasil menyelesaikan proyek komersil tersebut selama 29 hari. Sebagai illustrator yang memiliki integritas dan etos kerja yang baik. Serta nama yang besar dengan pengikut di Ourchat sebesar lima juta. Aku dikenal banyak perusahaan sebagai komikus yang memiliki persentase selesai sebelum tenggat waktu sebesar 80 persen tanpa banyak drama
Presdir Zhou.co sekarang sudah berusia 86 tahun, dan beberapa komentar menyebutkan bahwa ia gila jabatan. Bahkan sampai sekarang tidak turun-turun dari posisinya sekarang. Ini seperti drama mengambil alih tahta kerajaan. Pada akhirnya, presdir ini pun menjual nama adiknya, yang merupakan paman dari anaknya, seperti seakan-akan ia adalah orang yang jahat merebut posisi wakil presdir ini. Namun hal-hal ini aku baca dari kolom komentar. Sebab lebih seru membaca komentar para netizen dibandingkan artikel klarifikasi yang membosankan tentang sang Ayah yang takut kehilangan para pemegang saham. Aku pikir tidak ada masalah dengan perusahaan selain drama keluarga ini. Jadi aku memutuskan untuk mengambil pekerjaan gambar ini. Aku segera beralih membuka jendela email di layar desktop ini. Lalu mengetik jawaban untuk menerima tawaran pekerjaan tersebut, sekali lagi tanpa banyak bertanya. Orang bodoh mana yang menolak pekerjaan mudah yang memberikan banyak bayaran? Tanpa pikir panjang lagi ak
Semalaman ini aku terus mencoba menghubungi email perwakilan Zhou.co itu. Namun tidak ada jawaban sama sekali. Aku mencoba berpikir positif mungkin karena ini tengah malam, dan mereka telah tidur. Jadi mereka tak bisa membalas pesanku segera.Ini membuatku panik, sebab ada sebuah cuitan dari Ourchat bahwa ada yang menduga pihak kepolian akan menangkap semua yang berada di balik layar pembuatan situs judi online ini. Aku yang membaca komentar itupun dibuat panik dan panas-dingin.Selain menghubungi pihak perusahaan, aku mencari-cari firma hukum terpercaya yang bisa aku hubungi. Namun segala pesan yang aku kirimkan ke nomor mereka hanya membuahkan centang satu. Ini membuat perutku semakin mual. Pasalnya aku tahu betul besok, hari Sabtu, beberapa tempat tidak memiliki jadwal kerja. Masa iya sih, aku harus menunggu sampai hari Senin dulu?Tepat pukul jam 8 pagi, aku mendapatkan balasan dari email perwakilan Zhou.co. Tidak. Lebih tepatnya pemberitahuan dari email, bahwa akun tersebut telah
Setelah pemeriksaan singkat, Shushu menyadarinya dirinya mengalami gejala anemia dan tekanan darah rendah. Dokter meminta ners yang mendampinginya untuk memasukan Shushu sebagai daftar pasien agar bisa diberi beberapa obat untuk dikonsumsi.Pada akhirnya, ada dua pasien di dalam satu bangsal ini. Satu yang terlihat seperti akan mati kapan saja. Satu lagi yang berusaha meyakinkan semua orang dirinya tak sakit.Sebenarnya Shushu melakukan itu sebab dirinya takut disuntik dan diinfus. Dia terlihat ingin pergi dari tempat itu kapan saja. Namun Juanxi mengenggam erat pergelangan tangannya.Para perawat telah memasukan satu ranjang lagi ke ruangan rawat inap itu. Posisinya bersampingan dengan ranjang milik Juanxi.“Tidurlah dengan benar,” tegas Juanxi yang sudah mulai berbicara lancar.“Sa-sa-saya tak sakit kok,” jawab Shushu dengan formal dan tergagap. Dia terl
Tempat yang paling tak disukai Shushu terpaksa harus ia tempati selama empat hari lamanya. Sebab, kondisi suaminya yang baru ia nikahi belum seminggu itu terlihat sangat mengkhawatirkan. Suhu demamnya mencapai 40 derajat celcius.Selama dirinya di rumah sakit, bohong, jika Shushu juga tidak merasa sakit. Wajahnya pucat, makannya pun tidak karuan.Siapapun yang mengunjungi mengira Shushu sangat khawatir dengan suaminya yang terbaring tak sadarkan diri. Bahkan makan pun harus dipenuhi dengan cairan nutrisi melalui selang infus.Ada kalanya setiap Juanxi sadarkan diri untuk beberapa menit, Shushu akan membantu menyuapi air hangat atau sup hangat perlahan dengan sendok kecil. Sebab pria itu sendiri tak memiliki tenaga untuk mengangkat kepalanya.“Nak, kamu pulang saja dulu, tidak apa-apa,” tutur Sun Lili yang datang pagi sekali untuk membantu Shushu. Juanxi masih tak sadarkan diri. Namun suhu
“Kenapa kau tak cerita soal kebakaran itu padaku? Bukankah kita teman?” tanya Quo Xin. Dia benar-benar tidak tahu soal itu.Sejujurnya Quo Xin bisa menyelesaikan permasalahan dokumen yang rusak itu secepat mungkin. Hanya saja keadaannya dengan mantan mertua serta putrinya kala itu cukup rumit. Dia jarang punya waktu leluasa membuka laptopnya.Semua menjadi mudah ketika ia sudah memindahkan data putrinya di Kota B ini. Namun ini semua hanya alasan. Quo Xin merasa bersalah atas waktu yang terbuang secara cuma-cuma. Dia tak mengira masalah keterlibatan Shushu dengan situs judi online ini begitu berat. Bahkan pihak di sana berani mengancam dengan cara murahan seperti itu.“Walaupun begitu kau setuju begitu cepat untuk menikah,” ungkap Quo Xin. Kemudian ia meraih tangan Shushu dan menggenggamnya erat. “Batalkan saja kontraknya!”“Tidak bisa, kita sudah menikah. Lagipula keadaanya tidak sesimpel ini, Zhou.co itu mungkin saja tidak terlibat dengan judi online saja,” ucap Shushu. Dia menginga
Pukul enam pagi, seorang wanita paruh baya berjalan cepat menelusuri lorong rumah sakit yang panjang. Dia hanya menggunakan sandal, dan jaket untuk menutupi pakaian tidurnya. Bahkan helm pun masih bertengger setia di kepalanya.Ruang 278, tanpa ragu-ragu, dia langsung membukanya. Di dalam sana ada seorang wanita muda berdiri menganggukan kepala berulang kali atas penjelasan dokter yang bertugas.“Bagaimana?” tanya Quo Xin.“Baru saja dipindahkan dari UGD, dia demam sushu 40 derajat, sepertinya kelelahan bekerja,” tutur Shushu dengan wajah yang lelah.“Ibu juga harus istirahat yang baik untuk menjaga suami Anda. Wajah Ibu kurang baik,” ucap dokter pria itu lagi. Shushu hanya menganggukan kepalanya berulang kaliFokus Quo Xin bukan lagi cerita dibalik kenapa ia membutuhkan ambulans di pagi buta lagi. Namun, bagaimana bisa ia mendapatkan suami dalam waktu yang begitu cepat setelah ia tinggal beberapa bulan di kota lain?Setelah kepergian dokter dan perawat tersebut. Quo Xin hanya diam sa
Juanxi terus mengalami mimpi yang panjang, dan semua kejadian itu membuatnya merasa tak nyaman. Kepalanya terasa berat dan panas menerima semua informasi itu. Fakta bahwa kematian Shushu itu begitu menyedihkan membuatnya sangat terpukul.Tidak seharusnya Shushu mengalami itu semua. Dia bukan seperti apa yang digambarkan semua artikel tersebut. Wanita nakal, pemakai narkoba, penipu, dan lainnya.Hal yang membuatnya lebih terpukul ialah adegan dimana Paman Zinbei dan Ibu Yanyan datang ke kantornya untuk meminta tolong mencari kebenaran kematian Shushu.Kini Juanxi paham kenapa Shushu tadi menangis begitu lelah ketika ia tahu bahwa namanya bisa dibersihkan tidak terlibat situs judi online itu. Semua usaha Shushu menyelidiki kasusnya sendiri selama ini, agar tidak membuat dua orang tua itu sedih dan terpukul.Dalam kehidupan pertama itu, ia melihat wajah Paman Zinbei, dan Ibu Yanyan, lima kali lipat terlihat lebih tua dibandingkan kehidupannya sekarang. Mereka telah mendatangi berbagai ka
Juanxi menjadi kesal melihat ponsel milik Shushu yang terus berdering sedari tadi. Dia langsung mematikannya secara total. Lalu membawa tubuh Shushu yang tertidur karena lelah menangis ke kamarnya. Juanxi melihat keseluruhan interior ruangan yang sederhana, namun memiliki tiga pintu ruangan lainnya lagi. Dia penasaran untuk apa saja tiga ruangan di dalam kamarnya ini. Juanxi menerka salah satunya pasti toilet, dan ruang pakaian. Adapun sisanya ia tak begitu yakin. Juanxi menyadari beberapa hal dari mengenal Shushu dalam waktu yang sangat singkat ini. Dia terlalu mudah untuk percaya, namun tak ingin menaruh rasa percaya begitu dalam. Kontradiksi sekali bukan? Dua kata yang bisa dijelaskan ialah polos kebangetan. Kendati dikatakan polos, dia tahu dunia lebih baik. Apalagi soal pekerjaannya dan mengatur finansialnya. Hanya saja melihat ia menangis begitu lepas karena namanya bisa dibersihkan dari tuduhan sindikat judi online itu. Juanxi melihat sosok Shushu menjadi lebih kompleks lagi
Setelah Juanxi memakan hidangan makan malam, ia sepakat dengan satu hal penting dalam kisah cinta keduanya bahwa Juanxi lah yang pertama kali tertarik. Untungnya kesimpulan ini bisa ditarik setelah keduanya mengetahui kegemaran yang mirip dalam mengumpulkan pundi-pundi kekayaan.“Kau benar-benar yang merancang semua perhiasan itu?” tanya Juanxi masih tak percaya. Shushu hanya menganggukan kepalanya. “Aku tak menyangka kau designernya!” pekik Juanxi lagi dengan bersemangat.Tiga tahun yang lalu ia pernah dipaksa ikut adiknya, Lin Yi mengunjungi sebuah lelang perhiasan esklusif di Negara S. Tak pernah terbayang anting yang dibeli adiknya itu dengan harga 2 juta dollar. Itu sebuah karya duet antara desainer dan pengrajin yang berbeda. Anting itu termasuk salah satu barang termahal kelima yang terjual dalam lelang malam itu.“Aku masih tidak paham bagaimana kau bisa melakukan itu semua? Kebanyakan illustrator akan mengambil jalan sebagai komikus,” tanya Juanxi.“Seberapa baik kamu menggam
Shushu dan Juanxi diam di depan pintu lift yang sudah tertutup lama. Suasana yang heboh sebelumnya mendadak tenang.Juanxi sibuk dengan pikirannya, dia tak tahu harus memulai obrolan dengan membahas hal apa, ataukah basa-basi saja terlebih dahulu? Dia merasa canggung dengan keheningan ini. “Kau menangani mereka lebih baik dari dugaanku,” ujarnya.“Nenek Huang dan Ibu Lili orang yang baik, Paman Haifeng juga,” ungkap Shushu.Juanxi yang mendengar hal itu mengernyitkan keningnya. “Panggil mereka Ibu dan Ayah saja mulai dari sekarang,” timpal Juanxi.“Aku memahami kekhawatiranmu. Namun, tidak. Ini batasanku ketika tidak ada mereka. Pernikahan ini hanya berlangsung sebentar. Apa kau sudah makan?” ujar Shushu sembari mengalihkan pembicaraan.“Aku belum makan malam,” jujur Juanxi tanpa pikir panjang.“Kalau begitu makan di tempatku saja,” balas Shushu. Kemudian ia berjalan lebih dahulu untuk membuka pintu apartemennya, lalu membuka pintu lebar-lebar agar pria bertubuh tinggi dan besar itu
“Gege, bagaimana bisa kau menikah begitu cepat?” bisik Dongxi, si anak bungsu.“Ugh, tak bisakah kalian datang itu mengabari terlebih dahulu,” ucap Juanxi yang mulai kesal dengan ribuan pertanyaan yang dilontarkan anggota keluarganya.Awalnya ia senang melihat kepanikan yang muncul di wajah Shushu. Kini semua berubah semenjak, Shushu berkomunikasi dengan sangat baik dengan nenek, dan kedua orang tuanya di ruang tengah apartemennya. Padahal tadi dia benar-benar terlihat seperti tak tahu harus apa.Juanxi yang melihat itu merasa senang sebab merasakan Shushu bergantung untuk pertolongannya. Namun lihat sekarang, dia tertawa santai dengan nenek, ibu, dan ayahnya juga.“Santailah ka, aku juga penasaran kenapa kalian berdua tiba-tiba mendaftarkan pernikahan,” sanggah Lin Yi, adik perempuan Juanxi.Shushu diam saja menatap Juanxi. Dia juga ingin mendengar alasan apa yang akan dilontarkan Juanxi. Sisanya ia akan mengikuti alur dari cerita pria itu.Sedari Shushu bertemu Keluarga Huang secara