Semua ini terjadi lima bulan yang lalu, saat Samara Gwenn lagi-lagi dipercayai untuk bergabung dengan tim kreatif di salah satu ‘Perusahaan Game Online’ Zhou.co. Dari kasus ini pula aku bertemu dengan Orang Gila yang baru saja aku setujui untuk menjalin nikah kontrak.
Pekerjaan pertamaku dengan perusahan ini terjadi sudah lama sekali. Sekitar setahun lalu sebelumnya. Awalnya aku dihubungi salah satu perwakilannya melalui email untuk menggambar tujuh karakter dan beberapa ekspresi wajah mereka, dengan format mentah .psd dan .rtf yang dipisah per layer. Mereka menawarkan harga sebesar 14.000 RMB dengan masa pengerjaannya selama 30 hari. Kala itu aku berhasil menyelesaikan proyek komersil tersebut selama 29 hari.
Sebagai illustrator yang memiliki integritas dan etos kerja yang baik. Serta nama yang besar dengan pengikut di Ourchat sebesar lima juta. Aku dikenal banyak perusahaan sebagai komikus yang memiliki persentase selesai sebelum tenggat waktu sebesar 80 persen tanpa banyak drama. Adapun sisanya itu karena permintaan revisi klien sehingga waktu selesainya tertunda cukup lama. Jadi wajar sekali bayaranku mahal.
Zhou.co tidak memberikan revisi apapun setelah pekerjaan pertama itu selesai. Tandanya pekerjaanku sempurna. Kala itu aku langsung menyukai perusahaan ini. Pasalnya ada beberapa perusahaan yang meminta revisi sana-sini. Mulai sejak itu aku bertekad untuk menerima tawaran kerja lainnya dari Zhou.co.
Aku menyetujui tawaran dari Zhou.co pertama kalinya karena bayaran yang tinggi. Sungguh, aku sangat berharap setidaknya mereka juga memintaku menganimasikannya. Sudah pasti untuk menaikan harga jasaku. Namun mereka hanya meminta gambaran mentah per layer dan akan diteruskan oleh tim programmer untuk digerakan. Aku tak banyak menawarkan hal lainnya lagi, ketika perwakilan itu begitu tegas dengan pilihannya.
Bagi kebanyakan pemula, tidak mungkin mereka bisa mendapatkan tawaran dengan harga puluhan kali kerja dalam satu kali. Sebab namaku yang sudah cukup terkenal dan berbagai aspek lainnya. Oleh sebab itu bayaranku cukup tinggi. Aku juga memiliki banyak proyek jangka panjang lainnya.
Ada banyak perusahaan di industri kreatif, hiburan, dan lainnya yang ingin mengajakku bekerja sama dengan mereka secara permanen. Itu artinya aku terikat dengan mereka. Namun aku menolak semuanya. Walaupun mereka menegosiasi kemampuan dan etos kerjaku dengan harga yang mahal sekali. Aku tetap menolak dengan tegas. Aku suka uang. Tapi aku ingin bekerja dengan ritmeku sendiri. Itu pendirian yang sudah aku pegang teguh selama 20 tahun menekuni pekerjaan ini.
Alasan lainnyya aku ingin bekerja sendiri tanpa terikat ialah Samara Gwenn tidak nyata.
Aku menegaskan pada perwakilan Zhou.co untuk bisa menghubungiku lagi bila ada masalah dengan datanya. Namun selama berbulan-bulan berlalu mereka tak menghubungiku lagi.
Saat aku sudah lupa dengan perusahaan ini. Mereka kembali menghubungiku sekitar enam bulan berikutnya. Aku yang awalnya bertekad untuk menerima pekerjaannya langsung menjadi ragu.
Pasalnya bayaran kali ini adalah 75.000RMB, lima kali lipat dari sebelumnya. Kalian pasti mengira aku gila tak menerima tawaran kerja ini. Sebab memang tidak masuk akal sama sekali. Mereka memintaku menggambar dua karakter saja dengan harga segitu.
Salah satu dari banyaknya kebiasaan buruk ku adalah aku mengerjakan semua tugas yang diberikan klien tanpa bertanya lebih detail akan digunakan untuk apa produk itu nantinya.
Aku hanya membaca proposal inti tentang apa yang perlu digambar, nuansa karakteristik lukisan, hal-hal detail apa yang diperlukan, tone warna yang dipakai, dan hal-hal lainnya yang benar-benar hanya berkaitan dengan gambaran saja. Sebab itulah memang keahlianku. Sebab inilah, aku mampu mengerjakan proyek itu sebelum tenggat waktu yang diberikan. Pasalnya otakku hanya berfokus satu hal dan tak peduli dengan faktor lainnya.
Hanya saja tawaran kedua dari pihak Zhou.co ini membuatku sangat ragu. Sehingga aku mencari tentang mereka untuk pertama kalinya di internet.
Perusaan ini besar di bidang farmasi, dan baru-baru ini masuk ke ranah teknologi. Namun produk teknologi apa yang dihasilkan tidak bisa ditemukan sama sekali. Ini benar-benar membingungkan. Namun menurut pengakuan dari perwakilan Zhou.co yang menghubungiku. Mereka akan menggunakan gambaranku untuk game online yang sedang dikembangkan.
Ada banyak artikel yang menjelaskan tentang beberapa pabrik obat yang mereka miliki. Bahkan beberapa obat paten mereka yang terkenal ampuh untuk mengatasi ambien dan diabetes ini mendapatkan peringkat pertama di dunia. Benar-benar bagus sekali nama perusahaan mereka. Berdasarkan latar belakang perusahaan ini, aku menduga bahwa produk teknologinya masih berkaitan dengan dunia kesehatan.
Aku terus menelusuri berbagai artikel tentang Zhou.co. Aku tak paham manajemen bisnis. Aku hanya merasa jika perusahaan ini memang besar, mungkin tak masalah bagi mereka untuk membuang-buang uang ke seorang ilustrator lepas sepertiku.
Namun ada satu unggahan pesan dari sebuah aplikasi sosial media, OurChat, tentang pergantian pemimpin Zhou.co. Kata narasumber tersebut, yang merupakan mantan pekerja di induk Zhou.co, ada kecurangan yang terjadi di dalam sana. Seharusnya anak presdir yang meneruskan. Namun ini pamannya. Seperti cerita novel saja pikirku saat membacanya. Aku membaca unggahan itu dengan teliti. Aku memutuskan untuk mengikuti akun ini. Namun saat aku tekan tombolnya terjadi error, “Pengguna akun tidak ditemukan.”
“Wah, masa iya tiba-tiba hapus akun?” gumamku dan mencoba mencari nama akun ini di laman pencarian. Namun kalimat yang selalu menyambutku hanyalah, Pengguna akun tidak ditemukan.
Setelah aku pikir-pikir, unggahan yang diberikan orang ini memang sangat berbahaya. Itu masalah internal perusahaan, dan sepertinya ia baru saja mengunggahnya beberapa puluh menit yang lalu. Aku yakin sekali jumlah yang menyukai, meneruskan, dan yang menyimpan unggahan tersebut sudah menyentuh ratusan ribu orang.
Sepertinya unggahan ini benar dan beritanya sampai pada salah satu pekerja di Zhou.co. Sehingga akun narasumber ini diblokir atau bagaimana, yang jelas mereka sepertinya khawatir cerita tersebut akan menggiring opini publik ke arah yang buruk. Akhirnya sebelum aku memutuskan akan menerima pekerjaan ini atau tidak dengan menunggu berita klarifikasi yang akan dikeluarkan perusahaan itu saja.
Di saat aku menunggu berita terbaru dari Zhou.co. Ponselku bergetar dan aku melihat notifikasi yang muncul. Itu adalah email dari perwakilan perusahaan yang sedang aku selidiki baru saja. Tapi aku mengabaikannya. “Aku yakin akan ada berita klarifikasi yang dikeluarkan dari perusahaan ini,” ucapku. Aku memilh untuk menunggu berita klarifikasi mereka sebelum menyetujui pekerjaan ini.
Namun sebelum aku mencari berita terbaru dari mereka. Aku memutuskan untuk pergi ke dapur dan memasak makan malam. Aku membuat omelete dan sup krim sosis-jagung. Entah kenapa, aku tak berniat memakan nasi sebab perasaan tidak nyaman dari email yang baru saja menawariku pekerjaan.
Selama 20 menit berlangsung, hanya terdengar suara beberapa peralatan masak yang berbunyi. Aku tak banyak berbicara, sebab pikiranku masih bimbang haruskah menerima tawaran gambar dari Zhou.co. Aku tidak punya maneger yang bisa aku ajak diskusi. Jangankan manager. Teman saja tak punya. Aku terlalu nyaman sendirian.
Tanpa aku sadari, aku membuat terlalu banyak sup jagung ini. Kini aku bingung harus bagaimana menghabiskannya. Aku melihat jam dinding yang menunjukan pukul 6.30 pm di sore hari. Aku memutuskan menaruh sisa sup yang banyak ini ke dalam wadah mangkok yang cantik. Kemudian mengganti baju rumahku, sebuah daster selutut dengan lengan yang sepanjang siku, yang sudah aku pakai selama tiga hari tanpa dicuci sebab aku tidak merasa bau.
Kemudian memutuskan untuk mengganti pakaian yang lebih sopan dengan kaos lengan panjang, dan celana panjang berwarna hitam. Aku tak lupa mengikat rambutku yang panjang. Lalu bergegas ke dapur dan membawa mangkok tersebut keluar rumah. Aku tak mengunci pintunya. Sebab tempat yang aku tuju tidaklah jauh. Aku hanya perlu melangkah sedikit ke seberang rumah.
“Ibu Yanyan!” Panggilku dengan keras. Pasalnya pagar pemilik rumah ini tertutup dan aku tak bisa membukanya dengan barang yang ada dalam genggaman kedua tanganku ini. Untungnya Ibu Yanyan segera keluar dari rumah sebelum aku kembali berteriak. Ia muncul bersama suaminya.
“Ya ampun, Nak. Kau memasak kelebihan lagi?” Tanya Pak Ming Zinbei, suaminya Ibu Yanyan.
“Benar, Pak Ming,” jawabku dengan terseyum ramah. Kemudian Ibu Yanyan lebih dahulu membantuku mengambil mangkok tersebut dengan wajah penuh kekhawatiran. Sedangkan Pak Ming membantu membuka pagarnya yang terkunci. “Saya tidak masuk, Pak, Bu. Saya belum sempat mematikan kompor di rumah, sedang memasak air panas,” ucapku bohong.
“Waduh, bahaya sekali, Nak. Padahal lebih seru makan bersama,” ucap Bu Yanyan.
“Bagaimana kalau matikan saja dulu kompornya lalu kemari lagi,” saran Pak Ming.
“Iya, tuh, ide bagus,” jawab Bu Yanyan.
Aku dengan cepat melambaikan tangan kananku, “Tidak, tidak. Saya hanya mau berbagi makanan saja. Saya langsung pamit ya Pak, Bu,” sanggahku dengan cepat. Lagipula mangkok berisi sup ini sudah sampai tujuan. Aku melihat wajah pasangan yang sudah tua ini kecewa. Ini membuatku merasa bersalah, dengan cepat aku berjanji pada mereka akan makan bersama lain kali.
Mereka pun mengiyakan hal tersebut dan melihatku kembali masuk ke dalam rumah di seberang mereka. Aku melambaikan tangan untuk berpisah, dan Pak Ming jugamelambaikan tangannya untuk menjawabku. “Hati-hati jika memasak,” pekik Bu Yanyan. Aku memberi tanda ‘Ok’ dengan tangan kananku untuk menjawab permintaan Bu Yanyan sembari menampilkan gigi-gigi depanku, lalu benar-benar menutup pintunya.
Setelah bertemu pasangan itu perasaanku yang tidak nyaman setelah membaca artikel tentang Zhou.co menjadi lebih tenang. Aku memutuskan untuk makan terlebih dahulu sebelum kembali bekerja. Setelah selesai menyantap makan malamku. Aku mencuci bekas makan dan masak yang aku gunakan. Kemudian menempatkan semuanya ke rak di samping wastafel.
Aku kembali berjalan ke kamar dan mengganti pakaianku dengan daster sebelumnya. Setelah kembali berpakaian yang lebih nyaman aku berlari ke arah ruang tamu, dimana ada pojok khusus yang berisikan komputer canggih, dengan peralatan gambar digital yang sudah terpasang di sana.
Kemudian kembali mengecek ponselku terlebih dahulu. Rupanya ada tiga email masuk dari orang yang sama. Siapa lagi kalau bukan dari perwakilan perusahaan itu. Sepertinya ia takut aku menolak pekerjaan ini sebab berita buruk yang muncul dari tempat itu.
Aku lebih dahulu membaca klarifikasi mereka terkait anak presdir yang meninggal lima bulan lalu, namun kematiannya disembunyikan oleh sang Ayah. Sebab takut para pemegang saham yang pro dengan kinerja anaknya akan menjual saham mereka saat mengetahui putranya meninggal. Kematian sang anak pun dikabarkan karena serangan jantung. Hanya sebatas itu saja. Tidak masuk akal, dan ada banyak kejanggalan. Namun aku sudah putuskan..
Presdir Zhou.co sekarang sudah berusia 86 tahun, dan beberapa komentar menyebutkan bahwa ia gila jabatan. Bahkan sampai sekarang tidak turun-turun dari posisinya sekarang. Ini seperti drama mengambil alih tahta kerajaan. Pada akhirnya, presdir ini pun menjual nama adiknya, yang merupakan paman dari anaknya, seperti seakan-akan ia adalah orang yang jahat merebut posisi wakil presdir ini. Namun hal-hal ini aku baca dari kolom komentar. Sebab lebih seru membaca komentar para netizen dibandingkan artikel klarifikasi yang membosankan tentang sang Ayah yang takut kehilangan para pemegang saham. Aku pikir tidak ada masalah dengan perusahaan selain drama keluarga ini. Jadi aku memutuskan untuk mengambil pekerjaan gambar ini. Aku segera beralih membuka jendela email di layar desktop ini. Lalu mengetik jawaban untuk menerima tawaran pekerjaan tersebut, sekali lagi tanpa banyak bertanya. Orang bodoh mana yang menolak pekerjaan mudah yang memberikan banyak bayaran? Tanpa pikir panjang lagi ak
Semalaman ini aku terus mencoba menghubungi email perwakilan Zhou.co itu. Namun tidak ada jawaban sama sekali. Aku mencoba berpikir positif mungkin karena ini tengah malam, dan mereka telah tidur. Jadi mereka tak bisa membalas pesanku segera.Ini membuatku panik, sebab ada sebuah cuitan dari Ourchat bahwa ada yang menduga pihak kepolian akan menangkap semua yang berada di balik layar pembuatan situs judi online ini. Aku yang membaca komentar itupun dibuat panik dan panas-dingin.Selain menghubungi pihak perusahaan, aku mencari-cari firma hukum terpercaya yang bisa aku hubungi. Namun segala pesan yang aku kirimkan ke nomor mereka hanya membuahkan centang satu. Ini membuat perutku semakin mual. Pasalnya aku tahu betul besok, hari Sabtu, beberapa tempat tidak memiliki jadwal kerja. Masa iya sih, aku harus menunggu sampai hari Senin dulu?Tepat pukul jam 8 pagi, aku mendapatkan balasan dari email perwakilan Zhou.co. Tidak. Lebih tepatnya pemberitahuan dari email, bahwa akun tersebut telah
Dalam perjalanan menuju firma hukum berikutnya, aku hanya mengandalkan bantuan dari supir taxi untuk menemukan lokasinya. Sebab aku tak tahu seluruh jalanan di Kota B ini.Untungnya Bu Mei tahu posisiku saat ini sedang terdesak. Ia berbaik hati memanggilkan supir taxi andalannya. Tidak perlu waktu lama untukku menunggu beliau. Saat mobil berhenti tepat di depan kantor Bu Mei, aku langsung melanjutkan perjalanan.Sesampainya aku di sana, aku meminta Pak Dongdong, supir taxi yang mengaku usianya sudah 56 tahun itu, untuk menungguku sejenak dan aku tak lupa membayar perjalanan dari kantornya Ibu Mei, pengacara sebelumnya ke kantor lainnya ini.“Siap, Nona! Saya akan menunggu Anda walaupun badai hujan menerjang sekalipun,” ungkapnya sembari hormat padaku. Aku memberinya tip yang berlebih agar ia memenuhi permintaanku. Sikapnya langsung berlipat-lipat penuh dengan pengabdian.Ketika aku masuk ke kantor firma hukum kedua ini, resepsionisnya seakan sudah menduga kedatanganku. Aku yakin sekal
Kami menyelesaikan makan siang ini tepat pukul setengah empat sore. Kami berbicara banyak hal, dan pembicaraan bersama orang tua ini membuat perasaanku semakin tenang. Sepertinya Pak Dongdong juga menyadari bahwa aku berda dalam masalah sehingga ia tak menanyakan hal-hal yang sensitif atau mengundang perasaan negatif kembali. Ia cenderung menceritakan pengalamannya yang menarik. Ada kalanya aku menanggapi dengan beberapa pertanyaan lebih detail, atau tertawa mendengar hal yang tak masuk akal atau prasangkanya yang menarik. Terlebih karakter Pak Dongdong ini ceria, jadi aku menerima energi positif darinya dengan sangat mudah. Saat kami keluar dari ruangan pribadi ini, kami bersamaan dengan pemilik ruangan di seberang kami. Namun mereka semua belum keluar dan beberapa masih ada yang di dalam. Sedangkan salah satu orang lainnya menahan pintunya terbuka. Jadi mau tidak mau, aku dan Pak Dongdong bisa melihat kondisi ruangan tetangga kami tersebut. Pandangan mataku bertau dengan seorang p
Setelah urusanku dengan Pengacara Jung selesai, aku pergi lebih dahulu meninggalkan bangunan Firma Hukum Dantons ini. Aku berniat pulang dengan bis umum. Lagipula ini masih jam tujuh malam. Masih ada jadwal rute untuk menuju area pinggiran kota. Aku berjalan ke arah halte bus. Namun seseorang menarik sedikit kain lengan jasku. “Nona Muda! Saya menunggu Anda. Jangan pulang pakai Bis, Nona. Daritadi saya panggil loh,” ucap Pak Dongdong panjang lebar sembari melepaskan genggamannya pada jasku. “Yaampun Pak,” jawabku kaget. “Sudah daritadi menunggu saya? Bapak tak perlu repot-repot loh,” sambungku. Aku benar-benar tak mendengar Pak Dongdong memanggilku. Pikiranku masih kacau mengingat email perwakilan Zhou.co menghilang dan begitupun jejak digitalnya. Bagaimana bisa? “Oh, jangan terlalu segan dengan pria tua seperti saya. Ayo, Nona Muda, saya antarkan pulang. Nona, bagaimana bila menyimpan nomor saya? Saya bisa jadi su
“Dari awal si Jung ini agak mencurigakan memang,” gumamku sembari berleha-leha di atas sofa yang ada di ruang tengah. Posisinya dekat sekali dengan area kerjaku yang ada di sudut ruangan.Aku menatap pot kaktus yang sudah membesar dan meninggi sampai ke dadaku. Dulu sekali kaktus itu masih berukuran sejengkal tangan Ayah saja. Kalau teringat kedua orang tua yang sudah tiada, rasanya sepi sekali. Namun mau bagaimana lagi. Inilah kehidupan.Aku menatap ponsel baruku lagi. Kali ini aku tidak mengaktifkan akun sosial mediaku di sini. Aku takut dengan notifikasi yang luar biasa seperti ponsel pintarku sebelumnya.Kalau dibilang aku sudah terbiasa dengan munculnya notif yang banyak dari serbuan para penggemar gambarku. Tentu saja, aku sudah terbiasa. Namun kebanyakan yang aku terima adalah kata-kata positif. Jikalaupun itu bukan hal yang sifatnya mengagumi atau menyemangati. Paling tidak berisi kritikan yang memban
Setelah Ibu Yanyan pergi, aku tak tahu harus melakukan apa. Jadi aku menghabiskan waktu yang cukup lama untuk mandi saja. Aku berendam di dalam bathtub dan menyembunyikan kulitku dibalik busa sabun yang menggumpal. Tiba-tiba saja ponselku berdering dan itu membuyarkan lamunanku yang hanya menatap dinding kamar mandi tanpa pikiran apapun. Aku terbiasa membawa ponsel ke dalam kamar mandi, dan aku melihat notifikasi email dari orang yang tak dikenal. Namun dari namanya mr.wonxiegreatestjung@yahoi.com, entah kenapa aku langsung teringat wajah pengacara yang mencurigakan itu. Aku langsung menekan isi pesan tersebut. ___________ Halo Nona Samara! Ini Pengacara Jung. Kenapa Anda tidak menghubungi saya? Saya perlu memperlajari kasus Anda, mohon segera mengirimkan berkas yang saya minta. Termasuk tangkapan gambar dari transaksi transfer uang yang mencurigakan ke akun uang digital Anda. Terima kasih. Ps. Segera mungkin kirimkan ya. ___________ Aku yang membaca pesan itu saja dibuat jengke
Aku masuk ke dalam bangunan ini dengan santai diantara banyaknya mata yang melihatku. Seorang Bellboy menghampiriku, menyapa dengan sopan, “Boleh kami tahu, atas nama siapa reservasi tempat yang akan Anda kunjungi?” “Ding Shu, 14, siapkan Afternoon Traditional Chinese Tea dengan lima daun terbaik seperti biasa. Juga snack rekomendasi hari ini, saya mau berkeliling dulu,” ucapku dengan santai. “Apakah kami perlu menyeduhnya?” Tanya Bellboy itu lagi itu lagi dengan lebih sopan. “Tak perlu. Saya saja,” jawabku. “Baik, Nona Ding. Akan kami persiapkan dalam 15 menit ke depan,” jawabnya. Kemudian aku tersenyum dan berjalan melewatinya. Saat aku melewatinya aku mendengar ia menggunakan walkie-talkie untuk meneruskan pesananku pada seseorang yang lebih berwenang. Pemuda itu juga menjelaskan kemana arahku berjalan. Saat ini aku berada di lantai tiga yang luas ini. Lantai satu dan dua, biasanya menjadi klub malam dimana para dj dan penikmat musik berada. Walaupun begitu di lantai ini juga
Setelah pemeriksaan singkat, Shushu menyadarinya dirinya mengalami gejala anemia dan tekanan darah rendah. Dokter meminta ners yang mendampinginya untuk memasukan Shushu sebagai daftar pasien agar bisa diberi beberapa obat untuk dikonsumsi.Pada akhirnya, ada dua pasien di dalam satu bangsal ini. Satu yang terlihat seperti akan mati kapan saja. Satu lagi yang berusaha meyakinkan semua orang dirinya tak sakit.Sebenarnya Shushu melakukan itu sebab dirinya takut disuntik dan diinfus. Dia terlihat ingin pergi dari tempat itu kapan saja. Namun Juanxi mengenggam erat pergelangan tangannya.Para perawat telah memasukan satu ranjang lagi ke ruangan rawat inap itu. Posisinya bersampingan dengan ranjang milik Juanxi.“Tidurlah dengan benar,” tegas Juanxi yang sudah mulai berbicara lancar.“Sa-sa-saya tak sakit kok,” jawab Shushu dengan formal dan tergagap. Dia terl
Tempat yang paling tak disukai Shushu terpaksa harus ia tempati selama empat hari lamanya. Sebab, kondisi suaminya yang baru ia nikahi belum seminggu itu terlihat sangat mengkhawatirkan. Suhu demamnya mencapai 40 derajat celcius.Selama dirinya di rumah sakit, bohong, jika Shushu juga tidak merasa sakit. Wajahnya pucat, makannya pun tidak karuan.Siapapun yang mengunjungi mengira Shushu sangat khawatir dengan suaminya yang terbaring tak sadarkan diri. Bahkan makan pun harus dipenuhi dengan cairan nutrisi melalui selang infus.Ada kalanya setiap Juanxi sadarkan diri untuk beberapa menit, Shushu akan membantu menyuapi air hangat atau sup hangat perlahan dengan sendok kecil. Sebab pria itu sendiri tak memiliki tenaga untuk mengangkat kepalanya.“Nak, kamu pulang saja dulu, tidak apa-apa,” tutur Sun Lili yang datang pagi sekali untuk membantu Shushu. Juanxi masih tak sadarkan diri. Namun suhu
“Kenapa kau tak cerita soal kebakaran itu padaku? Bukankah kita teman?” tanya Quo Xin. Dia benar-benar tidak tahu soal itu.Sejujurnya Quo Xin bisa menyelesaikan permasalahan dokumen yang rusak itu secepat mungkin. Hanya saja keadaannya dengan mantan mertua serta putrinya kala itu cukup rumit. Dia jarang punya waktu leluasa membuka laptopnya.Semua menjadi mudah ketika ia sudah memindahkan data putrinya di Kota B ini. Namun ini semua hanya alasan. Quo Xin merasa bersalah atas waktu yang terbuang secara cuma-cuma. Dia tak mengira masalah keterlibatan Shushu dengan situs judi online ini begitu berat. Bahkan pihak di sana berani mengancam dengan cara murahan seperti itu.“Walaupun begitu kau setuju begitu cepat untuk menikah,” ungkap Quo Xin. Kemudian ia meraih tangan Shushu dan menggenggamnya erat. “Batalkan saja kontraknya!”“Tidak bisa, kita sudah menikah. Lagipula keadaanya tidak sesimpel ini, Zhou.co itu mungkin saja tidak terlibat dengan judi online saja,” ucap Shushu. Dia menginga
Pukul enam pagi, seorang wanita paruh baya berjalan cepat menelusuri lorong rumah sakit yang panjang. Dia hanya menggunakan sandal, dan jaket untuk menutupi pakaian tidurnya. Bahkan helm pun masih bertengger setia di kepalanya.Ruang 278, tanpa ragu-ragu, dia langsung membukanya. Di dalam sana ada seorang wanita muda berdiri menganggukan kepala berulang kali atas penjelasan dokter yang bertugas.“Bagaimana?” tanya Quo Xin.“Baru saja dipindahkan dari UGD, dia demam sushu 40 derajat, sepertinya kelelahan bekerja,” tutur Shushu dengan wajah yang lelah.“Ibu juga harus istirahat yang baik untuk menjaga suami Anda. Wajah Ibu kurang baik,” ucap dokter pria itu lagi. Shushu hanya menganggukan kepalanya berulang kaliFokus Quo Xin bukan lagi cerita dibalik kenapa ia membutuhkan ambulans di pagi buta lagi. Namun, bagaimana bisa ia mendapatkan suami dalam waktu yang begitu cepat setelah ia tinggal beberapa bulan di kota lain?Setelah kepergian dokter dan perawat tersebut. Quo Xin hanya diam sa
Juanxi terus mengalami mimpi yang panjang, dan semua kejadian itu membuatnya merasa tak nyaman. Kepalanya terasa berat dan panas menerima semua informasi itu. Fakta bahwa kematian Shushu itu begitu menyedihkan membuatnya sangat terpukul.Tidak seharusnya Shushu mengalami itu semua. Dia bukan seperti apa yang digambarkan semua artikel tersebut. Wanita nakal, pemakai narkoba, penipu, dan lainnya.Hal yang membuatnya lebih terpukul ialah adegan dimana Paman Zinbei dan Ibu Yanyan datang ke kantornya untuk meminta tolong mencari kebenaran kematian Shushu.Kini Juanxi paham kenapa Shushu tadi menangis begitu lelah ketika ia tahu bahwa namanya bisa dibersihkan tidak terlibat situs judi online itu. Semua usaha Shushu menyelidiki kasusnya sendiri selama ini, agar tidak membuat dua orang tua itu sedih dan terpukul.Dalam kehidupan pertama itu, ia melihat wajah Paman Zinbei, dan Ibu Yanyan, lima kali lipat terlihat lebih tua dibandingkan kehidupannya sekarang. Mereka telah mendatangi berbagai ka
Juanxi menjadi kesal melihat ponsel milik Shushu yang terus berdering sedari tadi. Dia langsung mematikannya secara total. Lalu membawa tubuh Shushu yang tertidur karena lelah menangis ke kamarnya. Juanxi melihat keseluruhan interior ruangan yang sederhana, namun memiliki tiga pintu ruangan lainnya lagi. Dia penasaran untuk apa saja tiga ruangan di dalam kamarnya ini. Juanxi menerka salah satunya pasti toilet, dan ruang pakaian. Adapun sisanya ia tak begitu yakin. Juanxi menyadari beberapa hal dari mengenal Shushu dalam waktu yang sangat singkat ini. Dia terlalu mudah untuk percaya, namun tak ingin menaruh rasa percaya begitu dalam. Kontradiksi sekali bukan? Dua kata yang bisa dijelaskan ialah polos kebangetan. Kendati dikatakan polos, dia tahu dunia lebih baik. Apalagi soal pekerjaannya dan mengatur finansialnya. Hanya saja melihat ia menangis begitu lepas karena namanya bisa dibersihkan dari tuduhan sindikat judi online itu. Juanxi melihat sosok Shushu menjadi lebih kompleks lagi
Setelah Juanxi memakan hidangan makan malam, ia sepakat dengan satu hal penting dalam kisah cinta keduanya bahwa Juanxi lah yang pertama kali tertarik. Untungnya kesimpulan ini bisa ditarik setelah keduanya mengetahui kegemaran yang mirip dalam mengumpulkan pundi-pundi kekayaan.“Kau benar-benar yang merancang semua perhiasan itu?” tanya Juanxi masih tak percaya. Shushu hanya menganggukan kepalanya. “Aku tak menyangka kau designernya!” pekik Juanxi lagi dengan bersemangat.Tiga tahun yang lalu ia pernah dipaksa ikut adiknya, Lin Yi mengunjungi sebuah lelang perhiasan esklusif di Negara S. Tak pernah terbayang anting yang dibeli adiknya itu dengan harga 2 juta dollar. Itu sebuah karya duet antara desainer dan pengrajin yang berbeda. Anting itu termasuk salah satu barang termahal kelima yang terjual dalam lelang malam itu.“Aku masih tidak paham bagaimana kau bisa melakukan itu semua? Kebanyakan illustrator akan mengambil jalan sebagai komikus,” tanya Juanxi.“Seberapa baik kamu menggam
Shushu dan Juanxi diam di depan pintu lift yang sudah tertutup lama. Suasana yang heboh sebelumnya mendadak tenang.Juanxi sibuk dengan pikirannya, dia tak tahu harus memulai obrolan dengan membahas hal apa, ataukah basa-basi saja terlebih dahulu? Dia merasa canggung dengan keheningan ini. “Kau menangani mereka lebih baik dari dugaanku,” ujarnya.“Nenek Huang dan Ibu Lili orang yang baik, Paman Haifeng juga,” ungkap Shushu.Juanxi yang mendengar hal itu mengernyitkan keningnya. “Panggil mereka Ibu dan Ayah saja mulai dari sekarang,” timpal Juanxi.“Aku memahami kekhawatiranmu. Namun, tidak. Ini batasanku ketika tidak ada mereka. Pernikahan ini hanya berlangsung sebentar. Apa kau sudah makan?” ujar Shushu sembari mengalihkan pembicaraan.“Aku belum makan malam,” jujur Juanxi tanpa pikir panjang.“Kalau begitu makan di tempatku saja,” balas Shushu. Kemudian ia berjalan lebih dahulu untuk membuka pintu apartemennya, lalu membuka pintu lebar-lebar agar pria bertubuh tinggi dan besar itu
“Gege, bagaimana bisa kau menikah begitu cepat?” bisik Dongxi, si anak bungsu.“Ugh, tak bisakah kalian datang itu mengabari terlebih dahulu,” ucap Juanxi yang mulai kesal dengan ribuan pertanyaan yang dilontarkan anggota keluarganya.Awalnya ia senang melihat kepanikan yang muncul di wajah Shushu. Kini semua berubah semenjak, Shushu berkomunikasi dengan sangat baik dengan nenek, dan kedua orang tuanya di ruang tengah apartemennya. Padahal tadi dia benar-benar terlihat seperti tak tahu harus apa.Juanxi yang melihat itu merasa senang sebab merasakan Shushu bergantung untuk pertolongannya. Namun lihat sekarang, dia tertawa santai dengan nenek, ibu, dan ayahnya juga.“Santailah ka, aku juga penasaran kenapa kalian berdua tiba-tiba mendaftarkan pernikahan,” sanggah Lin Yi, adik perempuan Juanxi.Shushu diam saja menatap Juanxi. Dia juga ingin mendengar alasan apa yang akan dilontarkan Juanxi. Sisanya ia akan mengikuti alur dari cerita pria itu.Sedari Shushu bertemu Keluarga Huang secara