Home / Fantasi / LEGENDA PENDEKAR MABUK / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of LEGENDA PENDEKAR MABUK: Chapter 121 - Chapter 130

180 Chapters

121. Asmarandana

Blaaarr!Ledakan dahsyat mengguncang sekitar gua karang. Nini Ranggit terpental jatuh bergulingan di pasir pantai. Dari mulutnya keluar darah pertanda luka di bagian dalam.Gua karang tempat persemayaman Nyai Ratu Karang ambruk bersamaan dengan suara jeritan melengking tinggi si ratu siluman tersebut.Bukan hanya itu, entah dari mana datangnya tiba-tiba saja tempat tersebut terbakar. Saat itu hari mendekati senjata.Udara yang masih terasa terik bertambah panas dengan adanya kobaran api. Suara lengkingan mengerikan masih terdengar.Dari kobaran api tersebut, Nini Ranggit menemukan satu kobaran api lain yang membentuk satu sosok tubuh bergerak-gerak bagai ular yang terbakar."Gusti Ratu," desis Nini Ranggit gemetar.Sosok yang terbakar itu memang Nyai Ratu Karang. Betapa ngerinya melihat hal tersebut. Lebih cemas lagi memikirkan bagaimana nasib Lasmini."Lasmini, oh, tidak! Bagaimana dengan dirimu, Nak?"Nini Ranggit terduduk sambil terisak. Tangannya memegangi dada yang terasa sesak a
last updateLast Updated : 2024-04-07
Read more

122. Asmara Dalam Gua

Saka Sinting sudah duduk di samping Dewinta. Wajah keduanya tampak begitu dekat sampai bisa merasakan hembusan napas masing-masing.Wajah Dewinta tampak memerah. Bibir tipisnya merekah bagai buah ranum. Dadanya berdebar keras, begitu juga aliran darahnya terasa lebih cepat.Gelora asmaranya begitu menggebu. Walaupun ini yang pertama kalinya dalam keadaan seperti ini, tapi untuk hal ini tidak memerlukan pelatihan dulu sebelumnya.Gadis ini melingkarkan kedua tangannya ke leher Saka Sinting lalu menariknya sehingga kedua bibir mereka saling bertemu.Tidak harus menunggu Saka yang memulai, gadis ini lebih dulu memainkan lidahnya karena saking menggebu-gebu hasratnya.Nafsu sudah menguasai dirinya. Gadis ini seakan lupa diri. Yang ada dalam benaknya hanyalah meraih keindahan bersama lelaki yang diinginkannya.Sementara Saka juga sudah terbangkit gairahnya. Dia membalas melumat bibir si gadis yang lembut. Kedua tangannya juga sudah menjelajah ke seluruh tubuh mulus itu.Udara dingin dalam
last updateLast Updated : 2024-04-08
Read more

123. Karang Setra

Perguruan Karang Setra.Salah satu perguruan besar dari aliran lurus. Ki Madewa sang ketua sekaligus Guru Besar sudah terkenal di dunia persilatan.Dulu Ki Madewa jadi pemimpin golongan putih saat menyerang dan melenyapkan Pasukan Kala Geni yang dipimpin oleh Kala Cengkar.Perguruan ini memiliki murid yang cukup banyak di setiap tingkatannya. Baik laki-laki atau perempuan.Pagi ini tampak murid-murid muda sudah berbaris di lapangan luas yang letaknya di tengah-tengah beberapa bangunan yang posisinya mengelilingi lapangan tersebut.Dua orang yang bertindak sebagai guru tampak sedang memberi arahan dan wejangan sebelum latihan dimulai.Namun, suasana pagi itu menjadi tegang ketika tampak satu pasukan yang berseragam Bhayangkara berjumlah sangat banyak tiba-tiba muncul dan langsung masuk ke halaman depan tanpa permisi.Kontan saja beberapa murid yang bertugas jadi penjaga panik dan langsung melapor kepada Ki Madewa.Tidak lama kemudian sang Guru Besar keluar bersama petugas jaga tadi. Ki
last updateLast Updated : 2024-04-10
Read more

124. Jatidiri Panglima

Perguruan Burangrang memang hanya perguruan kecil. Muridnya pun tidak begitu banyak. Namun, mereka tidak bisa dianggap sepele. Tingkat keilmuannya bisa disejajarkan dengan perguruan lain yang lebih besar.Ki Bayusura merupakan murid Eyang Jaya Raga yang masih hidup. Maka dia menjadi penerus tokoh yang berjuluk Rajawali Bulu Emas itu setelah Ki Aswani dan Ki Argasura meninggal.Rajawali Bulu Emas sendiri sudah sangat jarang muncul di dunia persilatan. Terakhir kali bertemu Saka ketika memberikan sebuah kitab ilmu Cakra Dewa.Pengalaman itu Saka ceritakan kepada Ki Bayusura begitu dia bertemu dengan gurunya Pandu Jaya tersebut. Mereka kini sedang berbincang di ruang tengah kediaman sang ketua perguruan Burangrang."Tidak menyangka kau bisa bertemu dengan guru, aku sendiri sudah puluhan tahun tidak pernah berjumpa lagi. Bahkan kabar beliau pun sangat sulit didapat," ujar Ki Bayusura."Aku beruntung bisa bertemu beliau, karenanya aku bisa membalas kematian guru dan paman Argasura!""Semog
last updateLast Updated : 2024-04-11
Read more

125. Selir

Nyai Pinasih langsung bersimpuh membungkuk sampai wajahnya hampir menyentuh lantai. Prabu Wretikandayun duduk tegap di hadapan wanita itu."Aku yang salah," ucap sang Prabu datar. "Sejak mengangkatmu jadi selir, tidak pernah aku sentuh sama sekali."Walau bicara datar dan terkesan merendah, tapi Nyai Pinasih tak bisa meredam gemuruh dalam dadanya. Rasa takut menguasai dirinya. Tak terasa keringat menetes di dahinya."Aku memang hanya mementingkan diri sendiri. Demi sahabat yang sudah berjuang banyak hingga akhir hayatnya, aku ingin memuliakan istri yang ditinggalkannya menjadi manusia terhormat di istana. Tapi ternyata aku salah."Nyai Pinasih semakin gemetar. Dia tahu maksud yang sebenarnya dari sang Prabu bukan seperti yang diucapkannya. Dia hanya bisa berharap ada sesuatu atau seseorang yang bisa menolongnya saat ini.Sang selir merasa bagaikan sedang dalam gigitan pemangsa. Sekali menggigit maka habislah dirinya."Karena kesalahanku itu," lanjut Maharaja. "Mungkin kau mencari pele
last updateLast Updated : 2024-04-12
Read more

126. Suasana Gawat

Rencana pasukan Bhayangkara yang hendak memberantas perguruan golongan putih memang sudah bocor.Rahyang Jatmika bukan orang yang bekerja sendirian. Masih tergolong muda, tapi sudah mempunyai pengikut yang setia.Sang putra sulung Maharaja memerintahkan pengikutnya untuk memberi tahu setiap perguruan aliran putih tentang rencana pasukan Bhayangkara.Termasuk perguruan Awan Putih. Begitu mendapat kabar tersebut, mereka segera mempersiapkan diri, tapi bukan melawan, melainkan menjalankan rencana yang disiapkan oleh Rahyang Jatmika.Jika Ki Rembong mengirimkan mata-matanya, maka Ki Awan Seta juga melakukan hal yang sama. Menyelidiki dan mengintai keberadaan pasukan Bhayangkara.Berpura-pura tetap melakukan kegiatan sehari-hari ketika mata-mata Ki Rembong mengintai. Kemudian begitu kedua pengintai itu pergi, semua murid segera meninggalkan perguruan melalui jalan rahasia yang luput dari pengawasan.Sekarang begitu pasukan Bhayangkara telah tiba dan mengepung perguruan, semua penghuninya t
last updateLast Updated : 2024-04-13
Read more

127. Pertempuran di Lingkungan Istana

Pasukan Bhayangkara lebih dari setengahnya ternyata para pendekar murid-murid perguruan aliran hitam. Anggota yang asli seketika langsung sadar apa yang terjadi, maka mereka segera memisahkan diri bahkan ada yang ikut bergabung dengan pasukan khusus.Terdengar Ranggapati memberi aba-aba, lalu pasukan khusus menerjang maju menyerang pasukan Bhayangkara.Ki Rembong sebagai wakil Panglima segera maju mengejar Ranggapati, tetapi setengah jalan dia dihadang Ki Awan Seta."Bukankah kita masih ada urusan yang tersisa, Rembong?""Awan Seta, hari ini kita selesaikan. Bersiaplah menemui ajalmu!"Di tempat lain Ki Balakosa dihadang dua orang yang tidak lain Dewinta bersama Ki Jati Kusuma."Dia yang telah membunuh guru dan saudara-saudaraku!" Dewinta menunjuk tegas ke arah Ki Balakosa."Oh, seperti itu orangnya?" sahut Ku Jati Kusuma terdengar merendahkan dengan wajah tampak lucu."Kalian juga ingin menyusul mereka?" sentak Ki Balakosa."Kau yang akan kubuat berlutut kepada adikku di alam kubur!"
last updateLast Updated : 2024-04-14
Read more

128. Pertarungan Berlanjut

Tidak kehabisan akal, Tiga Genderuwo Bukit Gintung alirkan tenaga dalam pada senjatanya. Ayunan rantai berbandul bola berduri bertambah kuat disertai hawa panas.Bola berduri ini seperti memiliki mata, bergerak menyambut pukulan jarak jauh yang dilepaskan sepasang pendekar suami istri tersebut.Dess!Pyarr!Kali ini Wirasoma dan Citrawati terkejut melihat serangan mereka dihempaskan begitu saja. Mereka tidak menyangka lawan mengubah cara menyerangnya."Gila!" seru Wirasoma.Walau demikian sepasang pendekar ini terus melancarkan serangan dengan maksud agar lawan tidak sempat memberikan balasan.Pukulan yang dilepaskan tetap diarahkan pada beberapa sasaran. Yaitu tali rantai, tangan yang memegang senjata tersebut dan bagian tubuh lain seperti perut atau kaki.Namun, ayunan bola berduri bagaikan bergerak sendiri tanpa dikendalikan pemiliknya. Arahnya selalu menghadang arus pukulan lawan Wukk!Pyarr!Sejurus berikutnya pasangan pendekar mulai dibikin repot. Dua lawan memainkan bandul ber
last updateLast Updated : 2024-04-16
Read more

129. Gendrayaksa

Ki Rembong tidak terpancing ucapan Ranggapati. Dia memang terus memberikan perlawanan sengit terhadap pimpinan Pasukan Khusus tersebut, tetapi tetap mencari kesempatan untuk melarikan diri.Dugaannya tentang Bardi Sugala yang tidak banyak perhitungan memang benar. Buktinya tidak tahu kalau musuh telah bersekutu dengan pendekar aliran putih.Sementara Ranggapati terus mencecar lawannya. Tidak akan memberi ruang untuk kabur. Makanya dia mendesak Ki Rembong agar lebih ke dalam. Jangan sampai dekat ke sisi benteng istana.Ketua perguruan Naga Hitam itu sudah sejak tadi mengeluarkan ilmu paling sakti yang dia miliki. Hawa sakti memancar kuat, selain melindungi diri juga untuk menekan gerakan lawan.Kedua tangan selalu terisi tenaga dalam. Siap melepaskan pukulan sakti bila ada kesempatan. Tidak tanggung-tanggung dia kerahkan seluruh kekuatannya.Namun, ternyata peluang itu tidak kunjung datang. Lawan selalu memberikan serangan cepat sehingga tenaga Ki Rembong lebih banyak digunakan untuk b
last updateLast Updated : 2024-04-17
Read more

130. Adu Ilmu Tingkat Tinggi

Lalu menyeruak hawa sakti begitu kuat menandingi yang dipancarkan Gendrayaksa bersamaan dengan munculnya dua orang.Seorang lelaki setengah baya bersama pria yang lebih muda. Yang muda ini semua orang sudah tahu siapa adanya, yaitu Saka Sinting si Pendekar Mabuk.Sedang yang lebih tua hanya dua orang yang tahu, Maharaja dan Gendrayaksa saja. Tokoh satu ini juga bisa dibilang sudah jarang muncul di dunia persilatan."Ki Arga Saketi, sudah lama tidak berjumpa. Akhirnya bisa melihatmu lagi!" sambut Maharaja sambil tersenyum ramah.Ki Arga Saketi adalah orang yang dulu menitipkan surat kepada Saka Sinting untuk disambut kepada Arya Kumbara. Isi surat tersebut tentang pengkhianat yang menyusup di perguruan Girisoca.Dia adalah ayahnya Ki Sempana, kakeknya Arya Kumbara. Dua pendekar kotaraja yang berpengaruh besar, yang beberapa waktu lalu telah menemui ajalnya.Kabar tentang kematian anak dan cucunya tentu saja sampai ke telinganya. Hal inilah yang membuatnya muncul lagi ke luar.Dalam per
last updateLast Updated : 2024-04-18
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
18
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status